tujuh

114 13 14
                                    

Hari senin. Hari yang sangat dibenci hampir semua pelajar, termasuk Dirga.

"Dirga! Ayo cepet turun!" teriak ibunya dari lantai bawah.

Bukannya bangun dan bersiap, Dirga justru semakin menenggelamkan kepalanya dalam tumpukan bantal. Kemarin ia begadang untuk menonton drama Korea kesukaannya yang mengharuskan ia tidur larut malam, karena bila ia melewatkan satu episode saja, perasaannya akan sangat tidak tenang. Jangan terkejut, tapi Dirga memang suka menonton drama Korea.

Setelah hampir lima menit ibunya berusaha untuk membangunkannya, tapi tentu saja Dirga tak menyerah, beberapa saat kemudian ia tak merasakan tanda-tanda sang ibu mencoba untuk membangunkannya lagi, akhirnya Dirga tersenyum dan memposisikan tubuhnya dengan semakin nyaman untuk tidur.

Byurr

Dengan tergesa-gesa Dirga bangun ketika ia merasa badannya tersiram oleh air. Masih dengan mulut terbuka karena berusaha mengambil napas. Dirga mencari siapa yang berani melakukan hal ini kepadanya!

Kepalanya langsung menuju pada seorang gadis yang berdiri sambil memegang ember kosong ditangannya, Raya.

"Bangun!" kata Raya singkat, lalu dengan santai meninggalkan Dirga yang masih berusaha mengatur napasnya.

Dasar adik tiri sialan, batin Dirga mengumpat.

Dengan perasaan teramat malas, akhirnya Dirga rela meninggalkan kasur kesayangannya. Karena kalaupun mau tidur lagi, pasti rasanya sudah tidak bisa, apalagi dengan kondisi badan yang hampir keseluruhannya basah.

***

"Pagi Bu," kata Dirga menyapa ibunya yang berada di ruang makan. Dirga menarik kursinya tepat di depan Raya duduk. Bukan karena keinginannya, tetapi memang kursi yang tersisa hanya itu saja.

"Raya, nanti kamu berangkat sekolah naik mobilmu saja. Kemarin Ayahmu mengirimnya kesini." Raya menoleh kearah sang Papa tirinya yang sedang berbicara.

Raya menggelengkan kepalanya, "Tidak perlu, saya biasa naik angkutan umum."

"Cih ...." Dirga mencibir Raya.

Dasar kaku! batin Dirga

Sedangkan Raya hanya melirik Dirga sekilas dan melanjutkan sarapannya yang tertunda.

"Daripada kamu naik kendaraan umum, mending kamu berangkat bareng Dirga. Kalian satu sekolahan, kan?" usul Ibu sambil meletakan lauk dipiring ayah.

Dirga ingin menyela, tetapi kemudian ia ingat kejadian kemarin. Saat ia meminta atau lebih tepatnya memaksa Raya untuk pergi bersamanya.

"Tidak perlu Bu," sanggah Raya

"Udalah. Lo berangkat sama gue juga gak papa. Lagian kemarin bukannya lo uda setuju mau berangkat bareng sama gue?" tanya Dirga.

Bukannya Raya tidak ingat akan peristiwa kemarin. Hanya saja ia berusaha lari dari kejadian itu dengan harapan bahwa Dirga lupa. Tapi ternyata Dirga masih mengingatnya. Dan akhirnya dengan terpaksa Raya menepati janjinya.

"Hm. Terserah," ucap Raya lirih.

****

"Kok lo diem aja sih!" ucap Dirga tak tahan dengan keheningan yang mereka ciptakan.

Saat ini Raya dan Dirga sedang dalam perjalan menuju kesekolahan dengan menggunakan mobil hitam kesayangan Dirga. Sejak mereka keluar dari perkarangan rumah, tak ada satupun yang memulai pembicaraan. Hingga hal tersebut membuat Dirga sangat tak nyaman.

"Memangnya aku harus bagaimana?" tanya Raya kalem.

"Ray ..." bisik Eksel dari sebelah kanan. Raya menolehkan kepalanya, melihat Eksel yang saat ini tampak begitu senang.

"Kamu kenapa?" tanya Raya.

Dirga menoleh. "Gue? Gue gak papa. Ngapain lo nanya gue?"

Raya tak menghiraukan jawaban Dirga. "Kamu seharusnya tidak disini. Pergilah dulu, nanti aku akan menunggumu di kamar ku." kata Raya sambil tersenyum ringan

Dirga yang saat ini menyetir pun mulai kehilangan sedikit konsentrasinya. Apakah baru saja ia tak salah dengar? Dengan siapa Raya berbicara?

Dirga mendengus setelah menyadari suatu hal. 'Dasar aneh!'  batin Dirga.

Tak lama kemudian mobil yang mereka tumpangi sudah memasuki wilayah sekolah. Tampak beberapa murid yang baru datang atau sedang dalam berjalan menuju ke kelas masing-masing.

Mobil Dirga melaju mulus kearah parkiran sekolah. Nampak disitu sudah ada beberapa mobil milik siswa-siswi yang lain. Tidak ada larangan khusus dalam membawa kendaran di sekolah mereka, sehingga hal itu juga memberikan keuntungan untuk beberapa pihak.

Dirga dan Raya mulai membuka sabuk pengaman mereka. Ketika Raya akan turun, diamatinya lapangan dekat parkiran yang sedang ramai. Sesungguhnya ia sedikit ragu saat akan turun dari mobil Dirga, masalahnya Dirga adalah salah satu cowok populer di sekolah mereka. Lalu apa yang akan dibicarakan oleh fans-fans Dirga saat mereka tahu bahwa Raya-si gadis aneh- terlihat turun dari mobil idola mereka?

Dirga yang mengetahui kegelisahan adik tirinya itu lantas tersenyum kecil. Tak terlihat memang, namun entah dari mana ia bisa tahu bahwa adiknya itu sedang merasa gelisah.

"Udah, lo gak usah kuatir. Ada gue!" ucap Dirga sedikit sombong, lalu dengan gerakan santai ia membuka pintu mobilnya, yang disambut dengan teriakan tertahan dari para fans setianya. Raya yang saat ini sedang gelisah sangat tidak siap untuk turun ketika tiba-tiba pintu tempatnya duduk dibuka oleh Dirga.

Dirga mengulurkan tangannya, merayu Raya untuk segera turun dari mobilnya. Dengan ragu Raya akhirnya keluar dengan perlahan. Ketika ia sudah keluar dan berdiri sepenuhnya di depan Dirga, dapat ia dengar suara pekikan tertahan dari beberapa wanita disana. Yang dapat ia pastikan bahwa itu suara para penggemar Dirga.

'Matilah aku!'

Saat semua masih dalam fase terkejut. Mereka lebih di kejutkan dengan suara klakson mobil di belakang mereka. Langsung saja para kerumunan tersebut membelah membentuk sebuah jalan untuk mobil bewarna silver itu. Tak lama pintu mobil terbuka, dan keluarlah Rama dengan segala pesonanya. Dengan rambut yang sedikit berantakan dan juga tas yang ia selempangkan di bahu kanannya, membuat pesona Rama semakin meningkat.

Masih terlihat jelas bahwa keadaannya sedikit kurang baik, hal itu terlihat dari matanya yang merah dan mukanya yang lesu.

Tatapan Rama tak sengaja melihat kearah Dirga, lalu ia mendengus setelah mengetahui bahwa mobilnya berada tepat di sebelah mobil Dirga. Kemudian tatapannya turun kearah seorang gadis cantik yang sedari tadi melihatnya datar.

Bola mata Rama mebesar. Baru saja ia bisa masuk sekolah, dan sekarang ia malah dipertemukan dengan sumber penyakitnya!

Tanpa berbicara banyak Rama langsung pergi meninggalkan area pakiran yang masih terlihat ramai oleh kerumunan siswi-siswi yang menikmati keindahan ciptaan tuhan.

Setelah kepergian Rama, para penonton setia mengalihkan pandangan mereka kembali ke Dirga dan Raya.

Raya yang merasa mulai risih akhirnya memilih inisiatif untuk pergi dari situ. Tetapi baru dua langkah ia ambil, tangannya sudah dicekal oleh Dirga. Penonton yang melihat itu langsung menggigit kuku masing-masing.

Raya menatap Dirga seolah berbicara -Apa?-

"Lo gak pamitan dulu gitu ke gue?" kata Dirga.

Raya menaikan sebelah alisnya. Pamitan seperti apa yang Dirga inginkan?

Akhirnya dengan pertimbangan yang lama Raya melakukannya. Melakukan hal yang sebenarnya juga sangat tidak ia duga.

Raya mengambil tangan kanan Dirga kemudian menciumnya sambil berkata, "Raya masuk dulu Bang." lalu Raya langsung melenggang pergi meninggalkan Dirga dan para penonton setia terpaku. Bahkan ada dari beberapa penonton yang pingsan melihat adegan itu.

Raya mencium tangan Dirga!

Seorang Raya mencium tangan Dirga!

Raya memang gila!

*
*
*
*

1060 words :v gak nyangka

Vomment

'Kia

RAMA & RAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang