Satu langkah lebih dekat

4.1K 144 10
                                    

Langit biru dengan sinar matahari seolah mengatakan pada dunia jika ia siap menjalani kehidupan dihari ini. Kicauan burung-burung diatas pepohonan seolah menjadi pengiring yang lengkap dipagi hari.

Dylan tengah menyisir rambutnya dikaca yang berada disamping pintu. Ia bersenandung riang dan tersenyum sendiri karena ulahnya dipagi hari.

Rencana pertama yang dilakukan untuk mencuri hari pujaan hati, menjemputnya berangkat bersama. Konyol, tapi hanya itu ide yang terlintas dibenaknya.

"Bodo amatlah ya, berhasil gak berhasil, gue harus berusaha dulu. Hasilnya mah belakangan." Dylan menyemangati dirinya sendiri, sebenarnya dia bukan tipe orang yang percaya diri. Namun, ia percaya dimana ada kemauan dan usaha, pasti ada jalan menuju kearahnya.

"Rambut, oke," cek Dylan sembari memegang rambutnya dan menyisirnya kebelakang.

"Baju, oke," dipegangnya kerah baju putih sekolah yang ia gunakan saat ini.

"Ganteng, udah pasti," senyuman Dylan semakin melebar karena perkataannya barusan. Narsis, itulah Dylan.

"Dek, kamu daritadi ngaca mulu, cepetan turun. Udah ditunggu dimeja makan," tanpa mengetuk pintu Kinnan langsung memasuki kamar yang bernuansa putih biru dan berdecak pinggang, kesal karena kelambatan adiknya sehingga ia harus naik-turun tangga yang jauhnya kebangetan.

"Bentar kak, masih sisiran juga," Dylan berpura-pura menyisir rambutnya dengan tangan dan menolehkan kepalanya kearah kanan dan kiri untuk melihat rambutnya yang sudah rapi.

"Jadi cowok kok lama banget sih," gerutu Kinnan dan menghentakan kaki sebelum keluar dari kamar adik tercintanya.

***

Diperjalanan Dylan menggunakan motornya dengan kecepatan yang standar sembari tersenyum selama perjalanan yang ditempuhnya.

Ketika berada diperumahan tempat Ana tinggal, ia tidak sengaja melihat mobil hitam yang berlawanan arah melewatinya dengan acuh.

Setelah sampai didepan rumah pujaan hatinya, ia langsung turun dari motor dan membuka helm yang ia gunakan. Disisir kembali rambutnya agar lebih rapi. Tetapi, sebelum ia memencet bel, satpam yang bertugas langsung menghampirinya.

"Ada yang bisa dibantu ?" Pak Abi, terlihat dari nama yang terpampang disebelah kanan seragamnya.

"Ana ada pak ?"

"Non Ana sudah berangkat, baru saja dijemput oleh teman-temannya." Pupus sudah harapan pendekatan yang akan dilakukan Dylan. Setelah mengucapkan terimakasih, ia langsung bergegas menuju sekolah.

Mungkin tidak hari ini, besok pasti ia bisa membawa Ana pada jok motor belakangnya.

"Kenapa harus nunggu besok kalau gue bisa jemput dia sepulang sekolah ?" Dylan berbicara pada dirinya sendiri dan memamerkan senyum yang sempat sirna pada wajahnya.

***

"Woy sob, senyum-senyum aja lo," Andi datang dari arah belakang dan langsung merangkul Dylan yang berjalan sendirian dikoridor.

Karena merasa diacuhkan, Andi menarik tangan yang merangkul Dylan dan membawa kepalanya kearah ketiak.

"Lo gak mandi dari kemaren nyet," Dylan memberontak dalam siksaan yang dibuat oleh Andi dan langsung berlari menuju koridor dengan Andi yang mengejarnya dari belakang. Senyumannya makin melebar karena hal kecil yang dilakukan sahabatnya.

"Serius deh, lo kenapa pagi-pagi udah senyum menjijikkan gitu ?" Andi yang berhasil mengejar Dylan langsung menghadangnya dan merentangkan tangan agar Dylan tidak dapat melewatinya.

DylanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang