BAB 2

32.9K 1.2K 9
                                    

Aku merasa sangat beruntung bisa mendapatkan Edward sudah sebulan kami menjalin hubungan, bahkan pria itu terang-terangan dikantor mengatakan bahwa aku ini kekasihnya. Semenjak kejadian itu aku tidak pernah bertemu lagi dengan Axel entah mengapa aku merindukan bocah itu. Bocah mungil yang lucu, menggemaskan, dan bocah itu juga tampan sama seperti ayahnya aku harus mengakui itu. Walaupun, ayahnya menyebalkan.

Aku berharap bisa menemuinya lagi, apa aku harus menemui bosku untuk menanyakan kabar Axel. Tapi, apakah ia mau menemuiku karena aku menanyakan hal yang tak penting? Aku rasa aku harus urungkan niatku dan menahan rasa rinduku terhadap Axel. Mungkin, kalian berpikir aku berlebihan, tapi memang itulah kenyataan bahwa aku sangat merindukan bocah kecil itu.

"Autny!!" Aku seperti mendengar suara bocah yang aku rindukan.

Aku menolehkan kepalaku, mencari sumber suara. Disana, tengah berdiri bocah dengan tampang yang lucu sedang menatapku. Aku tidak percaya bisa melihatnya ada disini, seperti mempunyai ikatan batin bahwa aku merindukan anak itu.

Aku segera beranjak dari duduk, menghampiri bocah itu yang tengah berlari kepadaku. Ketika sudah berada didekatku, aku menangkat anak itu dalam gendonganku, mengecup keningnya berkali-kali. Kami seperti ibu dan anak yang sudah lama tidak bertemu.

"Hi Axel long time no see!" Aku mengelus rambutnya dan menyentuh hidung mancung Axel.

Ya, anak yang digendonganku saat ini ialah Axel. Bocah laki-laki yang aku rindukan. Entah, mengapa ketika baru pertama kali melihat anak ini aku sudah jatuh hati padanya. Bukan karena ia anak CEO-ku, tapi ini murni karena hatiku yang menyukai anak ini. Ia sungguh menarik perhatianku, dan sepertinya Axel juga menyukaiku. Aku bisa merasakannya ketika ia tersenyum kearahku, bersikap baik dan manis padaku. Ah, aku jadi ingin mempunyai anak pasti anakku nanti akan lucu dan tampan seperti Axel. Walaupun, nanti aku menikah dengan Edward.

"Aunty I Miss you," Axel memelukku dengan sangat erat.

"I Miss You too Axel," Balasku pada bocah itu.

Axel melepaskan pelukannya kepadaku dan menatapku, kemudian menaikkan sebelah alisnya "Aunty miss me?"

Bocah ini sungguh menggemaskan. aku mencubit kedua pipinya membuat Axel, membuat ia mendengus dengan kesal "yeah, aunty miss you!"

Aku membawa Axel ke tempat dudukku, mendudukannya dengan sangat pelan ke kursi. Lalu, aku menatapnya  "Axel mau pesen apa?"

"Ice cream!" Serunya girang sambil mengangkat kedua tangannya dikeatas.

Aku terkekeh melihat tingkah bocah ini. Benar-benar menggemaskan "rasa apa?"

Axel menyebutkan es krim rasa coklat, rupanya ia menyukai coklat. Aku pun kembali memesan es krim ke pelayan. Setelah selesai, aku melihat Axel yang sendirian ke kantin. Aku jadi bertanya-tanya kemana perginya Ello? Sebegitu sibuknya sampai ia tidak bisa menemai anaknya disini, dan oh iya, bukankah dia mengatakan bahwa tidak ada yang boleh mengetahui bahwa Axel anaknya. Tapi, mengapa Axel malah dibiarkan berkeliaran sendiran. Aku tidak mengerti dengan jalan pikiran Ello.

"With whom you're here? where was your dad?" Aku bertanya karena ingin menghilangkan rasa penasaranku.

"Dad sedang bekerja, aku kesini bersama grandma kata grandma ada yang ingin dibicarakan dengan dad,"

Ada senyum diwajah Axel. Namun, aku tahu bahwa senyum itu Fake, ia berpura-pura terlihat biasa aja. Padahal, ia merasa sedih karena Ello yang selalu sibuk bekerja.

Aku hanya mengelus kepala Axel, berusaha menguatkan anak itu. Kasihan Axel, ia seperti kekurangan kasih sayang seorang ayah.

Pesanan Axel datang. Ia pun langsung memakan es krim rasa coklatnya dengan sangat lahap, sehingga rasanya ia lupa bernapas.

Agreement Heart (OPEN PO) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang