Malam yang mencekam. Aku sendiri. Duduk menatap bintang yang sedang berpesta disaksikan bulan yang menyala menyinari bumi dan seisinya. Entah apa yang aku pikirkan saat ini. Hembusan angin memaksa tumbuhan di depan rumahku untuk berdansa. Imajinasi mulai menguak. Cerita ini mengalir begitu saja. Apakah aku menyukainya? Apakah ini bisa dikatakan rindu? Tidak...! Aku hanya terbawa perasaan saja. Mana mungkin aku bisa mengaguminya. Mana mungkin aku berhak merindukannya. Aku hanya bekas orang lain, tak lebih dari itu. Biarlah dia lebih bahagia bersama wanita yang lebih baik dari diri ini. Aku sungguh tak layak untuknya. Biarlah rasa ini melangkah sendiri. Biarlah waktu yang akan menentukan jalan mana yang harus aku tempuh. Hanya satu tujuanku saat ini yaitu membuktikan bahwa aku bisa membahagiakan dan membuat mereka bangga. Aku harus bisa mengobati luka yang pernah aku tanam kepada mereka. Mungkin ini semua tak akan cukup untuk menebusnya. Tapi setidaknya aku sudah berusaha. Maafkan diri yang durhaka ini. Aku selalu berusaha untuk menjadi yang terbaik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Jilbab
General FictionAku butuh bicaramu yang terus terang juga penuh kejujuran apa adanya. Kau menutupi kebenarannya yang ada sehingga kau telah menyakiti hati perempuan yang tak berdaya. Kau terus berkata bijak seakan kaulah yang paling benar di dunia ini. Aku sendiri...