10

32 5 0
                                    

"Makasih ya dit" ucap Deva saat hendak membuka pintu mobil karena ia sudah sampai di depan tempat ia bekerja.

Radit hanya tersenyum mendengar ucapan Deva.

"Kamu bener-bener terbaik buat aku, tapi aku nggak bisa kasih apa-apa buat kamu. Pokonya aku cuma bisa bilang banyak ter-"

Radit memotong kata-kata Deva, jemari telunjuknya ia tempelkan pada bibir Deva, membuat Deva tidak melanjutkan kalimatnya, "Jangan bilang makasih lagi, aku terlalu baik buat di kasih ucapan terimakasih" Radit menggantungkan kalimatnya sesaat, "emm daripada kamu telat, mening kamu cepet masuk tar bos kamu marah-marah. Oke" Radit menyunggingkan senyumnya yang dibuat-buat pada Deva.

Deva tersenyum dan menahan tawanya, "emm yaudah aku masuk ya, daaah" Deva membuka pintu mobil dan keluar dari mobil. Masih bisa Deva lihat, Radit menatapnya dengan menyunggingkan senyumnya saat Deva sudah di luar mobil.

Deva berjalan menuju ruang karyawan sekadar untuk mengabsen kehadirannya, ia tersentak dengan apa yang didapatinya saat memasuki ruangan.

"Happy birthday to you, happy birthday to you, happy birthday happy birthday happy birthday Deva. Happy birthday Deva"

Senyum Deva melebar saat memasuki ruangan, didapatinya rekan-rekan kerjanya yang menyanyikan lagu selamat ulangtahun untuknya, dan tentu juga ada Nana, orang yang paling dekat dengan Deva di sana. Nana ikut serta bernyanyi untuk Deva dengan kedua tangan yang memegang sebuah kue.

"happy birthday yang ke 23 ya sahabat ku, Deva sayang" Nana memberikan kue yang ia pegang pada Bimo yang juga karyawan di sana, dan langsung memeluk erat Deva.

"Makasih ya na, lo emang sahabat gue yang paling baik" ucap Deva dalam pelukan Nana.

"Yah dev, makasihnya ama Nana doang ni, kita-kita engga" ucap salah-satu dari rekan Deva yang terdengar menyindir.

Deva melepaskan pelukan Nana, dan melihat ke orang itu dengan senyum malunya, Deva menghembuskan nafasnya karena haru, "Iya semuanya yang udah nyiapin ini pokonya makasih banyak. Pokonya kalian the best banget buat gue"

"Sama-sama Deva" ucap seluruh rekan Deva serempak membuat senyum Deva semakin melebar.

"Yaudah dev, ni lilinnya tiup dulu deh. gue udah" Bimo menggantungkan kalimatnya dengan mengusap perutnya dengan sebelah tangannya, pertanda bahwa Deva harus segera membagikan kue itu.

Deva melihat lilin berbentuk angka 23 itu yang menyala api, tiba-tiba Deva ingat akan ucapan Radit pagi tadi di rumahnya, saat ia tidak dibiarkan meniup lilin yang menyala api di atas kue ulangtahunnya.

Deva menimbang-nimbang sesaat, "Eeee gimana kalo Nana aja yang tiup, nggak apa-apa kan?"

Semua rekan Deva heran dengan keputusan Deva, entah apa yang dimaksud Deva kali ini?.

"Sssstt udah daripada lama, tar si bos keburu ke sini. Udah biar gue aje yang tiup. Nggak apa-apa ken dev?" Tanya Irfan yang tidak ingin terlalu bertele-tele. Devapun hanya mengangguk mengiyakan ususlan Irfan, dengan cepat Irfan meniup lilin itu, dan seluruhnya pun langsung menepukan tangannya dan bersorak ria.

"Ayo dev, potong buru-buru"

"Tisu tisu siapin"

Mendengar ocehan rekan-rekannya yang sudah tak sabar ingin mencicipi kue itu, Deva pun langsung memotongnya kecil-kecil.

Karena permintaan seluruhnya yang mengharuskan Deva memakan kue itu lebih dulu, akhirnya mau tak mau Deva memakannya, bahkan ada yang sampai menyuapinya. Setelah Deva memakan beberapa potong, baru Deva memberikan potongan-potongan kue itu pada rekan-rekannya, dan merekapun langaung makan dengan lahapnya.

BrokenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang