Raya menatap Dio dengan pandangan yang berbeda. Oh, mungkin lebih tepatnya ini bukan Raya. Ketika Raya sudah sampai di depan Dio, Raya langsung menampar Dio dengan keras.
"Lo beneran gak mau pulang, hah!" Kata Gisel yang berada dalam tubuh Raya.
Dio menatap berang kearah Raya.
"Lo jangan mancing emosi gue. Gue gak kenal sama lo. Jadi, tolong lo pergi!"Tak memperdulikan ucapan Dio, Raya langsung menarik kerah pakaian Dio dan menatapnya sengit.
"Uda berapa kali gue bilang. Jangan pernah nyusahin mama! Lo itu jadi kakak yang bener dikit kek!" Omel Raya.
Dio menatap Raya dengan sedikit kaget. "Kalau lo mau nyalahin diri lo karna kematian gue, terserah. Tapi jangan acuhin mama!"
Kali ini mulut Dio terbuka, tak menyangka bahwa gadis di depannya ini bisa berkata seperti itu. Darimana dia tau?
"Kalo sekarang lo gak pulang. Jangan harap gue mau maafin lo! Ingat itu Iyo." Ucap Raya dengan penuh penekanan. Kini perlahan tangan Raya yang berada di kerah baju Dio melemah, diikuti dengan tubuhnya yang melemas. Dan akhirnya Raya terjatuh pingsan.
Tetapi sebelum hal itu terjadi seorang lelaki berlari dengan cepat kearah Raya sambil meneriaki nama Raya dengan lantang, menangkap tubuh Raya sebelum jatuh ke lantai.
"RAYA!"
****
Rama berjalan setengah berlari masuk ke dalam klub malam itu. Kalau bukan karena Raya mungkin ia tidak akan pernah sudi untuk masuk ke tempat laknat ini. Bukan juga karena ia suka atau tertarik kepada Raya, hanya saja ketika ia akan meninggalkan Raya sendirian, ia teringat akan bunda dan adik perempuannya. Maka dari itu ia akhirnya memutuskan untuk menyusul Raya masuk kedalam klub malam ini.
Suasana khas klub malam menyambut Rama. Ia berjalan dengan hati-hati, takut apabila tak sengaja menyenggol seorang perempuan berbaju tak jadi disana. Sambil sesekali mengumpat, akhirnya Rama berhasil menemukan Raya. Rama menajamkan matanya, takut apabila yang dilihatnya sekarang sedekar ilusi. Tetapi nyatanya tidak, itu benar Raya dan dia sedang menampar Dio.
Sebenarnya apa yang sedang dilakukan gadis aneh itu. Dengan bertanya-tanya, Rama berjalan pelan menuju Raya lalu semakin cepat hingga akhirnya ia berlari, tak memperdulikan kenyataan bahwa dirinya tak sengaja menyenggol wanita dengan pakaian tak jadi. Yang dipikirannya sekarang hanyalah menangkap Raya dengan segera, setelah dilihatnya tubuh Raya mulai lunglai dan menandakan bahwa ia akan pingsan.
"RAYA!"
Dengan cepat Rama memposisikan tubuhnya dibelakang Raya dan langsung memeluk tubuh Raya.
"Bego banget sih," umpat Rama.
Dio masih berdiri dengan kaku, pandangan matanya yang kosong. Lalu tak lama pandangannya turun ke Raya yang saat ini tengah berusaha dibangunkan oleh Rama.
Dio seakan tersadar akan sesuatu, langsung mengambil kunci mobilnya di meja dan berlari keluar dari klub.
Rama tak seberapa memperdulikan Dio yang meninggalkan mereka. Yang ia pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya ia membawa Raya. Akhirnya dengan segala pergulatan batin yang telah ia rasakan, Rama menyerah, ia memposisikan Raya berada dalam gendongannya. Rama berdiri perlahan, memposisikan Raya dengan baik lalu berjalan membelah kerumunan. Tak memperdulikan bahwa saat ini yang ia lakukan bukanlah hal yang bisa dianggap biasa. Rama mau menyentuh gadis ini saja sudah luar biasa, apalagi sampai menggendongnya seperti ini. Mungkin bisa di sebut sangat teramat luar biasa.
Akhirnya Rama berhasil mencapai parkiran mobil. Untung saja ia hari ini membawa mobil, bukan sepeda motor. Rama sedikit kesulitan ketika akan membuka pintu penumpang, tetapi akhirnya usahanya tak sia-sia. Pintu terbuka, dan Rama langsung mendudukan Raya, tak lupa ia mengatur kursinya hingga membuat Raya akan merasa nyaman.
Rama berjalan kearah pintu kemudi lalu duduk diam selama beberapa menit. Dilihatnya Raya yang saat ini masih tak sadarkan diri. Rama mengusap rambutnya kasar, bingung apa yang harus ia lakukan sekarang. Memulangkan Raya? Tapi bagaimana? Rama tau bahwa rumah Raya ada tepat di depan rumahnya. Tetapi ia juga sangat tau bahwa itu adalah rumah Dirga juga. Tidak mungkin kan kalau ia mengantarkan Raya pulang dalam keadaan seperti ini dan juga pada malam selarut ini. Lagipula apa yang akan ia katakan apabila Dirga bertanya kepadanya mengenai Raya?
Ah, masa bodo dengan Dirga. Apabila ia bertanya nanti, Rama akan menjawabnya dengan jujur. Akhirnya Rama menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan tempat yang takkan pernah ia datangi lagi.
***
Sedikit? Memang. Karna saya g biasa buat cerita banyak. Tapi .... Kalau memang ada yang nungguin cerita ini, bakal aku usahain update minimal seminggu dua kali. Kalo g ada yang nungguin ya bakal ku update sesukaku.
Jadi, buat kalian yang merasa menunggu cerita ini, tolong kasih jejak, entah itu vote atau komen. Bukan berarti aku ngemis2 itu, tapi cuma dari situ aku tau bahwa ceritaku ada yang nunggu. Kalau memang gak ada yang nunggu ya gak papa juga sih, berarti nnti aku updatenya bakal sesuka hatiku.
Sekian curhatanku,
'Kia
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMA & RAYA
Teen FictionBukan tentang siapa yang memuja kelebihanmu. Tapi tentang siapa yang memelukmu ketika tahu kekuranganmu-