Ana memasuki mobil Dylan dengan tidak semangat. Moodnya sudah hancur saat ia meninggalkan rumah itu dengan teriakan dari arah belakangnya.
Dylan yang melihat Ana memasuki mobilnya langsung menyambut dengan cengiran yang mampu membuat Ana ikut tersenyum. Perlahan-lahan senyuman di bibir Ana merekah saat Dylan melemparkan candaan garing yang Ana sambut dengan gelak tawa.
Ana bersyukur, mulai sekarang ia memiliki seseorang yang bisa mengubah suasana hatinya. Her moodboster.
"Nah, terus ya, si Ayah bilang gini ke Keenan,'Jadi, cuma kamu yang jomblo di rumah?' Terus wajah Keenan seakan tersakiti sama ucapan Ayah." Ana ikut tertawa saat Dylan menceritakan kejadian lucu dan tragis di rumahnya. Bahkan, sampai saat ini Keenan masih di ledeki karena hanya dia seorang yang jomblo di rumah mereka.
"Terus-terus? Keenan gimana?" pertanyaan Ana membuat Dylan berhenti tertawa dan mengerucutkan bibirnya sebal. Ana memandang Dylan dengan heran sebelum akhirnya senyumannya mengembang karena ucapan Dylan.
"Kok kamu nanya soal Keenan? Kamu suka sama dia?" tanya Dylan dengan sarkastis tanpa memperdulikan senyuman Ana yang kian mengembang.
"Kalau iya?"
"Kamu menyakiti hatiku, Yang." Dylan memegang dada kirinya seolah ucapan Ana memang membuatnya merasa tersakiti. Ana tertawa melihat tingkah sang kekasih di sebelahnya. Kekasih, ya. Memikirkan itu membuat pipi Ana semakin bersemu.
"Belajar yang bener, nanti aku jemput." ujar Dylan seraya mengacak pelan rambut Ana yang dibalas dengan wajah sebal milik Ana. Sang gadis hanya menganggukkan kepala dan turun dari mobil Dylan dengan masih mengerucutkan bibirnya.
Senyuman Ana semakin melebar saat mobil Dylan berlalu di hadapannya.
"Ana!" teriakan itu membuat Ana makin melebarkan senyumannya yang jarang ia perlihatkan pada siapapun selama ini.
Sepertinya mulai saat ini, kebahagiaan menyertaiku batin Ana dengan senang.
"Ana~ pinjem pr dong." Ana hanya menatap datar Nara yang ikut menghampirinya dan langsung meminta tugas Ana yang akan ia salin sebelum jam pertama dimulai. Mereka berjalan beriringan menuju kelas dengan gelak tawa yang tak pudar dari wajah mereka, karena hal sederhana seperti tadi misalnya.
"Ada maunya aja lo." Nara menoyor kepala Key dengan pelan saat mendengar sahutan sahabatnya itu saat melihat Ana karena tak lain dan tak bukan untuk meminjam tugas yang belum ia kerjakan. Key hanya memamerkan deretan gigi putihnya saat mendapatkan hadiah dari Nara.
"Ayo, Na." ajak Key dengan menggandeng tangan kanan Ana untuk mengikutinya menuju kelas dan meninggalkan Nara berjalan seorang diri. "Sakit, bego!"
Nara yang menjadi pelaku hanya menjulurkan lidah dengan maksud mengejek Key yang saat ini sedang bergumam kesal dengan tingkah Nara tadi.
"Ana!" seruan itu terdengar dari arah belakang, seorang gadis dengan rambut yang diikat satu melambaikan tangannya ke arah Ana yang membalikkan badan serta menaikkan sebelah alisnya tanpa tahu siapa orang yang memanggilnya tadi. Begitu pula dengan Key dan Nara yang memandang heran ke arah gadis itu.
"Aku Elsa. Do you wanna build a snowman?" seketika gelak tawa memenuhi koridor yang lumayan sepi, suara tawa Key lah yang mendominasi sedangkan Ana hanya terkekeh mendengar candaan seorang bernama Elsa.
"Sumpah ya, gue baru kali ini denger lelucon gini." ujar Key dengan mengusap matanya yang berair karena tawa yang tak kunjung henti.
"Kebalik kali, seharusnya Ana yang bilang gitu." Nara ikut mengusap sudut matanya yang berair dan memandang Elsa yang tengah cengengesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dylana
أدب المراهقينAna yang seorang Bad Girl di sekolahnya harus mau merelakan waktunya yang berharga untuk Dylan, seorang Most Wanted di sekolah tetangga. Ana bingung kenapa Dylan selalu mendekatinya, ia selalu tak menanggapi ajakan Dylan setiap mengajaknya pulang be...