Part 3

106 3 0
                                    

Kisahku kini berbeda. Aku ingat saat pertama mengenalmu. Saat kita bocah yang masih menggeluti bangku SD. Engkau salah satu teman yang bisa diajak sharing terutama pelajaran agama dan social. Kau yang ramah dan begitu religius. Kau satu-satunya murid laki-laki yang begitu menghargai murid perempuan. Sempat tersirat bahwa aku telah mengagumimu namun jarak dan waktu telah memisahkan saat kita melanjutkan ke sekolah menengah pertama yang berbeda. Aku menikmati masa-masa SMPku dengan kisah tanpa dirimu. Banyak jalan hidup yang aku alami. Sampai akhirnya kita kembali dipertemukan setelah menginjak usia 16 tahun.

"Assalamu'alaikum" 

laptopku berdering karena sebuah pesan masuk.

"Wa'alaikumsalam"

Jawabku ramah dan tak lupa aku langsung mencari tahu profil yang telah menyapaku. Setelah aku ingat-ingat ternyata engkau yang telah menjadi salah satu siswa paling ramah di kelas 6 SD dulu.

"Boleh aku minta nomormu?" 

"Ini Zain kan?"

"Iya... Aku Zain teman kelas 6 SD dulu."

Memang dia tak jauh berbeda dengan dulu saat masih usia 12 tahun.

"Mana... Boleh kan aku minta nomornya?"

Lagi-lagi pesan masuk dan aku sampai lupa dengan percakapan sebelumnya.

"Oh.... Boleh dong kenapa nggak."

"Nanti aku SMS ya... Wassalamu'alaikum."

"Iya... Aku tunggu yaaa..."

Tak lama kemudian Handphoneku bergetar, pikirku itu SMS masuk dari Zain. Saat jemariku meraihnya dan mataku mulai membaca notification itu, ternyata feellingku kali ini salah total.

"De... Lagi apa?"

Pesan masuk dari seorang mahasiswa fakultas teknik. Dia sosok "kakak" semenjak 2 bulan yang lalu. Seorang pecinta rock music, penulis dan pencipta lagu pula. Yaa... walau adiknya ini pun belum pernah menikmati karya-karyanya. Dia juga seorang rocker penggemar nasi goring super pedas. Seorang "kakak" yang selalu berkata apa adanya tentang kekurangan dan kelebihan yang dimiliki diri ini.

"Kemana aja kak? Aku lagi chatting aja."

"Baru pulang kuliah dedeku... udah makan? Aku laper de tapi ga ada yang maasakin."

"Idiiiiiiih.... Masak sendiri napa..! aku udah tadi kak, cepet makan giih, tar kurusan looh.. hihihi"

Hampir lupa, "kakak"ku ini termasuk pria paling "sehat" yang pernah ku kenal. Entah mengapa aku merasa nyaman menjalin komunikasi dengannya walau. Kami belum pernah dipertemukan secara langsung. Ya... aku mengaguminya karena kedewasaan dan kesederhanaannya.

"De... main yuu..! Besok ada acara gak?"

"Gak bisa kak... Mamaku gakkan ngizinin."

Itu alasanku saja, karena aku tak pernah bertemu atau merencanakan pertemuan dengan seorang laki-laki manapun. Aku tidak pernah merasa percaya diri dengan diriku sendiri.

"Yaaaaah.... Ya udah. Besok sekolah gak?"

"Iyaa..."

"Kamu kenapa de? Jawabnya singkat-singkat aja."

"Ya maaf kakakku... aku kan lagi ngerjain tugas, nanti malem mau telephone gak? mumpung tugasku  beres semua sore ini."

"Iyaaa... Ntar kakak telephone."

Air Mata JilbabTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang