>Ello Pov<
Aku sudah keluar dari kamar mandi, aku melihat Serena tengah menangis di meja rias walaupun ia menutupinya dengan melatakkan kepalanya diatas meja dengan kedua tangannya yang melindungi kepalanya, entah apa yang ia pikirkan sampai ia menangis seperti ini. aku pun melangkah mendekatinya entah mengapa saat ia menangis aku merasa sakit di hatiku, aku lebih suka melihatnya tersenyum, tertawa bersamaku bukan bersama pria lain. aku pun mengelus pundaknya.
"kau kenapa?" tanyaku.
ia tidak mengindahkan pertanyaanku, aku melihat ia memegang sebuah kertas putih aku mengambil kertas itu dan membacanya, ternyata ini surat dari ayah mertuaku pantas dia menangis. aku masih mengelus punggungnya dengan lembut.
"ayahmu sudah bahagia disurga sana, jangan terlalu banyak di tangisi," ucapku
Serena mengadahkan kepalanya dan menatapku "kau tidak pernah merasakan kehilangan ayahmu!"
aku menangkup wajahnya kemudian menghapus air matanya "aku pernah merasakannya,"
Serena tampak bingung dengan ucapanku karena aku bisa melihatnya dari kerutan dikeningnya.
"maksudmu?" ucapnya dengan terisak.
aku memegang tangannya kemudian aku membawanya untuk duduk disofa yang berada dikamarku, aku memandang lurus kedepan.
"Olivia bukanlah ibu kandungku," ucapku.
seperkian detik aku menunggunya untuk meresponku "kau pasti bercanda kan?"
aku menggelengkan kepalaku "tidak ada gunanya aku bercanda," aku menghela napasku "aku kehilangan ibu kandungku ketika usiaku 10 tahun, karena kecelakaan yang dialaminya aku kehilangan mommyku selamanya, saat itu aku masih terlalu kecil dan tidak berdaya. aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk membuatnya tetap hidup, kau tahu? yang lebih membuatku sakit adalah daddyku! ketika mommyku dalam keadaan koma daddyku malah bermesraan dengan Olivia dan ketika mommyku meninggal, daddyku menikahi Olivia,"
aku merasakan Serena mengelus pundakku "saat itu aku tidak bisa menerima perbuatan daddyku, aku marah padanya bahkan bersikap kasar, perilaku ku juga seperti itu kepada Olivia aku tidak pernah menuruti perintahnya, sampai pada akhirnya daddy menjelaskan semuanya kepadaku bahwa ini kemauan mommyku sebelum kecelakaan itu terjadi mommy mempunyai firasat bahwa hidupnya tak akan lama lagi sehingga ia meminta daddy untuk menikahi Olivia supaya aku tidak kekurangan kasih sayang seorang ibu, saat itu aku benar-benar terpuruk dan benar-benar menyesal karena tidak bisa berbuat apapun untuk membantu mommyku. namun sampai pada di titik aku harus kuat dan tidak boleh cengeng, aku tidak boleh terus-menerus menangisi mommyku yang sudah bahagia bersama para malaikat," lanjutku
aku menghapus air mataku kemudian menghela napasku "This is the destiny of my life to lose the mother I love so much in my childhood, I think that God already has a beautiful plan for me," aku melihat kearah Serena dan memegang tanganya yang berada dipahanya " You should not be like this, you have to get up and stop crying. trust me your father must hate your tears flowing in useless,"
ia pun langsung melingkarkan tangannya di perutku, ia saat ini sedang memelukku dan menyandarkan kepalanya di pundakku. aku pun memegang pundaknya dan mengelus rambutnya untuk menutupi rasa gugupku karena ia memelukku.
"maaf," ucapnya.
aku menaikkan sebelah alisku "untuk?"
ia mengehela napasnya "karena membuatmu sedih,"
"ini bukan salahmu, aku hanya ingin membuatmu tak menangisi ayahmu. aku tahu kau sangat menyanyanginya namun berhentilah menangis," Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement Heart (OPEN PO)
RomanceDia pria yang dingin, jarang tersenyum, dan bicarapun seadanya ketika berada dikantor bahkan pria itu terkenal sebagai bos yang sangat tegas, namun anehnya sikap pria itu berbanding terbalik ketika sedang berada bersama dengan anak maupun keluargany...