Indri duduk disamping Lastya yang duduk di sofa yang terletak di sudut ruangan tempat mereka sholat. Ruangan itu memang tidak terlalu besar, cukup untuk mereka berdua melaksanakan sholat disana.
Ruangan itu terletak di dekat lapangan indoor dan mereka berwudhu di toilet yang memang bersampingan dengan ruangan itu. Sebelumnya ruangan ini digunakan untuk gudang peralatan olahraga. Namun, sejak hari ini hingga satu tahun ke depan, ruangan itu akan digunakan oleh kedua gadis itu untuk menjalankan kewajiban mereka beribadah sebagai umat muslim.
Wajah Indri terlihat di tekuk, entahlah, ia masih berusaha untuk bersabar menghadapi teman semeja nya itu. Apa yang harus ia lakukan agar ia bisa memulai sebagai guru les pemuda itu?
"Ri, lo kenapa? Kok mukanya di tekuk gitu? Kalo lo ada masalah, cerita sama gue. InsyaAllah, kalo gue bisa bantu, gue bantu. Tapi, kalo lo nggak mau, nggak apa-apa juga sih. Gue tunggu sampai lo siap cerita." ucap Lastya lembut.
"Em, sebenarnya gue mau nyeritain sesuatu sama lo La. Ini tentang gue yang di suruh Pak Il Wo buat datang ke ruangan pemilik sekolah ini." ucap Indri kemudian menarik napasnya dalam.
Lastya masih menatap Indri, menunggu apa yang akan keluar dari mulut Indri.
"Gue nerima penawaran jadi guru les anak nya. Sebenarnya gue mau nolak, tapi gue segan banget La."
"Bagus dong, terus apa masalahnya?"
"Masalahnya, satu, anaknya itu seumuran sama kita. Kalo masih di bawah kita, gue mau. Kedua, dia sekelas sama kita. Ketiga,.." Indri terdiam, ia berpikir apakah ia harus mengatakannya atau tidak.
"Ketiga?"
"...ketiga, dan orang itu semeja sama gue La. YOON GI! Ya Allah, gue nggak sanggup La. Gimana dong?" tanya Indri.
"Gimana lagi? Lo udah nerima kan? Gue saranin ya, lo itu harus ikhlas dan sabar melakukannya. Jangan gara-gara lo kepaksa, jadi gak baik pada akhirnya. Gue janji, gue bakalan ikut juga kalo lo mau ngajar les. Lumayan kan, belajar gratis. Hahaha." ucap Lastya.
Indri hanya mengerucut kan bibirnya.
"Ih, elo awalnya aja yang manis, terakhirnya pahit tau nggak."
"Tapi benerkan?"
"Iya. Tapi janji ya, lo ikut sama gue. Gue nggak mau berduaan sama tu anak. Gak baik, gak muhrim."
"Iya iya, ke kelas yuk."
Mereka keluar dari ruangan itu dan melihat Ina-teman semeja Lastya berdiri di depan ruangan itu sambil bermain ponsel.
"Ina, ngapain disini?" tanya Lastya.
Ina memasukkan ponselnya ke dalam saku roknya.
"Gue nungguin lo. Mau ngajak kalian makan siang bareng." jelas Ina.
"Lo tau dari mana gue ada di sini?" tanya Lastya bingung.
"Tadi, sebelum lo pergi kan ngasih tau gue dulu. Masa lupa sih?"
"Oh iya, gue lupa. Kenalin, ini Indri. Ri, kenalin, ini Cho Ina. Teman semeja gue yang paling cantik."
Mereka berdua saling bersalaman dan menyebutkan nama masing-masing.
"Kita ke kelas dulu ya, baru ke kantin." ucap Lastya.
"Oke." kata Ina.
Mereka bertiga berjalan beriringan menuju kelas.
"Gue seneng banget bisa temenan sama kalian, walaupun kita beda."
"Maksud lo?" tanya Indri bingung dengan arah pembicaraan Ina.
"Saat gue pertama naik kelas, gue itu semeja dengan Yoon Gi. Tapi, gara-gara fansgirlnya. Gue jadi pindah sendiri di depan. Sorry, jadi curhat." jelas Ina.
Dia lagi. Kenapa sih gue harus denger nama dia? Astaghfirullah. Batin Indri.
"Tapi gue seneng dia semeja sama lo. Sejak pertama gue lihat kalian. Gue ngerasa ada yang beda dari kalian. Aura kalian itu beda banget dari yang lain. Kalo dari penampilan emang beda, beda banget malah. Tapi gue suka banget lihat kalian sejak pertama kalian masuk. Gue lihat ada kebebasan di diri kalian. Pokoknya, gue pengen jadi sahabat kalian. Gak apa-apakan?" ucap Ina.
Indri dan Lastya hanya mengangguk sambil tersenyum.
"Lo tunggu sini ya. Kita masuk sebentar." ucap Indri.
"Iya."
***Saat ini ketiga gadis itu tengah makan siang. Disini ternyata ada kantin yang menyediakan makanan halal. Ina mengatakan bahwa kantin itu ada belum lama, baru seminggu ini. Kantin sangat ramai di penuhi oleh seluruh siswa.
"Hei anak baru!" seru gadis yang menghampiri mereka.
Indri yang mendengar itu hanya bisa istighfar dalam hati karena terkejut. Ia mengakhiri makannya dan mengucap alhamdulillah setelahnya disusul doa setelah makan. Gadis yang menghampirinya itu hanya memutar bola mata malas.
"Lo denger nggak?" tanya nya, lagi.
"Hye Bi, ada apa?" tanya Ina.
"Nama lo Hye Bi. Kenalin, gue Indri. Dan disebelah gue Lastya. Salam kenal." ucap Indri sambil tersenyum.
"Nggak usah sok akrab deh. Gue peringatin lo ya. Jangan deket-deket sama Yoon Gi Oppa gue. Dia itu Prince gue yang paling gue sayang dan tiada duanya. Inget itu!" jelas Hye Bi.
Indri menahan tawanya.
"Yoon Gi Prince lo? Oke, gue itu nggak pernah deketin dia. Dan satu lagi, gue itu nggak kenal sama dia. Jadi lo nggak usah takut, gue nggak bakalan ngambil Prince lo itu. Bagaimana Princess Hye Bi?" tanya Indri.
"Bagus! Lo inget janji lo itu. Oke guys, come back to class." ucap Hye Bi dan berjalan bersama kedua dayangnya menuju kelas.
"Dia nggak ngelawan? Hebat lo Ri." ucap Ina tak percaya.
"Hebat apanya? Emang bener kan yang gue bilang barusan? Cabe banget tau nggak." ucap Indri.
Lastya hanya geleng kepala mendengar kalimat terakhir Indri. Sedangkan Ina hanya bingung dengan maksud Indri mengatakan cabe.
"Ri, jangan pakai kamus alay itu disini. Dan lo lihat Ina, dia jadi bingung."
"Ina, gue nggak bermaksud apa-apa."
"Nggak apa-apa kok." ucap Ina sambil tersenyum.
***Assalamu'alaikum guys, update again. Semoga suka bagian ini. Aku sengaja buat gue-lo, karena feelnya dapet. Menurut aku gitu sih, gak tau kalau kalian. Satu lagi, supaya
pa bahasanya nggak baku banget, dan enjoy. Itu ajah.Jangan lupa vomentnya yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Kim Indri [Complete]
Teen FictionIni berawal dari pertukaran pelajar yang dilakukan Indri dan Lastya yang lolos di salah satu Sma swasta yang terkenal di Seoul, Korea Selatan. Bertemu dengan seseorang yang membuat Indri kesal dengan sikap dan perilaku orang itu. Apa yang akan terja...