Hye Bi POV :
Sunyi banget, gue masih nunggu reaksi Ina. Dia masih diam, menatap Indri dan Lastya bergantian. Ada ketakutan yang gue lihat dimatanya.
"Ina, lo gak apa-apa, kan? Tadi Hye Bi itu bukan bermaksud marahin lo. Ina?" tanya Indri, dan Ina masih bungkam.
Ina menghela napas pendek, gue sedari tadi natap dia. Nunggu apa jawaban dia.
"Lo gak usah takut sama gue. Gue jinak kok, gak gigit orang. Yang gue gigit paling makanan, seperti nasi, sayuran, ikan. Kalo orang gak masuk kategori gigitan gue." ucapan gue berhasil buat dia tersenyum walaupun tampaknya terpaksa.
"Gue gak marah kok sama lo. Oke, gue bakalan bilang ini, sama lo. Gue percaya lo itu pasti bisa jagain rahasia gue."
Apa? Segampang itu dia percaya sama gue? Segampang itu? Gue gak salah dengerkan? Gue ngerasa... Aksjgfhl.
"Maksud lo?" tanya gue bingung.
"Pertanyaan lo yang tadi. Gue ini siapanya Yoon Gi."
Gue cuma ber-oh ria. Ina terlihat bingung melihat reaksi gue yang biasa aja. Emang biasa aja, kan. Terus, gue harus apa? Nangis tersedu-sedu? Gak, kan?
"Gue itu saudari angkat Yoon Gi." ucap Ina mulus dari bibirnya.
"Apa?" teriak gue malahan buat gue kaget sendiri.
"Maaf, gue gak sengaja. Maksudnya, gue gak bermak-"
"Gue maklum sama lo, Hye. Ingatan lo baru pulih, dan pantesan Yoon Gi oppa bingung lihat lo pas baru sadar gak kenal dia. Lo beneran gak kenal dia? Ingatan lo udah pulih." jelas Ina.
"Gue juga gak ngerti. Mungkin gue ingat nanti." ucap gue sambil tersenyum.
***Author POV :
Keempat gadis itu berangkat ke sekolah bersama. Beragam tatapan dan reaksi teman-teman mereka rasakan walaupun berusaha untuk tetap biasa saja. Hipotesis Hye Bi benar, dan itu sudah biasa mereka lihat. Kedua teman Hye Bi menjauh darinya. Ia pindah ke depan bersama Yun Soo.
"Gue tau bakalan jadi gini." Gumam Hye Bi tak memperdulikan teman-teman sekelas yang menatapnya heran.
Hye Bi melambai sambil tersenyum ke arah Indri dan sebaliknya.
"Lo udah baikan sama Hye Bi? Kenapa seragam kalian sama?" Itu suara Yoon Gi, Indri tak menggubris, ia malah memasang headset kemudian melanjutkan aktivitas menulisnya.
Yoon Gi mengelus dada, bersabar dengan sikap dingin Indri padanya. Ia menulis asal dibukunya. Tak perduli dengan tatapan Bu Jihyo yang memandangnya sedari tadi. Perlahan, tangan Indri mematikan murottal Qur'an dan mencabut headset dari telinganya. Walaupun ia memakai jilbab, tidak dengan Bu Jihyo, ia bisa melihat. Aura Bu Jihyo semakin mendekat.
"Alhamdulillah." gumam Indri pelan.
Bu Jihyo semakin dekat ke arah Yoon Gi. Beberapa pasang mata menatap penasaran apa yang akan dilakukan Bu Jihyo.
Yoon Gi masih belum sadar juga, catatan yang ditulisnya sangat berantakan. Sama dengan hatinya yang kini berantakan.
"Yoon Gi, minggu depan kumpulkan ke saya rangkap dua catatan kamu. Jangan lupa ditanda tangani orangtua kamu." Ucap Bu Jihyo lembut tapi menusuk, Bu Jihyo kemudian kembali ke tempatnya.
Yoon Gi masih mematung mendengar perkataan guru itu. Ia menggaruk tengkuk kepala yang tak gatal. Ia menghela napas setelahnya, pasrah dengan nasib yang semakin berantakan.
***"Satu hari ini guru bakalan rapat. Kelas free sampai pulang." Teriak Jungkok ke seluruh teman sekelasnya.
Beberapa siswa bersorak, dan yang lain acuh tak acuh. Indri langsung beranjak dari duduknya, ia berjalan menuju kursi kosong samping Hye Bi.
"Gue duduk di sini ya. Gue pengen tidur. Boleh, kan?"
"Boleh."
Indri langsung duduk dan menelungkupkan wajahnya. Hye Bi hanya menatap Indri yang telah tertidur di meja sampingnya.
Hye Bi kemudian menatap ke arah kursi Indri. Disana ia tak sengaja melihat Yoon Gi memandang ke arah kursinya. Tetapi, Yoon Gi langsung memalingkan wajahnya, ia melakukan aktivitas yang tak jelas. Hye Bi menahan tawanya, ia menggelengkan kepalanya. Ia berdehem kemudian mengikuti Hye Bi untuk tidur. Dia tidak suka lagi bergabung dengan teman-teman cewek yang sekarang sudah berkumpul hendak arisan yang pastinya bakalan lebih menjerumus ke ghibah.
***Teng... Teng... Teng...
Suara lonceng sekolah membangunkan Indri dari tidurnya."Ri bangun, kebo banget sih tidur lo!" teriak Lastya sedikit kesal.
Indri hanya mengerang, ia duduk dengan mata yang masih terpejam.
"Indri bangun, ini udah sepi! Ayo pulang!" Teriak Lastya tepat di telinga kiri Indri.
Mata Indri terbuka, ia menatap Lastya kesal.
"Astaghfirullah Lastya. Gue kaget!" Ucap Indri kesal.
"Lo tidur kebo banget! Ayo pulang, naik motor lo ya. Gue lagi males naik angkot." Jelas Lastya membuat Indri bingung.
"Naik motor? Kita itu tinggal di asrama La. Ngaco banget sih." Ucap Indri sambil ketawa kecil.
"Lo mau tinggal di kelas ini, sekolah kita gak ada asramanya. Pesantren kali ada asramanya. Ini pasti gara-gara ketiduran. Kamu semalam ngapain sih sampe ketiduran seharian disekolah. Untung aja kelas free."
"Emang kelas kita free makanya gue tidur. Hye Bi mana? Ina? Udah balik ke asrama?"
"Ya Allah, Indri. Hye Bi sepupu lo? Bukannya dia di Seoul? Dia gak sekolah disini Ri. Pasti lo mimpiin dia ya?"
"Enggak, bukannya kita lagi masa program pertukaran pelajar ya?" tanya Indri bingung.
"Pertukaran pelajar? Tambah ngaco aja lo. Gadak Ri, kagak ada. Malahan lo nolak waktu di ruang guru, Bu Risa nawarin lo. Tapi lo bilang, 'Makasih bu, tapi saya harus belajar lagi. Mungkin siswa yang lain.' Lo bilang gitu. Jadi, lo itu di Indonesia, tepatnya di Jakarta Selatan. Titik. Ada lagi? Atau jelasin ke gue deh. Lo itu aneh tau gak."
Indri juga merasa bingung, ia menceritakan semuanya. Dari awal hingga akhir, semua kejadian yang terjadi pada mereka berdua. Beragam reaksi yang diberikan Lastya saat mendengar cerita Indri yang menurut nya sangat tidak logika sekali. Semuanya hanya khayalan, kalau Lastya bisa memberi saran untuk Indri. Cerita yang ia dengar hingga sore itu ditutup dengan desahan napas Indri yang panjang.
"Dan semuanya cuma mimpi, Ri. Udah jam 3, Ashar yuk. Lagian kita belum izin lama pulang." Ucap Lastya.
***Assalamu'alaikum guys, komen nya dibutuhin. Semoga bagian ini bagus yakk.
Wassalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Indri [Complete]
Teen FictionIni berawal dari pertukaran pelajar yang dilakukan Indri dan Lastya yang lolos di salah satu Sma swasta yang terkenal di Seoul, Korea Selatan. Bertemu dengan seseorang yang membuat Indri kesal dengan sikap dan perilaku orang itu. Apa yang akan terja...