Deva selalu memikirkan kata-kata yang diucapkan Mira beberapa hari yang lalu, Deva bingung. Ia masih butuh penjelasan mengenai alasan ayahnya menceraikan ibunya. Mengenai hubungannya dengan Radit, malam itu, setelah kepulangan Mira dari rumahnya, Radit mendatanginya dan meminta maaf padanya, ya walaupun Radit masih belum tahu apa yang salah darinya sehingga Deva agak menjauhkannya.
"Dev dev, sini deh liat" Panggil Nana yang berhasil membuyarkan lamunan Deva, sontak Deva pun mengikuti Nana yang tengah merangkulnya, dan mengikuti arah pergerakan tangan Nana yang menunjuk salah-satu meja pengunjung yang terdapat dua orang wanita di sana. Deva heran, entah apa yang dimaksud Nana dengan kedua wanita yang tengah duduk membelakanginya itu. "Dev, lo liat nggak sih?" Tanya Nana lagi di tengah lamunan Deva.
Deva memicingkan kedua matanya, sekadar memperjelas siapa yang dimaksud temannya itu, "Dua cewe itu?" Deva menatap Nana di sampingnya dan Nana pun hanya mengangguk kepada Deva, "Iya kenapa dia? Lo ni, gila urusan deh kayanya" Deva menyolek dagu Nana dan kemudian berniat kembali melakukan pekerjaannya.
Nana menghalangi Deva yang ingin meninggalkannya, "Duh Dev, lo masih nggak nyadar dia siapa?" tanya Nana agak geram dengan Deva.
Deva menautkan kedua alisnya, karena bingung apa yang dimaksud Nana, "Emang dia siapa si na?" Tanya Deva penasaran.
Nana menggeleng kesal melihat Deva yang tak juga mengerti maksudnya, "Lo liat lagi" Nana mengarahkan tubuh Deva agar melihat ke arah yang dimaksud, "Itu bukannya nyokapnya cowo lo ya? Tapi pertanyaanya dia dateng sama siapa tuh? Lo kenal?"
Deva tersentak dengan pernyataan yang terlontar dari mulut Nana. Ia Semakin memperjelas pengelihatannya kepada dua wanita yang duduk berdampingan itu. Dapat Deva lihat sekilas gadis yang tengah bercakap-cakap pada ibu Radit. Deva semakin bingung, apa memang sudah sedekat itu mereka berdua? bahkan Deva yang sudah mengenal lama putranya saja sangat susah untuk bisa lebih dekat dengannya. Namun dia? dan dia itu adalah…Zahra.
Raut wajah Deva berubah setelah mengingat semua itu. Terasa semangatnya agak berkurang karena itu, pikirannya pun tembus, akan hubungannya dengan Radit kelak. Dan Deva hanyut dalam lamunannya.
Nana menatap bingung temannya itu, hanya tatapan kosong yang tergambar di wajah Deva. Buru-buru Nana membuyarka lamunan temannya itu, "Dev-" Nana menaik turunkan tangannya di depan wajah Deva, "Dev, Deva!" ucap Nana agak menaikan nada bicaranya agar Deva tersadar dari lamunnya. Dan benar saja, yang dilakukan Nana barusan berhasil membuat pecah lamunan Deva, dan membuat Deva menjadi tersentak.
"Ahh emm-" Deva gugup
"Lo kenapa Dev?" Nana menautkan kedua alisnya melihat tingkah Deva.
"Emm nggak apa-apa na, yaudah gue ke belakang dulu ya" Deva menepuk pelan pundak Nana dan beranjak pergi.
Belakangan ini Deva sering terlihat melamun, mulai dari keluarga hingga Radit, merupakan alasan Deva untuk itu, seperti malam ini, Deva juga tengah melamun bertopang dagu di dalam kamarnya dan tepatnya di depan jendela kamarnya.
ceklek...
Bunyi sebuah pintu terbuka kini membuyarkan lamunan Deva. Dilihatnya Aya yang tengah berjalan menghampirinya dengan sebelah tangan yang mengucak-ucakan matanya, dan tentu saja dengan wajah yang terlihat mengantuk.
"Kakakkk" Rengek Aya
Deva menyambut Aya dengan peluknya saat Aya sudah berada di dekatnya, "Kenapa Aya? ko belom tidur?" tanya Deva halus.
Aya mengerucutkan bibirnya saat mendongak ke atas, ke arah wajah Deva, "Aku-" Aya menggantungkan kalimatnya.
"Kamu kenapa?" Tanya Deva lagi yang terdengar cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken
Teen FictionPerpisahan kedua orangtuanya seperti awal kehidupan suram yang akan dialami Deva. Deva hancur dengan keadaan itu, yang ia ingin hanya keutuhan dan kehangatan bersama keluarganya sendiri. Bahkan rasa hancurnya menumbuhkan fikiran untuk mengahkiri hid...