>Ello Pov<
Entah kemana wanita itu pergi hingga larut begini ia tak kunjung pulang kerumah. Ia memang sudah kuberikan izin untuk pergi ke pesta pernikahan sahabatnya. Tapi, tak seharusnya dia bersikap seperti ini, sebelum ia pergi aku juga sudah bilang kepadanya bahwa aku tidak memperbolehkannya pulang malam. Tapi, lihatlah hingga larut seperti ini ia belum pulang juga akan kuberi pelajaran ketika ia pulang nanti.
aku mendengar suara pintu kamarku terbuka oleh seseorang. Aku melihat kearah pintu itu dengan tajam, rupanya wanita itu sudah kembali dengan keadaan yang bisa kunilai bahwa ia habis minum wine, entah apa yang ada diotaknya sampai ia harus meminum wine.
ia menghampiriku dengan tangan melambai "hai," sapanya padaku
aku bersedekap dada sambil berdiri dihadapannya "kau tahu ini sudah jam berapa?"
ia melihat jam di pergelangan tangannya yang mungil itu, kemudian ia menaikkan kedua alisnya "ini sudah jam 4 pagi,"
aku berdecak kesal mendengar penuturannya yang tak merasa bersalah sama sekali "dari mana saja kau?"
"Ke pesta pernikahan sahabatku," Serena dengan melepaskan high heelsnya.
aku melangkah mendekatinya, kemudian aku menghirup aroma tubuhnya yang menyengat minuman berakohol. Dan, benar tebakanku bahwa saat ini ia sedang dalam keadaan mabuk.
aku memegang kedua pundaknya dengan sangat keras "Marriage your friend or you've been to club with your friend?"
ia meronta agar aku melepaskan kedua pundaknya. Namun, aku tidak peduli saat ini aku sedang marah terhadapnya. Ia berani sekali mengabaikan perkataanku agar tidak pulang larut.
hoek..hoek..hoek..
holy shit! ia memuntahkan isi perutnya kebajuku. Aku ingin marah kepada wanita dihadapanku ini, tapi aku harus menahannya. Karena, tiba-tiba saja tubuh wanita ini sudah limbung dan jatuh ke dada bidangku.
Aku segera memapah Serena ketempat tidur, lalu membawa tubuh Serena ke atas tempat tidurku dengan sangat perlahan. Ketika, ia sudah dalam posisi yang nyaman. Aku melihat kearahnya, aku menatap wanita itu dengan bingung karena wanita itu masih mengenakan dress yang sedikit terkena muntahan. Aku masih tidak habis pikir, kenapa wanita itu sampai harus minum wine sebanyak itu. Aku menghela napas, tidak ingin tidur dengan keadaan bau muntah. Akhirnya, aku mengganti dressnya dengan piyama. Untung, aku masih bisa menahan untuk tidak melakukan hal lebih kepada Serena.
Setelah, selesai mengganti pakaian Serena. Barulah, aku tidur disamping Serena, aku melepaskan kaosku yang terkena muntah Serena dan membuangnya secara asal. Lalu, memejamkan mataku. Biarlah, kali ini wanita itu satu tempat tidur denganku.
Baru beberapa menit aku memejamkan mataku, tiba-tiba aku merasakan ada tangan mungil yang berada diperutku. Aku sedikit membuka mataku, melihat Serena yang nyaman ketika posisinya berada dipelukanku, dengan kepala yang ia sadarkan didada bidangku. Ini kali pertama, aku sedekat atau seintim ini dengan seorang perempuan ketika kejadian beberapa tahun silam yang menimpaku. Aku ingin mengelus kepala Serena, namun aku urungkan karena takut membangunkan wanita ini.
Aku kembali memejamkan kedua mataku. Tidak peduli dengan posisi kami saat ini.
******
"AHHH!!!" Seseorang berteriak. Membuatku, membuka mataku dengan sedikit kesal, karena tidurku terganggu.
Aku melihat kearah Serena yang sedang memperhatikan penampilan dari balik selimutnya "Ada apa?"
Serena menatapku seperti tatapan membunuh. Aku tahu apa yang ada dikepala mungilnya itu "Kenapa aku bisa pakai piyama? Seingatku aku pake dress? apa yang kau lakukan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement Heart (OPEN PO)
RomanceDia pria yang dingin, jarang tersenyum, dan bicarapun seadanya ketika berada dikantor bahkan pria itu terkenal sebagai bos yang sangat tegas, namun anehnya sikap pria itu berbanding terbalik ketika sedang berada bersama dengan anak maupun keluargany...