Bab 19 (Berusahalah untuk Move On!)

42 6 0
                                    

Jangan terlalu lama senyum, nanti aku tambah sayang!
                
             Aldrhezy Syukron

Aroma dari hujan masih tercium jelas di panca indra masing-masing siswa. Pasalnya hari ini Senin dan hujan deraspun turun ke bumi. Dan akhirnya, upacara bendera yang rutin dilaksanakan tiap hari senin ini ditiadakan. Tentulah suasana di tiap kelas riuh akan free class mendadak ini. Apalagi guru-guru masih briefing pagi.

Embun baru balik dari briefing bersama anggota PMR lainnya. Jalannya ia perlambat. Matanya tidak fokus. Tapi masih mengingat jalur untuk ke kelasnya.

Brukk

Satu hantaman keras menabrak pundak Embun. Embun yang sedari tadi tidak fokus, tergeluyur jatuh kebawah karena badannya yang lemas tak berdaya.

Ia mendongak ke atas. Melihat oknum yang menabraknya seperti tidak mempunyai sifat kemanusiaan.

Oh God

Yang menabraknya adalah Ezo. Kakak kelas yang ia sayangi hingga kini.

Mata mereka saling bertemu. Namun Ezo memutuskan untuk berpaling. Setelah itu meninggalkan Embun yang masih duduk di lantai.

Sungguh sangat kejam. Tidak ada perkataan maaf yang keluar dari bibirnya. Bahkan untuk menanyakan kamu tidak papa?pun tidak terucap dari mulutnya.

Apakah secepat itu Ezo melupakan Embun?

Apakah secepat itu Ezo berpaling dari Embun?

Dan apakah secepat itu Ezo membuang Embun?

Embun kemudian berdiri dan menatap punggung Ezo dari kejauhan. Mungkin Embun harus secepatnya mempunyai rencana untuk move on. Kemudian ia melanjutkan perjalanannya menuju ke ruang kelasnya.

***

Bel berbunyi. Akhirnya pelajaran hari ini telah selesai. Semua sibuk membereskan barang barangnya untuk dimasukkan lagi kedalam tas masing-masing.

Embun masih memegang sapu ijuk di kedua tangannya. Pasalnya besok ia piket. Dan temannya yang lain meninggalkan kewajiban mereka. Sungguh tidak bertanggung jawab.

Setelah 15 menit membersihkan ruang kelasnya, Embun menggendong tasnya dan menuju ke parkiran. Embun hari ini membawa mobil. Ia menuju ke ruang parkiran.

Sesampainya di parkiran, ia mendengar namanya disebut oleh seseorang. Karena penasaran tingkat tinggi, ia mencoba mendekati arah suara itu.

Ia melihat Ezo dengan kedua temannya. Temannya itu memberikan Ezo uang masing-masing 500 ribu.

" Apa gue bilang, gue bisakan buat Embun baper " ucap Ezo yang membuat tubuh Embun kaku seketika.

" Ah loh mah. Cari target yang polos ama. Badannya juga rata semua. Gak menarik " ucap salah satu cowok yang sedang bersama Ezo saat ini.

" Ah yang penting gue menang mah. Bisa bikin baper anaknya orang dalam 1 bulan lagi. " pernyataannya mendeskripsikan bahwa ia sangatlah bangga atas pencapaian nya saat ini.

Di satu sisi, Embun yang mendengar percakapan mereka, langsung berlarian meninggalkan tempat tersebut. Ia tidak sanggup mendengar ucapan mereka lagi.

Bisa-bisanya Ezo hanya menjadikannya bahan taruhan. Bisa-bisanya Ezo membuat Embun jatuh cinta padanya. Sangat tulus. Bisa-bisanya Ezo meninggalkan Embun disaat dirinya benar-benar sayang sama dia. Ah bukan Ezo yang meninggalkan Embun. Embun lah yang menolak berpacaran dengannya. Untungnya dia tidak menerima cowok brengsek seperti Ezo itu. Tuhan masih sangat baik terhadapnya agar tidak terlalu jatuh cinta kepada cowok bajingan itu.

EMBUNTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang