Hari ini, aku akan menikah dengan Ello. Aku tidak mengerti dengan perasaanku sendiri, aku menghela napas mencoba menerima dengan sangat baik semua keputusanku. Aku sudah tidak bisa mundur, aku harus tetap menjalankan pernikahan ini demi Axel agar anak itu mendapatkan kasih sayang seorang ibu. Aku janji akan menyanyangi dan menjaga Axel seperti anakku sendiri.
Aku sedang di rias oleh seorang yang Ello datangkan dari Australia, katanya orang ini adalah rancangan make up terkenal dan mahal harganya. Aku tidak habis pikir dengannya. Seharusnya, pria itu tidak perlu sampai mendatangkan tata rias yang mahal ini. Dia hanya buang-buang saja, lebih baik digunakan untuk hal yang berguna.
"Nah sudah selesai," Tata rias itu tersenyum puas sambil melihat ke wajahku.
Wanita yang tadinya berada didepanku, kini sudah berada di belakangku. Kemudian, ia memegang pundakku "Liat nona tidak salah jika Tuan Mendes memilihmu sebagai istrinya," Ia tersenyum simpul "Kau begitu cantik,"
Aku menanggapinya dengan senyuman tipis mendengar perkataannya. Ia lalu meninggalkan ruang make up, entah kemana. Aku hanya melamun sambil melihat diriku sendiri dikaca. Aku rasa aku tidak terlalu jelek, tapi kenapa aku selalu merasa tersakiti? Apa aku tidak pantas untuk dicintai? Astaga, disaat seperti ini aku merasakan hatiku begitu sakit entah karena apa. Aku mencoba tersenyum menguatkan diriku sendiri, menepis segala rasa sakit yang aku rasakan.
"Mom Ser I miss you," Suara itu, membuatku kembali kedunia nyata.
Tersenyum kearah bocah yang tengah melangkah kearahku, aku melihat Axel dengan penuh senyum. Seketika, rasa sakit itu sudah berubah menjadi rasa bahagia hanya karena melihat bocah itu. Ia sangat tampan dibalut setelan jas, ah sungguh manis anak itu.
Axel langsung memeluk tubuhku dengan begitu erat "Mom, I miss you and I'm happy because you'll be my mom any minute,"
Aku melepaskan pelukannya. Kemudian, mencium bocah kecil ini "Me too, baby,"
Axel menelitiku dari ujung kaki, hingga ujung kepala. Lalu, tersenyum padaku "Mom, you so beautiful,"
Aku mengusap kepala Axel dengan sayang "Thank you, darl. You so handsome everytime,"
Dan kami berdua sama-sama tertawa. Aku sangat senang bisa melihat Axel sebelum aku mengucapkan janji suciku didepan altar, sampai sekarang aku belum melihat Ello. Tapi, disaat seperti ini aku malah berharap Ello musnah, sehingga aku tidak melakukan pernikahan gila ini.
ketika aku sedang tertawa bersama Axel, aku melihat ayahku yang sedang berdiri di depan pintu. Kemudian, ia menghampiriku dengan Axel. Ayahku berdiri dibelakangku, lalu ia mengambil alih rambutku yang sedang dirias oleh penata rambut.
"Bisa tinggalkan kami?" Tanya Ayahku, seperti memerintah.
Axel dan penata rambut itu meninggalkan aku dan ayahku didalam kamar ini, aku menatap ayahku yang sedang serius menata rambutku.
Aku mengerutkan keningku, karena ayahku begitu lihai dengan rambut "Kenapa ayah melakukan ini?"
Ayahku tetap saja sibuk menata rambutku, mengacuhkan pertanyaanku "Aku tidak menyangka bahwa putri kecil ayah sudah menemukan pria yang tepat untuknya. Padahal, ayah ingin kau tetap menjadi putri kecil ayah supaya ayah bisa terus menggendongmu, membuatkanmu susu, mengantarkanmu sekolah. Tapi, kenyatanya sekarang kau sudah besar dan ingin menikah dengan pria yang kau cintai. Ayah pasti akan merindukan putri kecil ayah,"
Aku merasakan air mataku menetes tanpa seizinku, ketika ayah berkata seperti itu. Ayah masih sibuk menata rambutku.
"Kau ingat ketika kau menelpon kerumah dan aku yang mengangkat teleponmu yang kau cari adalah ibumu?" Aku langsung menganggukkan kepala, lalu ayah melanjutkan perkataannya "Aku sangat sedih ketika kau mencari ibumu bukannya aku! Kau tahu? Ketika kau sedang berbincang dengan ibumu aku ikut mendengarkan perbincanganmu. Aku mendengar setiap keluh kesahmu yang kau ceritakan pada ibumu. Kau ingat yang kita ingin makan malam tapi kau malah pergi?" aku kembali menganggukan kepalaku "aku melihatmu pergi bersama dengan seorang pria, aku berharap kau bisa bahagia dengan pria itu. Namun, aku salah pria itu menyakitimu. Ketika kau putus dengannya dan menangis dipundakku aku sangat sedih lebih darimu, aku tidak mau melihat putriku menangis demi pria brengsek itu! Saat itu aku sangat marah dengannya, ketika kau tidur aku menghampirinya dan memukulnya karena telah menyakitimu. Aku tidak ingin ada yang menyakitimu, aku ingin kau selalu bahagia walau bukan aku yang membuatmu bahagia!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Agreement Heart (OPEN PO)
RomanceDia pria yang dingin, jarang tersenyum, dan bicarapun seadanya ketika berada dikantor bahkan pria itu terkenal sebagai bos yang sangat tegas, namun anehnya sikap pria itu berbanding terbalik ketika sedang berada bersama dengan anak maupun keluargany...