Sampai

3.2K 297 5
                                    

"Masih lama?" tanya Indri yang memejamkan matanya. Ia masih mengantuk dan memutuskan tidur di dalam taksi.

"udah Ri, bangun." ucap Lastya memukul pelan bahu Indri.

"Tapi nggak mukul kepala juga La." ucap Indri kesal sambil mengelus kepalanya. Lastya mengira itu pundak Indri, tapi yang dipukulnya sebenarnya kepala Indri.

"Maaf Ri, nggak sengaja. Ya udah, turun yuk." ucap Lastya yang keluar dari mobil. Indri bergegas merapikan jilbabnya dan keluar dari mobil.

Indri berdiri disamping Lastya sambil memandang bangunan besar itu. Bagaimana tidak? Mereka ternyata bisa merasakan bangunan sekolah yang begitu luas dua kali lipat dari sekolahnya.

"MasyaAllah, beneran La kita lolos di sekolah ini?" tanya Indri meyakinkan.

"Iya Ri, gue juga nggak nyangka banget kita sekolah disini. Sekolah ini terkenal banget di Seoul."

Dari dalam sekolah, seorang wanita paruh baya mendekati mereka berdua yang berdiri di depan gerbang sekolah dengan segala tas dan koper yang mereka bawa. Tak lupa, mie instan dan cemilan lainnya untuk jaga-jaga dengan makanan yang ada di sekolah itu.

"Kalian siswa dari mana?" tanya wanita itu.

"Kami siswa dari Indonesia bu." jawab Indri.

"Perkenalkan, nama saya Kang Ha Ra. Kepala asrama sekolah ini, mari ikut saya." jelas wanita itu.

Mereka berdua hanya menurut pada wanita itu. Mereka dibawa ke lantai dua asrama, dan sampailah mereka di ujung di depan kamar no. 013. Wanita itu memberikan kunci kamar mereka berbentuk card dan pergi setelah menjelaskan beberapa hal penting.

Tanpa ba bi bu lagi, mereka langsung memasuki kamar baru mereka. Perlahan, Lastya membuka pintu.

"Assalamu'alaikum." salam Lastya memasuki ruangan itu.

"Wa'alaikum salam." jawab Indri yang mengikuti Lastya dari belakang dan menutup pintu setelahnya.

Mereka membuka sepatu dan meletakkan barang bawaan mereka. Di ruangan itu terdapat dua tempat tidur dan meja untuk masing - masing siswa, dua lemari pakaian dan lemari kecil sepatu, serta satu kamar mandi.

Diatas tempat tidur, terlihat seragam sekolah itu. Lastya yang melihat itu langsung duduk dan melihat seragam yang akan mereka pakai. Indri juga jadi ikut ikutan, padahal dari awal ia sudah malas ke sekolah itu dan pergi dalam keadaan terpaksa. Namun mencoba untuk ikhlas melakukannya.

"Wahh..." itu suara Lastya.

Seragam itu benar-benar cantik. Jas berwarna biru muda dan rompi berwarna hitam dan kemeja berwarna putih dengan kerah berwarna hitam. Rok memiliki dua pilihan, rok lipat panjang berwarna abu-abu dan rok lipat pendek berwarna abu-abu.

"Kenapa roknya dua?" tanya Indri.

"Gue juga nggak tau, eh, ini apa. Jilbab?"

Lastya mengembangkan sehelai kain berbentuk segi empat berwarna abu-abu dan biru muda.

"Aneh ya." ucap Lastya bingung.

Indri hanya mengangkat kedua bahunya. Ia memutuskan untuk bersih-bersih saja.
***

"Assalamu'alaikum, ma."

"..."

"Alhamdulillah, Indri udah sampai kok."

"..."

"Iya ma, Wa'alaikumsalam".

"Siapa yang nelpon Ri?" tanya Lastya yang mendekati Indri di balkon kamar mereka.

"Mama gue, cuma nanya apa gue udah sampai dan lo tau lah emak-emak. Lo, nggak hubungin nyokap lo?"

"Boro-boro nelpon. Nomor dia aja nggak ada sama gue, sedih banget kan gue. Lo masih enak punya mama, ya, walaupun gue punya keluarga utuh, tapi cuma sibuk sama urusan sendiri. Gue cuma bisa berdoa sama Allah, semoga mereka semua disadarin sama Allah dan gue tetep kuat ngejalanin ini semua." tak terasa air mata Lastya jatuh setelahnya.

"Gue cuma bisa bilang sabar sama lo La. Gue nggak bisa ngelakuin apa-apa buat lo. Yang penting, lo itu jangan durhaka sama mereka. Jangan seperti gue yang memiliki dua rasa yang bertentangan yang gue beriin sama papa gue. Gue juga salut sama lo, selalu kuat dan mencoba menjadi anak sholehah." ucap Indri yang memeluk Lastya.

"Duh, jadi sedih gini Ri."

"Nggak apa-apa kok, yang penting kita itu terbuka satu sama lain. Oh iya, kamu tau nggak tentang kamar ini, denger denger,"

"Eh, stop! Jangan mulai Ri. Gue duluan, mau bobok cantik dulu, bye ukhti. Assalamu'alaikum."

"wa'alaikumsalam." jawab Indri yang hanya menggeleng melihat Lastya. Sahabat sekaligus sudah dianggapnya sebagai saudara sendiri. Gadis itu memang sudah membuatnya kuat, walaupun berhadapan dengan masalah yang begitu besar. Gadis itu, ya, Lastya Amanda.
***

Assalamu'alaikum,
Update juga saya, duh, part ini kerasa gaje deh. Nggak tau lah bagi yang lain. Vomentnya dongs. 😀

Jangan lupa tinggalkan jejak😳

Kim Indri [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang