Masalah

2.4K 234 3
                                    

Terima.

Satu kata itu terus berputar-putar seperti dirinya kini yang berjalan menuju kelas tanpa memperdulikan tatapan yang menatapnya sepanjang perjalanan ke kelas. Ia masih berpikir dengan kata yang dikatakannnya tadi. Kenapa dia bisa menerima penawaran dari pria itu. Bukan. Bukan karena pria itu merupakan teman ayahnya. Tetapi ia sangat segan, apalagi dengan orang tua.

Bruk!
Seluruh kertas yang dibawa orang itu berserakan di lantai. Indri yang melihat itu langsung ikut membantu mengumpulkan kertas yang berserakan itu.

"Mianhe, gue nggak sengaja." ucap Indri sambil memberikan kertas yang dikumpulnya kepada pemuda itu.

"Oh, nggak apa-apa. Santai aja. Thanks udah bantu gue." ucap pemuda itu yang masih merapikan kertas yang berada di tangannya.

"Iya."

"Oh iya, kenalin, gue Jungkook. Lo Indri kan, siswi pertukaran pelajar itu?" tanya Jungkook.

"Iya, salam kenal."

"Kalo ada yang mau lo tanyain, tanya aja gue. Gue ketua kelas 2-3. Mau ikut nggak?" tawar Jungkook.

Cepet juga nih anak beradaptasi sama gue. Batin Indri.

"Emangnya lo mau kemana? Bawa kertas sebanyak ini."

"Nganter ke ruang guru, come on."

Indri menyetujui mengikuti Jungkook ke ruang guru. Pemuda itu tampak sangat ramah pada semua orang. Memang benar-benar pemimpin yang ramah. Tak sombong seperti Yoon Gi, eh?

Kenapa dia jadi ingat pemuda itu? Ia memutar bola matanya malas. Apa ia harus menolak? Tapi, tak mungkin, ia sudah menerima penawaran itu. Ia mengusap wajahnya gusar dan terus berdzikir dalam hati.

"Lo tunggu disini ya, gue cuma bentar kok."

"Oke."

Indri menatap Jungkook yang memasuki ruang guru. Ia berdiri di depan ruang guru sambil memandang sekeliling. Dan...
***

Cahaya matahari sangat menyilaukan mata. Membuat seorang gadis menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ia mengedip-ngedipkan matanya mencoba untuk mengembalikan kesadaran sepenuhnya.

Ia menatap, uh, kenapa ia harus melihat pemuda itu? Padahal ini belum sehari ia sekolah disini. Menikmati hari sebagai siswa secara normal.

Pandangannya tertuju ke sebuah tangan yang menggenggam tangan kanannya. Dan refleks ia berdiri dan melepaskan genggaman yang begitu kuat.

"Lepasin gue! Hei, lo denger kan?! Lepasin tangan gue! Gue nggak takut sama tatapan lo itu tau nggak."

Ya Allah, wudhu gue jadi batal. Ampuni hamba ya Allah. Batin Indri.

Ia menghempaskan tangannya kuat hingga terlepas dari pemuda itu.

"Gue mau ngomong sama lo."

"Kalo mau ngomong, ngomong aja. Nggak usah pake acara nyulik orang, apalagi nyari kesempatan dalam kesempitan. Basi tau nggak!" ucap Indri kesal. Ia tak ingin menatap pemuda itu, ia sangat kesal dan pergi begitu saja tanpa menghiraukan panggilan pemuda itu.

Kakinya terhenti ketika sebuah tangan kembali menggenggam tangannya.

"Lepasin tangan gue! Dan gue peringatin sama lo, ini terakhir kalinya lo nyentuh gue."

Tangan itu belum terlepas menggenggan tangan Indri. Malah semakin kuat.

"Kenapa? Gue cuma mau ngomong sama lo. Hargain dong!" ucap pemuda itu yang mulai kesal.

"Gimana gue mau hargain elo? Sedangkan elo aja nggak bisa hargain orang lain." ucap Indri tak mau kalah dan masih berusaha melepaskan genggaman pemuda itu.

"Sok banget sih lo jadi cewek. Cuma dingenggam aja tangannya udah heboh." ucap pemuda itu yang masih menggenggam erat tangan Indri.

"Asal lo tau ya, gue itu beda sama cewek lain. Gue itu mahal! Lo tau kan, mahal! Hanya orang tertentu aja yang bisa dapatin itu. Dan gue bukan cewek yang bisa lo perlakukan seenaknya." ucap Indri menghempaskan tangannya kuat dan bergegas berlari menuju toilet. Ia memegang tangannya yang digenggam pemuda itu. Rasa sakit ditangannya masih terasa sepanjang perjalanan ke toilet.

Ia masih tak bisa berpikir dengan teman semejanya itu. Ia jadi menyesal menerima penawaran itu. Indri tak tau lagi. Ia merasa pusing dan pergi ke uks setelah keluar dari toilet.
***

"Pelajaran selesai, selamat siang." ucap Pak Il Wo yang kebetulan pelajarannya hingga istirahat.

Beberapa siswa di kelas 2-3 mulai berkeluaran ke kantin untuk makan siang. Karena jam awal makan siang sudah masuk zuhur. Indri dan Lastya sudah sepakat untuk sholat dulu baru pergi makan siang.

"Tunggu, gue mau ngomong sama lo, penting!" ucap Yoon Gi, ia langsung menahan Indri pergi.

Indri menatap tangannya, kemudian mengalihkan tatapannya menatap Yoon Gi kesal.

"Lepasin gue!" seru Indri.

Beberapa siswa yang ingin keluar tak jadi akibat mendengar percakapan kedua orang yang baru mengenal itu.

Hye Bi, gadis itu sudah panas. Matanya sudah terasa panas melihat pemandangan itu. Ia sudah ditahan kedua temannya. Namun, ia tak memperdulikannya dan berdiri di dekat kedua orang yang sedang menjadi pusat perhatian di dalam kelas itu.

"Kalo lo mau ngomong, baik-baik dong. Tinggal ngomong, selesai kan? Dan satu lagi, nggak usah harus nyentuh gue. Harus berapa kali sih gue kasih tau?"

Wudhu gue jadi batal lagi kan? Batin Indri.

Yoon Gi perlahan melepaskan tangan Indri. Ia menatap Indri pergi dengan Lastya yang menatap mereka bingung.

"Kenapa sih oppa? Hm, my prince kok sedih?" tanya Hye Bi yang sudah berdiri di depan Yoon Gi.

Yoon Gi menatap Hye Bi sebentar yang menatapnya penuh harap. Tapi, ia berlalu begitu saja menghiraukan gadis itu yang kesal padanya.

"Awas lo anak baru, cari masalah lo sama prince gue." gumam Hye Bi dengan senyuman liciknya.
***

Assalamu'alaikum guys, gue datang lagi. Huft, semoga sukaaa. Kenapa sih sama Yoon Gi? Bingung gua.

Oh iya, vomentnya jangan lupa yaa

Kim Indri [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang