Sekarang Rama sedang bersantai di balkon kamarnya. Mendengarkan lagu sambil memejamkan mata. Rama rasa tak ada sore seindah hari ini, bisa menikmati kedamaian yang selalu disukainya.
Rama sudah hampir terbang ke alam mimpi jika saja telinganya tidak mendengar suara yang asing. Matanya masih terpejam, tetapi telinga Rama semakin menajam untuk memastikan apa yang didengarnya itu benar.
Perlahan ia menurunkan lengan yang menutupi matanya. Lalu menoleh kearah rumah di sebrang. Tepat di balkon kamar rumah itu, seorang gadis bernyanyi sambil memainkan gitarnya. Bahkan suara merdunya sampai terdengar dari balkon rumah Rama.
Rama tak tau lagu apa yang dimainkan. Tapi yang pasti Rama sangat suka dengan lagunya dan orang yang menyanyikannya. Ah apa yang telah ia pikirkan tadi? Maksud Rama, ia hanya menyukai lagunya, bukan orang yang menyanyikannya sekarang.
Raya terus bernyanyi. Ia terlanjur tenggelam dalam alunan yang ia ciptakan. Tak memperdulikan sekitar, yang ia pikirkan hanya menuntaskan hoby yang telah lama tak ia lakukan.
Lalu tak lama Raya menyudahi kegiatannya dan merasakan ada seseorang yang memperhatikannya. Raya menoleh, menemukan Rama yang masih dalam posisi tiduran tetapi tetap melihat Raya. Entah apa yang Raya pikirkan sekarang, Raya memberikan senyum manisnya kepada Rama yang tak menyangka akan hal itu.
Rama sendiri merasa terkejut dengan senyum Raya yang memang tak pernah ia lihat sebelumnya. Rama akui, senyum itu sungguh manis semanis orangnya. Dan kini Rama rasa ia merasakan keanehan, jantungnya berdetak terlalu kencang bahkan ia sangat khawatir kalau nanti jantungnya bisa lompat keluar. Jangan-jangan gue alergi lagi? batin Rama.
"AAYYYY!" teriakan Dirga memutus kontak mata mereka dan menyadarkan Rama.
Dirga terus berteriak memanggil Raya karena Raya tak menyahuti panggilannya.
"Apasih bang?"
"AY! Ayo temenin gue nonton drama," kata Dirga.
"Drama yang mana lagi? Bukannya semalem uda habis dramanya?" tanya Raya heran. Raya rasa abangnya ini tak pernah kehabisan stok drama korea.
"Udahlah pokoknya temenin gue nonton. Nontonnya di sini juga gak papa, atau di ruang tengah?"
"Di sini aja deh, aku mager," jawab Raya.
"Oke. Gue ambilin dulu kaset sama cemilannya." Dirga langsung melangkah pergi keluar kamar Raya.
Sebelum Raya kembali masuk ke dalam kamar, ia sempat menengokan kepalanya kearah Rama yang ternyata saat ini sudah kembali tertidur. Tetapi tiba-tiba ia melihat sosok hantu perempuan yang pernah Raya lihat di sekolah. Berbeda dengan kemarin, sekarang hantu perempuan itu terlihat sedang tersenyum kearahnya. Bukan jenis senyum yang menyeramkan, meskipun ia adalah seorang hantu. Tetapi senyum kecil yang menawan. Raya tak tau apa arti dari senyum yang diberikannya namun Raya membalasnya dengan tersenyum juga.
****
"Rama, besok kan kamu libur sekolah, tapi bunda ada arisan. Bunda boleh minta tolong nggak?" tanya Bunda ke Rama. Saat ini adalah waktu makan malam, dengan menu kesukaan Rama dan Raissa.
"Tolong apa bun?"
"Jagain Raissa ya, Bisa kan?"
Rama yang merasa permintaan tolong bunda tak berlebihan pun langsung mengiyakan. Lagipula sudah lama ia tak pernah menikmati waktu berdua dengan Raissa.
Keesokan harinya, Rama sudah membuat rencana. Ia akan mengajak Raissa untuk pergi ke taman bermain yang ada di taman komplek, tempatnya tak terlalu jauh dan juga tak perlu mengeluarkan biaya banyak.
"Ayo Ica, kakak tinggal nih!" teriak Rama dari depan pagar. Sedangkan Raissa masih berusaha mengeluarkan sepeda roda empatnya.
"Iihh kakak... Bantuin Ica!" rengek Raissa. Raissa sedikit kesusahan karena sepedanya berada di antara tumpukan barang yang ada di garasi.
Rama dengan sedikit menggerutu akhirnya membantu Raissa mengeluarkan sepedanya.
"Ini roda bantuannya gak dilepas?"
"Jangan. Ica masih belum bisa pakai roda dua."
"Ya nanti kan kakak ajarin Ca. Kakak lepas ya? Nanti kakak ajarin di taman."
"Iya deh."
Akhirnya Rama melepas roda bantuan di sepeda berwarna pink milik Raissa dan langsung menuntunnya menuju taman bersama Raissa yang sudah berlari tak sabar mendahuluinya.
"Jatuh nangis jangan ngerengek ke kakak!" peringat Rama.
"IYA!" Raissa berteriak menyahuti Rama.
Rama berjalan dengan santai. Keadaan taman di sore hari seperti biasa, sedikit ramai dengan para penghuni yang ingin olah raga atau sekedar duduk di pinggir taman.
"Aduh titit gue!" teriakan tak senonoh itu menggangu pendengaran Rama. Rama segera mencari asal suara itu dan juga mencari Raissa yang ternyata sudah tak ada di depannya.
Akhirnya Rama menemukan Raissa yang sedang memegang dahinya dan berdiri kaku, tak jauh dari Raissa Rama melihat seorang lelaki yang sibuk mencaci sambil memegangi area intimnya.
Dari apa yang ia lihat Rama dapat menyimpulkan bahwa Raissa menabrak area sensitif lelaki itu.
Rama mendengus, "harusnya tadi kamu nabraknya pakai sepeda Ca. Biar impoten sekalian," kata Rama dengan tajam.
Lelaki yang tak lain adalah Dirga itu langsung menatap Rama dengan pandangan tak suka.
"Lo lagi... lo lagi... Perasaan dimana-mana gue ketemu lo terus deh. Heran gue," gerutu Dirga.
"Mungkin kita jodoh," kata Rama dengan santai sambil mengangkat bahu.
"Tai!"
"Eh mulutnya kotor," Raya datang langsung menepuk bahu Dirga dengan keras, lalu menatap Rama yang sedang mengusap kening adiknya yang masih terdiam kaku. Mungkin masih syok akibat tak sengaja menabrak benda pusaka.
Ah... lagi. Rama dan Raya bertemu. Dan lagi, Raya melihat hantu perempuan itu di belakang Rama.
*
*
*
*
*Sowry lamaa... Karna w g dapet feel buat bikin cerita. Sory juga kalo ceritanya keliatan maksa. Wkwkwkw
Jangan lupa vote dan komen
'Kekasih terang Ong'
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMA & RAYA
Teen FictionBukan tentang siapa yang memuja kelebihanmu. Tapi tentang siapa yang memelukmu ketika tahu kekuranganmu-