"Bi, mana bapa?" Tanya ibu Radit pada bi Inah yang tengah menghidangkan makanan saat semua sudah berkumpul di meja makan, terkecuali ayah Radit yang belum terlihat kehadirannya.
"Mungkin masih di kamar bu maghriban, mau saya panggilin?"
"Emm boleh deh, bilang semua udah nungguin"
Bi Inah langsung menjalankan perintah ibu Radit itu.
"Zahra kamu masih inget kan? dulu kamu dan Radit sering banget main ke sana ke mari sampe tante dan mama kamu kebingungan cari kalian"
Zahra hanya tersenyum manis mendengarnya, namun lain halnya dengan Radit dan Deva yang semakin bingung dengan apa yang dimaksud wanita paruh baya itu. Deva mengarahkan pandangannya ke Radit bermaksud meminta penjelasan, karena mengerti yang Deva maksud Radit hanya menggeleng kepala menjawabnya.
Radit mengalihkan pandangannya ke ibunya, "Maksudnya apa si mah? ko Radit nggak ngerti ya?" Radit menaikan sebelah alisnya.
Ibu Radit sedikit tertawa sebelum akhirnya menjawab, "Issh issh kamu nih malu atau pura-pura lupa si dit?"
Radit semakin heran dibuatnya, entah apa yang dimaksud itu.
"Kkhmm maaf nunngu"
"Eh papa dari mana? yaudah yu makan"
Ayah Radit yang baru saja tiba, langsung menduduki kursi yang berada di samping istrinya itu. Disendokannya sepiring nasi oleh ibu Radit untuk suaminya, begitu juga Radit yang melakukannya untuk Deva.
"Zahra, gimana kabar ibu bapa di jogja?"
"Emm alhamdulillah baik om"
"Alhamdulillah, perjalanan tadi lancar kan nggak ada masalah?"
"Emm ya alhamdulillah juga lancar om, cuma sedikit macet aja pas di mobil"
"Khhm ya beginilah namanya tinggal di kota. Kalo ngga macet ya banjir, beda sama di kampung lebih tenang"
"Ish papah ni, nyamain kota sama kampung, ya jelas bedalah pah" sanggah ibu Radit sambil sedikit tertawa.
"Yaudah ayo semuanya mari makan, pasti udah laper kan" ucap ayah Radit.
Belum ada yang memulai berbincangan saat seluruhnya tengah menyantap makan malam. Begitu juga Deva yang menyuapkan makan ke mulutnya dengan sedikit malu karena berhadapan langsung dengan kedua orangtua Radit.
Radit hendak menyuapkan makannya untuk Deva, "Dev aaaa" ucap Radit pada Deva dengan membuka mulutnya sekadar menyuruh Deva untuk membuka mulutnya. Dengan sedikit rasa malu Deva menyuap makanan yang radit sodorkan untuknya. Ibu Radit seperti tidak suka melihat itu, lantas ia langsung membuka suara dan berbicara pada Radit.
"Radit, kamu kan katanya besok masih libur, kalo gitu kamu sekarang tidur di sini aja gausah balik ke kosan dulu, biar besok kamu bisa temenin Zahra jalan-jalan" Ibu Radit tersenyum kepada Zahra, dan dibalasnya senyum itu dengan sedikit malu.
Mendengar itu, Deva yang tengah mengunyah makannan di mulutnya, menjadi tersentak, sampai-sampai makanan yang belum sepenuhnya halus sudah tertelan terlebih dahulu. Suara batukpun mulai terdengar karena terselak makanan yang tak sengaja ditelannya. Melihat itu, Radit menjadi khawatir dan segera ia memberikan segelas air untuk Deva.
Radit menepuk pelan punggung Deva, "Pelan-pelan dev makannya, ni minum dulu"
Deva mengambil segelas air itu dan langsung meminumnya, "Makasih dit"
"Udah mendingan?" tanya Radit, Deva hanya mengangguk menjawabnya.
"Radit, gimana? kamu bisa kan temenin Zahra, ya paling nggak kamu ajak belanja atau sekedar jalan-jalan" Sela ibu Radit
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
Teen FictionPerpisahan kedua orangtuanya seperti awal kehidupan suram yang akan dialami Deva. Deva hancur dengan keadaan itu, yang ia ingin hanya keutuhan dan kehangatan bersama keluarganya sendiri. Bahkan rasa hancurnya menumbuhkan fikiran untuk mengahkiri hid...