Dylan

11.5K 281 9
                                    


"Lan, lo dipanggil Pak Sanjaya, tuh di lapangan futsal." Ujar Andi, sahabat Dylan sejak SD itu menepuk pundak sobatnya yang sedang duduk di depan kelasnya sembari membaca sebuah proposal.

"Pak Sanjaya? Ngapain?" Jawab Dylan sembari menoleh ke kiri di mana sobatnya itu duduk. Dan kembali membaca proposal yang berada di tangannya.

"Ya mana gue tau pinter." Sewot Andi yang kini tengah memperhatikan seorang siswi yang berjalan di hadapan mereka.

"Kalo ada apa apa tuh lo harus tanya dulu dong biar jelas, gimana sih, pinter." Dylan beranjak dan langsung menuju lapangan futsal lengkap dengan proposal yang ia baca tadi.

Sedangkan Andi menghiraukan ucapan Dylan tadi sembari memperhatikan sekitarnya, mencari seseorang yang ia tunggu.

"Woyy, sob!" Seru Andi kepada Reno, sahabatnya yang paling gokil, pecicilan dan juga humoris ini.

Reno datang sambil berlari dan mengangkat tangan kanannya tinggi tinggi untuk membalas sapaan Andi.

"Woyy kemana aja lo, pinter?" Reno merangkul Andi dan langsung mengajaknya ke arah kantin.

"Elo yang kemana, pinter?" Dan pertanyaan Andipun dibalas dengan seyuman penuh arti. Andi tau maksud senyuman itu.

***

"Permisi pak, ada yang bisa saya bantu?" Dylan memasuki area lapangan futsal indoor yang terdapat pada SMA Harapan Nusantara.

"Begini Lan, bapak dapat surat dari SMA Cendrawasih, mereka mengajak team futsal kita untuk sparing dengan team futsal sekolah mereka." Jelas Pak Sanjaya sembari membawa bola futsal pada tangan kanannnya.

"Kapan pak?"

"Besok jam 11 siang. Nanti team futsal dapat surat dispensasi."

"Kok mendadak pak?"

"Tadi suratnya baru saya terima, dan saya yakin kalian mau mengikuti sparing ini."

"Baik pak."

"Walaupun ini hanya sparing tapi jangan terlalu dianggap remeh Lan, anggap aja sebagai latihan untuk team futsal kita mengikuti kejuaraan nasional." Papar guru olahraga yang berumur 23 tahun itu.

"Baik pak,"

"Kalau begitu kamu boleh kembali ke kelas."

"Permisi pak."

Dylan berjalan menuju kelasnya yang terletak di lantai 2. Sepanjang koridor kelas ia disapa oleh adik kelas hingga kakak kelasnya dan ia membalasnya dengan senyuman yang sering ia berikan.

Dylan itu baik, tidak tegaan, dan juga setia kawan.

"Woy pinter, baru keliatan aja lo," rangkul Reno yang datang dari arah belakang bersama Andi yang juga ikut merangkul Dylan.

"Tadi dipanggil Pak Sanjaya." Jawab Dylan dengan entengnya dan masih menggenggam proposal yang sedaritadi ia bawa.

"Itumah gue tau pinter." Reno menarik tangannya yang berada pada leher Dylan sehingga wajah Dylan tepat berada pada depan ketiak Reno.

DylanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang