Warning!! Typo bertebaran. Mohon dimaklumi 😃
Happy Reading guys!!
------------
Vincent Square
Di sinilah Vanessa berada. Tepatnya di sebuah taman yang penuh dengan pepohonannya serta rumput-rumput cantik yang terbentang disepanjang taman ini. Vanessa mendongak, melihat sebuah rumah pohon yang berada di ujung taman. Rumah pohon itu terletak sangat tinggi di sebuah pohon yang besar dan rimbun. Tidak ada yang mengetahui mengenai rumah pohon itu. Dengan perlahan Vanessa menaiki anak tangga itu yang akan membawa nya menuju rumah pohon dengan hati-hati. Pagi ini cuaca begitu cerah tetapi tidak dengan suasana hati Vanessa. Dia merasa dada nya begitu sesak saat mengingat kejadian barusan. Seperti dihimpit oleh dua buah batu yang beratnya berton-ton.
Vanessa menyandarkan tubuhnya di tembok rumah pohon yang terbuat dari kayu. Menarik nafas dalam kemudian menghembuskannya secara perlahan. Berharap agar rasa sesak itu segera pergi.
Air mata terus bergulir. Sesekali disekanya air mata itu kasar.
Nata. Ya.. dia adalah Nata. Nata kecil ku dulu. Aku tidak mungkin salah mengenali karena aku yakin itu. Saat pertama kali aku kembali bertemu denganmu aku sudah merasa familiar. Dan ternyata kau memang benar-benar Nata. Tapi bagaimana bisa kau tidak mengenaliku? Cecilia itu aku.. AKU! Bukan Vania. Aku menunggumu disini selama bertahun-tahun. Salah satu alasanku terus bertahan sampai saat ini hanya kamu Nata.
Keadaan Vanessa kali ini sangat kacau. Mata nya sembab dan rambut nya yang tadi tertata rapih sekarang bentuknya sudah tidak karuan.
Ponsel yang Vanessa bawa terus bergetar. Namun, tidak ada jawaban dari sang pemilik ponsel karena ponsel itu tertinggal di dalam mobilnya.
***
Jonathan masih merasa bingung kenapa Vanessa, saudara Vania yang ia kenal langsung pergi begitu saja. Ia merasa sesuatu yang sangat sulit untuk dideskripsikan. Saat tangannya dan tangan Vanessa tadi berjabat tangan. Ia juga merasakan seperti ada arus listrik yang menyengatnya.
"Nathan!."
Suara Vania menyadarkan Jonathan dari lamunannya. Jonathan menatap Vania lalu mengusap surai hitam nilik Vania lembut.
"Ah ya, kemarikan bunganya biar aku taruh di vas bunga ,"
Jonathan mengambil alih mawar putih dari tangan Vania dan memindahkannya ke dalam vas bunga di ruangan itu. Ia menatap sekeliling nya. Ruang rawat Vania kini telah berubah menjadi taman bunga. Pikir Jonathan karena bunga itu hampir memenuhi sudut ruangan Vania. Tentu Lily Putih lah yang menjadi dominan disana.
Tiba-tiba seorang perawat membawa nampan di tangannya datang memasuki ruang rawat Vania.
"Permisi, saya mengantarkan sarapan buat nona Vania."
Perawat itu menatap Jonathan dan menundukkan kepala tanda hormat.
"Kemari biar saya saja yang membabtunya makan,"
Perawat itu memberikan nampan makanan kepada Jonathan.
"Kalau begitu saya permisi dulu."
Perawat tadi segera meninggalkan ruang rawat Vania setelah memberikan hormat kepada Jonathan.
Jonathan Maximiliano Gilbert. Rumah sakit ini merupakan rumah sakit milik keluarganya. Tak heran jika perawat tadi begitu menghormati Jonathan. Sebenarnya Jonathan tidak hanya berprofesi sebagai dokter. Dia juga mengelola perusahaan milik keluarganya. Profesi sebagai dokternya ini hanya ia gunakan untuk merawat Vania. Saat usia Jonathan 20 tahun ia telah menamatkan kuliahnya dan mendapat gelar kedokteran. Tetapi setelah itu ia kembali kuliah di dunia perbisnisan dalam kurun waktu 2 tahun. Sangat singkat memang karena otak Jonathan yang sangat encer. Keluarga mereka ingin Jonathan yang meneruskan perusahaan keluarganya. Mengingat hanya dia anak lelaki satu-satunya. Sedangkan adiknya Isabel Skylar Gilbert kelaklah yang akan mengurus rumah sakit ini. Tetapi ia masih berada di New York dan belum kembali ke Inggris.
![](https://img.wattpad.com/cover/91860097-288-k349448.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet (On Hold)
RomantizmVanessa Dawson dan Vania Dawson. Terlahir sebagai saudara kembar yang memiliki rupa yang sama persis. Namun, mereka sangat berbeda. Vanessa gadis yang periang dan Vania gadis yang pendiam dan sering sakit-sakitan. Itulah mengapa orang tua mereka mem...