BAB 5

25.6K 1.2K 11
                                    

Aku dan Ello sudah berada dirumahku, segera kulangkahkan kakiku menuju dapur. Meninggalkan Ello diruang tengah dengan ayahku bermain catur. Sementara, adikku belajar didalam kamarnya. Aku  membantu ibuku menyiapkan makan malam untuk kami. Entah mengapa aku takut jika Ello tidak akan suka dengan masakan ibuku, mengingat ia pasti makan makanan yang mewah misalnya steak, sushi, spagetti dan yang lainnya. Aku meletakkan makanan yang sudah selesai dimasak ibuku. Aku juga tidak mengerti apa yang dimasak oleh ibu karena ini baru pertama kali aku melihatnya. Tapi, yang diletakkan dimeja makan hanya beberapa makanan saja, karena ibuku masih sibuk dengan penggorengan serta alat-alat penggoreng yang lain.

"Kapan kau mulai menjalin hubungan dengannya?" Ibuku memecah keheningan.

Aku memainkan kukuku karena malas menjawab pertanyaan ibuku "Baru tiga bulan, bu,"

Ibu berhenti memasak dan menatap kearahku dengan kernyitan dikening "Aneh tadi ketika aku bertanya hubungan kalian sudah berjalan satu tahun,"

Damn! Aku langsung menghentikan kegiatanku memainkan kuku. Melihat kearah ibu yang sedang memasak dengan datar, sambil menahan napasku. Bagimana bisa Ello tidak memberitahuku? Oh, astaga tenggelamkan aku dari situasi yang membingungkan ini. Aku hanya mampu berdiam diri tanpa merespon ibuku.

Ibuku melihat ke arahku, ia tersenyum dengan hangat. Sedangkan, aku hanya membalas dengan senyum kikuk "Ah, sudahlah mungkin kau lupa dan terlalu bahagia bersamanya hingga kau tidak menyadari. Bahwa, kalian sudah hampir bersama satu tahun,"

Aku bernapas lega karena ibuku tidak membahas hal ini terlalu lama. Ah, Thanks God! Karena ibuku dengan mudahnya percaya perkataan Ello.

Makanan sudah tersedia dimeja makan kami yang mungil, memanggil Ello, ayahku dan juga adikku untuk makan bersama. Ello mengerutkan keningnya ketika melihat masakan ibuku. Aku yakin pasti ia tidak menyukai masakan ini. Ayah mempimpin kami untuk berdoa, agar makanan ini menjadi kesehatan buat tubuh kami ketika sudah selesai berdoa. Aku mengambil nasi untuk Ello beserta dengan lauknya.  Ia menerimanya dengan penuh senyum, kemudian ia menyantap makanan itu dengan lahap sampai ia menambah porsi makan. Aku tidak percaya, karena apa yang ada di kepalaku sangat berbeda dengan kenyataan. Ello, pria itu menyukai masakan ibuku.

Ketika makan sudah selesai, Ello pamit kepada kedua orang tuaku. Tidak terasa bila berkunjung ke rumah orang tuaku, waktu begitu cepat berlalu. Padahal, aku masih sangat merindukan keluargaku, pasti setibanya aku di NY semua akan terasa berbeda. Aku pasti dilanda kesibukan. Aku jadi merasa bersalah, karena aku jarang pulang ke rumahku. Padahal, dulu sewaktu aku belum bekerja di kantor Ello, setiap weekend aku kembali kerumah.

"Paman, bibi, Alex maaf sepertinya aku harus kembali, maaf tidak bisa bermalam disini. Kuharap kalian bisa mengerti," Ujar Ello dengan begitu sopan.

Ayahku menepuk bahu Ello "No problem, son,"

Ello tersenyum tipis kearah ayahku, lalu  ia mengamit jemariku sebelum melangkah ke mobilnya yang tak jauh dari rumahku. Aku sempat terkejut namun aku tahu ini hanyalah sebagian dari rencanya agar menyakinkan kedua orangtua dan juga adikku. Bahwa, kami pasangan yang bahagia. Ayah, Ibu, dan Alex mengantarkan kami sampai didepan mobil Ello.

Ayah memelukku dengan sangat erat "Jaga dirimu, sayang. Selalu berikan kabar pada kami, karena kami sangat mengkhawatirkanmu. Pulanglah ketika kau tidak sibuk, aku sangat merindukan saat kau bersama denganku," Ayah mengurai pelukannya padaku, ia mengelus pipiku "Jadilah, gadis yang baik disana, jangan berbuat ulah. Ayah sangat menyanyangimu, putri kecilku,"

air mataku mengambang dipelupuk mataku, aku melihat ke atas agar air mataku tidak tumpah dihapadan ayah. Aku pasti akan mudah menangis dengan setiap perkataan ayahku, aku merasa berdosa karena jarang memberikan waktu untuk kelurgaku sendiri.

Agreement Heart (OPEN PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang