"Bego! Kenapa gak bangunin gue!" teriak Key dengan frustasi, bayangkan saja mereka sekolah jam tujuh dan sekarang sudah pukul 6.15 bahkan Key baru bangun dari tidurnya yang tak nyenyak. Lihat saja, kedua sahabatnya dengan santai mengambil buku dan bercermin tanpa memperdulikan teriakan frustasi milik Key.
"Mending lo langsung mandi, setengah tujuh lo belum selesai gue tinggal." putus Nara yang membuat Key lari terbirit-birit ke dalam kamar mandi setelah sebelumnya meneriakkan sebuah umpatan yang dibalas dengan gelak tawa oleh Ana maupun Nara.
"Temen lo," tuding Ana dengan sisa-sisa tawanya.
"Bukan temen gue."
"GUE DENGER YA, MONYET!" kalau sudah begini, semua hewan di kebun binatang akan Key sebut karena hancurnya pagi indah yang biasanya ia alami.
"CEPETAN BEGO!" tak sampai lima menit Key keluar masih dengan piyama yang semalam ia gunakan, menandakan bahwa ia sedaritadi tak mandi.
"Lo belum mandi? Kambing!" teriak Ana dengan menutup hidungnya dengan kedua tangan seakan aroma tubuh Key semenyeramkan yang ia bayangkan.
"Mana bisa gue mandi secepet ini, udahlah juga gak ada yang tahu." sahut Key dengan santai seraya mengambil seragamnya di dalam koper yang ia bawa semalam dan melenggang memasuki kamar mandi kembali.
Ana dan Nara hanya menggelengkan kepala tanda maklum dengan sifat Key yang satu ini.
"Temen lo!" seru mereka bersamaan dan membuat mereka tertawa karenanya.
"GUE DENGER YA!"
Key berjalan mendahului Ana, yang berstatus sebagai pemilik rumah menuju meja makan yang lengkap berisi makanan maupun segelas susu untuk sarapan pagi mereka.
"Papa di mana, Bik?" tanya Ana ketika tak melihat sang Ayah di tempat biasanya ia sarapan.
"Tuan dan Nyonya sedang dinas keluar negeri, Non." sahut Bibi dengan senyuman yang meneduhkan Ana tiap kali mendengar berita dinas kedua orangtuanya, atau bisa dikatakan Papanya saja.
Mereka makan di keheningan dan yang terdengar hanya dentingan sendok yang beradu dengan piring.
"Terimakasih sarapannya!" pekik Key dengan ceria seraya mencakup kan kedua tangannya di depan dada setelah menyelesaikan sarapannya. Kebiasaannya yang selalu diajarkan oleh Ibunya yang memang seorang wanita Jepang.
"Ayo berangkat! Bebeb udah nunggu di depan!" Key berlari menuju pintu depan dengan langkah riang dan menyambut sang kekasih yang menunggunya di dekat mobil.
"Tau gini gue minta Pak Ajin nganterin gue." ujar Nara dengan sebal.
"Kan ada gue." sahut Ana seraya menepuk pundak Nara dengan wajah yang geli. Karena rencana awal mereka bertiga dan menggunakan mobil Nara untuk mengantarkan mereka sampai sekolah. "Ayo!"
Saat mereka sampai di depan pintu utama, seseorang membuat Ana terkejut akan kehadirannya.
"Dylan?" sang pemilik nama hanya memamerkan senyumannya dan menggandeng tangan Ana menuju mobilnya tanpa mengatakan apapun. Sedangkan Ana hanya dapat menolehkan kepala ke arah Nara yang terlihat patah hati seraya memegang dada sebelah kiri seakan ia jantungan.
"Ya Tuhan, kenapa pagi gue diawali dengan pemandangan ini?! Dan kenapa jadi gue berangkat sendiri?!"
Poor you Nara.
•••
"Mulai hari ini, kita pacaran." titah Dylan seolah tak menginginkan bantahan, bahkan saat Ana hendak mengeluarkan protesnya, ia langsung ditarik ke dalam mobil dan menjalankannya menuju rumah Ana setelah ia menjemput Ana di sekolahnya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dylana
Teen FictionAna yang seorang Bad Girl di sekolahnya harus mau merelakan waktunya yang berharga untuk Dylan, seorang Most Wanted di sekolah tetangga. Ana bingung kenapa Dylan selalu mendekatinya, ia selalu tak menanggapi ajakan Dylan setiap mengajaknya pulang be...