Kelas 2-3

2.7K 262 7
                                    

Pagi ini benar-benar cerah, jam menunjukkan pukul 07.45 waktu setempat. Kedua gadis berjilbab itu berjalan santai menuju ruang guru. Mereka memakai seragam yang diberikan dan memakai jilbab abu-abu yang sudah mereka sepakati tadi.

Seorang pria duduk yang sibuk dengan segala kertas yang berada di atas mejanya.

"Pagi pak." ucap Indri.

Pria itu mendongakkan kepalanya melihat kedua gadis berhijab itu. Ia membaguskan letak kacamatanya dan bergegas membereskan kertas yang berserakan diatas mejanya.

"Silahkan duduk."

Mereka hanya menurut dan duduk di kedua kursi yang tersedia di depan meja pria itu.

"Perkenalkan, nama saya Park Il Woo. Walikelas 2-3. Dan saya akan menjadi walikelas kalian hingga kenaikan kelas. Nanti, setelah pelajaran saya selesai, kamu ikut saya." jelas pria itu pada Indri.

"Baik pak." ucap Indri.

"Ayo."

Indri dan Lastya mengikuti Pak Il Woo ke kelas mereka, kelas 2-3. Suasana diperjalanan menuju kelas hening. Pak Il Woo berjalan memasuki ruangan diikuti mereka berdua. Pandangan di dalam kelas itu teralih ke kedua gadis berhijab itu. Mereka menatap kedua gadis itu dari kepala hingga kaki dengan ekspresi yang beragam. Melihat pakaian mereka yang benar-benar berbeda, membuat penghuni kelas itu hanya diam menatap kedua gadis itu, kecuali dengan seseorang yang sedang tidur dikursinya yang berada di pojok ruangan dekat jendela.

"Kelas kita kedatangan dua pelajar dari Indonesia menggantikan Yoo Haneul yang juga menjalani perpindahan pelajarnya ke Jerman. Silahkan perkenalkan diri kalian." jelas Pak Il Woo.

"Hai, perkenalkan nama saya Kim Indri Fatimah. Salam kenal."

"Halo, perkenalkan nama saya Lastya Amanda. Salam kenal."

"Ok, cukup perkenalannya. Indri, kamu silahkan duduk di bangku kosong samping Min Yoon Gi dan kamu Lastya, silahkan duduk di bangku kosong samping Cho Ina." jelas Pak Il Wo.

Mereka hanya menurut dan duduk di bangku kosong yang dimaksud Pak Il Wo. Pasang mata menyaksikan Indri yang berjalan ke arah bangkunya. Ia yakin, bangku kosong yang berada di samping pemuda yang sedang menelungkupkan wajahnya ke atas meja itu pasti tempatnya. Para siswi dikelas itu tampak histeris.

"Oh My God, Prince Gue." ucap seorang siswi yang duduk agak jauh di sudut lain. Ia menatap Indri intens.

Indri duduk dikursinya dan mengeluarkan buku dari tasnya. Ia melihat Lastya yang melambai ke arahnya. Lastya duduk di meja kedua dari depan dengan barisan yang berbeda dengan Indri. Jarak mereka sangat jauh. Apalagi Indri duduk di sudut dan sekelilingnya hanya pria. Para siswi kebanyakan duduk di depan, hanya dua atau tiga siswi yang duduk dibelakang termasuk dirinya saat ini.

Indri mengedarkan pandangannya sekilas. Tampak seorang gadis bermata sipit tengah menatapnya tak suka. Indri hanya memberikan senyuman pada gadis itu yang membuat gadis itu serasa ingin muntah saja.

Ia kemudian menatap pemuda yang berada di samping kirinya. Ia lalu memperhatikan ke depan kelas, pelajaran akan dimulai.

"Yoon Gi, kalau kamu tak bangun dalam hitungan ketiga, tak segan-segan saya akan." ucap Pak Il Wo.

"Iya, saya bangun." ucap pemuda itu dengan wajah kesal, ia memalingkan wajahnya menatap Indri bingung.

"Hai." sapa Indri agak kaku.

Tak ada jawaban, pemuda yang dipanggil Yoon Gi itu hanya menatap Indri datar dan memalingkan pandangannya ke depan kelas setelahnya.

"Gatel banget sih tu cewek. Mau cari masalah?"ucap gadis itu lagi kesal.

"Hye Bi, sudahlah. Yoon Gi pasti nggak suka sama cewek seperti dia. Lo kan yang paling tercantik di sekolah ini." ucap Yun So.

"Gue cuma gemes aja sama tu anak."

Indri yang merasa dilihat hanya bisa menahan kekepoannya.

Jangan sampai dihari pertama gue sekolah punya masalah. Lancarkan lah Ya Allah. Batin Indri.
***

Saat ini Indri berada di ruangan pemilik sekolah itu. Ruangan itu begitu luas dilengkapi dengan segala fasilitas kelas mewah. Ia hanya menatap pria paruh baya yang ada dihadapannya itu. Pria itu sedang membaca profilnya.

"Saya memanggil kamu kesini ingin membicarakan suatu hal. Saya sudah lihat profil dan nilai-nilai kamu. Saya sangat bangga punya siswa sepandai kamu. Dan saya semakin yakin dengan kamu ketika saya melihat langsung orangnya. Saya juga tak menduga kamu akan masuk ke sekolah ini." Jelas pria paruh baya itu.

"Maksud bapak?" tanya Indri yang masih bingung dengan pembicaraan mereka saat ini.

"Saya sangat mengenal ayahmu, kami berteman dari kecil. Dan dia belum bisa ku hubungi setelah ia pindah ke Indonesia. Namun, beberapa tahun terakhir ini kami kembali menjalin komunikasi."

Seoul memang sempit. Batin Indri.

Ia sudah malas dengan topik pembicaraan ini. Namun dia hanya memberi senyum penuh arti yang dipaksakan.

"Saya memanggil kamu kesini, karena saya ingin minta tolong sama kamu. Sudah banyak guru les yang saya bayar untuk anak saya, tapi semuanya tak tahan dengan nya dan memutuskan untuk keluar saja. Ehm, apa kamu mau jadi guru les anak saya? Saya sudah melihat prestasi kamu. Dia seumuran dengan kamu, bagaimana?" jelas pria itu.

"Maaf pak, apa saya tidak terlalu muda? Apa anak bapak mau saya menjadi guru lesnya?"

"Saya sudah yakin. Karena kamu seumuran dengannya mungkin dia mau belajar."

Klek!
Suara itu membuat pembicaraan Indri dengan pria itu terhenti ketika seseorang membuka pintu dan dia hanya berdiri melihat Indri yang ada disana.

Yoon Gi.

Yoon Gi tak menggubris panggilan itu, ia langsung pergi meninggalkan ruangan itu. Kepergian Yoon Gi membuat Indri bingung. Apa hubungan Yoon Gi dengan pria itu.

"Maaf, jika anak saya mengganggu."

"Itu anak bapak?"

"Ya yang saya maksud tadi dia. Dia yang akan kamu ajari. Sebenarnya dia sudah mengasih tau saya supaya hubungan saya dengannya itu dirahasiakan. Dia beralasan agar dia bisa berjuang sendiri tanpa bantuan orang dalam. Tapi lambat laun berita itu terbongkar juga ke seluruh sekolah karena seseorang. Saya juga tidak tau siapa. Dia terus merahasiakannya. Saya sudah tidak tau bagaimana lagi. Saya harap kamu bisa membantu saya." jelas pria itu.

Hening. Indri masih berpikir dan menimbang-nimbang permintaan pria itu. Tampak sebuah harap dari kedua mata pria itu yang membuat pikiran Indri semakin berproses.
***

Assalamu'alaikum guys, ulala update juga saya. SEmoga pada suka bagian ini dan vomentnya dongsss...

Jangan lupa tinggalkan jejak andaa 😀

Kim Indri [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang