Selembar Surat

290 8 8
                                    

Mungkin aku terlalu bodoh untuk mengerti. Mungkin aku tak sengaja juga menyakiti. Andai aku tahu isi hatimu. Andai kesempatan itu datang lagi padaku. Bahkan menyentuh bayangmu pun aku tak mampu. Sekarang aku terpuruk dalam jurang sesalku dan cinta ini begitu sesak dalam dada. Aku tahu cinta ini sudah tak laku tapi biarkan cinta ini aku miliki, biarkan cinta ini menjadi bebanku. Aku tak peduli meski menghambat jalanku, aku tahu mencintaimu adalah tak pasti.

Entah apa yang melanda perasaanku saat ini. Entah jalan mana yang harus aku tempuh. Rasanya aku tak punya lagi tujuan untuk hidup. Aku yang tiba-tiba terjebak nostalgia saat bersamamu 3 tahun yang lalu. Aku yang begitu polosnya dan kau yang selalu menghujamku dengan pujian nan manisnya. Photo dengan balutan kerudung hijau itu yang menjadi awal cerita pertemuan kita setelah 4 tahun terpisah. Waktu berjalan dibalut cerita cinta nan suci yang kita bangun bersama. Ya... Bersamamu aku dapat membangun cinta. Aku yang mencintaimu karena-Nya. Engkau yang selalu menjadi motivasi hidupku. Ditengah ramainya rintangan hidupku yang begitu hampanya tanpa perhatian darimu. Dengan mencintaimu aku yang tak pernah lalai dalam melaksanakan tugas apapun. Namun Tuhan berkehendak lain, lagi-lagi waktu begitu kejamnya telah memisahkanku denganmu. Aku yang selalu berusaha keras supaya menjadi pemeran professional.

Malam itu aku sempat tersirat bahwa ini akan menjadi pertemuan terakhir dan bingkisanmu sebagai saksinya. Air mata selalu membasahi jilbab hitamku. Mimpi macam apa ini? Saat menjadi milik orang lain pun aku tak kuasa menghapus cinta yang kau tumbuhkan dalam lubuk hati ini. Hingga sampai malam ini yang telah menjadi bekas istri orang lain pun aku begitu lancangnya menyapamu. Engkau yang dulu kusakiti. Aku sungguh tak layak untukmu. Hanya luka yang bisa kutabur padamu. Tapi apa yang kau lakukan? Kau selalu menyiramkan senyum ikhlas padaku. Entah apa yang kau pikirkan. Aku tak pantas mendapatkan itu semua. Namun, demi engkau, demi cinta, demi janji kepada Sang Maha Pemberi Cinta, aku relakan kau bersama dengan yang lain dan sebelum ku pergi ku ingin kau bahagia. Tak senadi cinta kita, walau raga mati membeku juga mengalirkan derasnya air mata ketulusan. Disini aku selalu mencintaimu. Yaaa.. aku selalu mencintaimu Wahai Engkau.

Maafkan aku yang selalu menyakitimu. Maafkan aku.... Entah bagaimana aku harus memulai hidup tanpamu disini. Namun aku akan selalu menjadi pemeran yang professional seperti yang kau ajarkan padaku. Aku selalu berharap bahwa suatu saat kita akan dipertemukan diwaktu yang indah. Yaaa... waktu yang indah yang sudah dipersiapkan oleh Tuhan kita. Karena aku tidak akan memberikan cintaku kepada laki-laki lain sebesar aku mencintaimu. Gapailah cita-citamu setinggi mungkin untuk mencapai ridho-Nya. Do'aku selalu terpanjatkan disetiap sujudku. Semoga Allah selalu melindungimu.

Air Mata JilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang