Tak terasa usiaku sudah menginjak 17 tahun. Kini aku telah duduk di bangku kelas 11. Aku mulai memiliki sahabat yang telah mengubah kepribadianku 180 derajat. Dia seorang gadis religious yang telah berteman denganku selama 1 tahun bernama Ratna. Namun baru kali ini kami berhubungan layaknya sepasang sahabat karib.
Seorang sahabat yang memiliki paras seperti keturunan Arab. Balutan hijab yang sempurna sesuai syari'at. Kami selalu menunaikan shalat dhuha bersama setelah pelajaran pertama usai. Entah dari mana persahabatan kami dimulai.
Aku ingat saat pertama kali mengenalnya, dia seorang siswi yang memiliki tempat kelahiran di Sumedang. Dia sekolah di Bandung dan tinggal di rumah Pamannya. Dia sudah tidak memiliki Ayah. Dia anak satu-satunya dari Ayah yang telah meninggalkannya. Kini Ibunya sudah memiliki suami kembali dan melahirkan 3 orang anak dan menetap di Sumedang.
Cerita tidak berakhir sampai disini. Selama tinggal di rumah milik dosen dari salah satu universitas di Bandung itu, dia tidak pernah mendapatkan kebahagiaan sebagaimana mestinya seorang gadis yang ditinggal sosok ayah. Tidur pun hanya beralaskan tikar. Walau rumah yang ia tempati termasuk hunian yang paling nyaman di komplek itu. Sungguh aku merasa iba dengan jalan hidupnya.
Kami memiliki cerita cinta yang cukup sama. Dia sempat menjalin hubungan dengan pria selama 2 tahun namun hanya lewat SMS dan telephone. Mereka tidak pernah dipertemukan sama sekali. Namun mereka memiliki rasa sayang layaknya pasangan yang biasa bertemu secara langsung. Sayang, hubungan mereka kini telah berakhir karena permasalahan yang enggan untuk dia ceritakan kepadaku.
Dengan kejadian itu, membuatnya sadar untuk hijrah dan kembali mendekatkan diri kepada Sang Maha Pencipta. Kini dia mengabdikan dirinya hanya untuk beribadah kepada-Nya. Dia mengubah segalanya. Mulai dari cara berpakaian hingga gaya bicara. Dia berkeinginan untuk memakai cadar namun karena tuntutan sosial, ini cukup sulit untuk dijalankan. Dia harus mendapat perhatian ekstra dari setiap orang yang ditemuinya. Karena lingkungan kami cukup asing dengan busana seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Air Mata Jilbab
General FictionAku butuh bicaramu yang terus terang juga penuh kejujuran apa adanya. Kau menutupi kebenarannya yang ada sehingga kau telah menyakiti hati perempuan yang tak berdaya. Kau terus berkata bijak seakan kaulah yang paling benar di dunia ini. Aku sendiri...