Raya berjalan dengan santai menuju gerbang sekolah. Tak menghiraukan kerumunan yang saat ini sedang menggosip tentang dirinya. Raya tahu apa yang mereka bicarakan, karena Raya memiliki juru pendengar yang selalu memberitahukan kepadanya tentang apa yang orang-orang bicarakan tentang dirinya. Siapa lagi kalau bukan Eksel? Setan cilik itu sungguh berguna, ia tak segan-segan menggoda seseorang yang menurutnya jahat kepada Raya. Raya adalah kakaknya, dan sebagai adik yang baik Eksel akan menjaga kakaknya dengan sepenuh hati, mungkin itu yang dipikirkan Eksel.
"Raya... Jangan lupa permintaan Gisel!" Ingat Eksel kepada Raya. Tanpa banyak bicara Raya yang tinggal beberapa langkah lagi sudah keluar dari gerbang sekolah langsung membelokan badannya kearah kanan, menuju tempat dimana Dio beserta kawan-kawannya berada.
Dirga yang saat itu akan mengejutkan Raya dengan merangkulnya dari belakang akhirnya hanya dapat menggapai angin, karena adiknya yang tak peka itu dengan santainya berbelok arah tanpa melihat kebelakang terlebih dahulu.
Dengan perasaan dongkol Dirga meninggalkan tempat itu, karena saat ini semua orang sudah mulai menertawakannya.
"Awas aja lo nanti!"***
Reno berdiri didepan pintu kelas sambil bergurau dengan teman-temannya, menunggu sang ketua keluar dari sarangnya.
"Ayo main tebak-tebakkan!" Seru Reno semangat. Dimas dan Dino pun akhirnya mengiyakan ajakan Reno, karena menurutnya itu akan seru.
"Siapa duluan?" tanya Dimas.
"Gue!" Reno dengan semangat mengangkat tangannya.
Berdehem Reno memulai tebakannya, "Bendera indonesia warnanya?"
Dimas dan Dino berdecak karena pertanyaan itu sangat mudah, tak ada tantangannya. Semua orang sudah pasti tahu jawabanya dari pertanyaan tak bermutu Reno itu.
"Ya jelas merah dan putih, lah No."
"Salah!" Reno menggelengkan kepalanya cepat sambil menahan tawa.
"Kok bisa? Bendera indonesia kan warnanya merah putih?"
Reno menggeleng lagi, "bukan itu jawabannya. Ayo, nyerah gak?"
"Ah, gue tau!" seru Dino yang membuat Reno sedikit deg-degan.
"Apa?"
"Red and White!" Jawab Dino dengan percaya diri. Dua detik setelahnya lepaslah tawa Dimas dan Reno. Mereka tertawa dengan sangat kencang sampai memegang perut masing-masing.
"Goblok!" tangan Dimas melayang ke kepala Dion, masih dengan sisa tertawanya.
"Ihhh... Udah dong ketawanya. Gue kan jadi malu," rajuk Dion.
"Tai."
Dengan menghapus sisa air mata Reno menghentikan ketidakjelasan dari kedua temannya itu. "Udah-udah. Kalian nyerah gak?"
Dion dan Dimas mengangguk pasrah. "Bagus!" Reno mengangguk puas.
"Bendera Indonesia warnanya ... Ada dua!" Jawab Reno santai lalu disusul dengan tawanya yang menggelegar, merasa bahwa pertanyaannya itu jenius dan tak akan ada yang bisa menebaknya.
Sedangkan Dimas dan Dion hanya melongo lalu memutar bola mata mereka, saling menatap melemparkan kode lewat mata untuk meninggalkan Reno yang sedang tertawa sendirian. Dengan anggukan setuju dari Dion, akhirnya mereka meninggalkan Reno yang masih dengan tawanya, tak sadar akan kepergian kedua temannya.
Tak lama tawa Reno mulai berhenti, hanya tersisa sedikit kekehan dari bibirnya.
"Mana yang lain?" Rama muncul dari dalam kelas, membuat Reno menolehkan kepalanya kearah Rama.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMA & RAYA
Teen FictionBukan tentang siapa yang memuja kelebihanmu. Tapi tentang siapa yang memelukmu ketika tahu kekuranganmu-