Sejak tadi, aku merasa gelisah.Badanku terasa berat begitu juga dengan kepalaku. Aku merasakan pening seketika.
Aku sungguh bosan. Banyak hal yang kupikirkan. Banyak hal yang membuat keadaanku terpuruk seperti ini. Tapi bodohnya aku, aku tidak mengetahui hal tersebut. Banyak rahasia di hatiku, tapi aku tidak mengetahuinya. Banyak yang ingin aku ungkapkan, tapi aku tidak bisa melakukannya.
Aku seperti orang bodoh untuk saat ini. Aku merebahkan badanku di queen zise milikku. Menatap langit- langit kamarku. Sudah pukul 22.30 dan aku belum tidur.
Aku memikirkan kakak kelas itu. Kakak kelas yang memberikan formulir khusus ke aku. Kakak kelas yang pertama yang mengajak aku bicara dan tersenyum manis ke arahku. Wajahnya familiar bagiku.
Yah aku mengingatnya.
Dia orang yang sama yang menatapku tepat pada pembukaan PLS waktu itu.
Apakah hanya firasatku yang mengatakan bahwa kakak kelas itu mengincarku. Apakah aku terlalu kegeeran. Apakah aku terlalu baper sama dia. Apakah aku terlalu berharap sama dia. Karena aku tau yang terlalu ujung-ujungnya bikin sakit hati.
***
Hari ini penentuan jurusan. Aku memilih duduk di pos satpam. Menunggu Venus membelikan aku sebuah minuman.
Ada pertemuan antara orangtua dan pihak sekolah, sehingga pelajaran akan dimulai 3 jam kedepan. Sungguh bosan. Aku mengecek hpku yang sedari tadi belum aku aktifkan.
Hanya ada beberapa line yang masuk, itupun hanya chat dari grup.
Pandanganku membuyar ketika seseorang duduk disampingku. Tentu. Dia kakak kelas itu. Kakak kelas yang berhasil aku pikirkan semalaman.
Dia tersenyum kepadaku dan itu sangat manis.
"Hai"sapanya. Aku hanya membalas dengan senyum saja. Jual mahal bolehlah.
"Somsek banget"celetusnya. Aku melotot kepadanya.
"Canda canda"cekirnya.
"Gue Ezo"ucapnya lagi sambil mengulurkan tangannya. Aku menatapnya dan kupandangi uluran tangannya. Ingat. Aku tidak akan pernah jatuh cinta lagi.
Ezo kebingunan. Dia menarik tangannya kembali. Dia tersenyum dan berdiri.
"Jadi cewek jangan galak dong. Setidaknya aku boleh tau kan nama loe"
Aku heran sama dia. Katanya dia kenal sama aku. Nama saja tidak tau, bagaimana dia kenal aku. Uh aku ditipu oleh perkataannya.
"Nggak papa kalo loe tidak memberi tau nama loe. Hari ini ato besok gue akan tau nama loe. Entah orang lain yang kasih tau atau loe sendiri."ucapnya yang memandangku setelah itu mengedipkan matanya.
Jantungku berdegup kencang. Tidak. Aku phobia dengan jatuh cinta. Aku takut. Sangat takut.
Aku berdiri dan berteriak kepadanya.
"Namaku Embun"teriakku kepadanya. Dia berbalik dan menghampiriku yang terdiam. Kakiku gemetar. Rasanya aku ingin kabur.
Dia mendekat dan menatapku tajam. Dia memajukan wajahnya sehingga nafasnya aku bisa rasakan.
"Embun. Nama yang cantik seperti orangnya."
Satu kata yang membuat aku benar-benar ingin terbang ke awan. Aku menatapnya heran. Tidak ada lagi ekspresi yang bisa aku gambarkan saat ini.
"Nanti kalo kita ketemu lagi. Gue minta id linenya yah. Sempat kita cocok. Ehehe"cengirnya setelah itu berlarian ke arah lapangan.
Mengapa disaat aku sudah menetapkan hatiku untuk tidak jatuh cinta lagi, seseorang datang untuk membuka hatiku?
Apakah ini cinta yang akhirnya akan sama ataukah berbeda?aku hanya ingin tetap seperti ini. Tidak ingin merasakan sakit hati lagi. Tidak ingin kecewa lagi. Tapi sanggupkah aku untuk menahan rasa ini?mampukah aku?
KAMU SEDANG MEMBACA
EMBUN
Teen Fiction*73 Rank (Cinta Remaja) - 24 Mei 2019 FOLLOW DULU BARU BACA!!! Embun bersumpah untuk tidak jatuh cinta lagi! Tapi, Ezo dan Rhezy yang merupakan kakak kelasnya itu datang mengusik hidupnya. Satunya membawa hati yang patah. Dan Satunya membawa hati ri...