Hari-hari berlalu seperti biasa Ran yang masih kebingungan akan musik dan sikap seseorang. Dan Aila yang tetap pendiam dengan seribu tanda tanya bagi Ran.
Kali ini musim semi mulai terasa panas dan pohon sakura pun sudah tak berbunga. Sepertinya musim panas akan segara tiba.Siang ini adalah hari libur. Ran sedang berada di rumahnya sendirian, karena kakaknya sedang menerima klient di sebuah restoran italia di tengah kota.
Ran hanya berbaring di kamarnya hingga ia mendengar ponselnya berbunyi."Haloo, kakak? Ada apa siang-siang begini menelpon?"
"Datanglah ke perempatan kota blok 7. Aku akan memberitahumu ada apa jika kau sudah sampai"
Belum sempat Ran menjawab perkataan kakaknya itu, telponnya sudah ditutup.
Ran tidak ingin membuat kakaknya menunggu. Ia bergegas mengganti pakaian, dan mencari dompetnya yang berisi tiket kereta bawah tanah. Karena menurut Ran akan lebih cepat jika menaiki kereta dan tidak perlu lelah berjalan.***
Saat Ran sampai di stasiun, ia duduk di disebuah bangku yang cukup ramai oleh penumpang-penumpang lain. Saat ia sedang melihat sekeliling matanya tertuju pada seorang di loker tiket. Seorang wanita berambut panjang hitam dengan tinggi semampai seperti sosok Aila membuat Ran terkesima. Dan saat wanita itu berbalik ternyata bukan Aila. Ran menghembuskan nafas panjang. Saat ini pikirannya kacau karena ia kini mulai merindukan sesosok Aila yang selalu membuatnya penasaran.
"Aku harap ada Aila disini..." Ucap Ran sendiri sambil menyenderkan diri ke sandaran bangku stasiun.
"Kau mencariku? Ada perlu apa?"
Suara wanita di belakangnya itu membuay Ran tersontak kaget dan langsung berbalik melihat bahwa di belakangnya itu adalah Aila. Ran semakin grogi harus berbuat apa, dan terlintas dalam pikirannya untuk bertanya keberadaannya.
"Ummm. Hai Aila, sedang apa kau disini?" Tanya Ran ragu
"Aku akan ke kyoto siang ini dan pulang nanti malam. Ada telpon dari sepupuku bahwa dia sedang sakit dan tidak ada yang menemaninya"
Jawaban Aila yang panjang itu membuat Ran sangat senang. Aila yang biasa hanya menjawab singkat, kali ini jawabannya cukup membuat hati Ran penuh.
Sepertinya saat ini mereka berdua sudah saling menyukai, tapi tidak ada yang berani mengucapkan cinta. Karena Aila memang orang yang pendiam. Tapi ada apa dengan Ran? Sepertinya Ran masih ingin menjelajahi hati Aila diam-diam.
***
Tak berselang lama. Kereta datang dengan tujuan satu jalur dengan Ran.
Ran melambaikan tangan pada Aila dan berlari pergi memasuki kereta itu. Aila hanya teraenyum hangat menjawab lambaian tangan Ran.Saat berada di dalam kereta Ran duduk dan hanya memainkan ponselnya. Walau dia tau di dalam kereta bawah tanah tidak akan ada sinyal. Cukup ramai kereta yang di tumpangi Ran. Kebanyakan adalah anak muda. Tidak seperti hari-hari biasa yang sangat penuh oleh pegawai kantor dan orang-orang yang mengenakan seragam sekolah.
Tak lama kereta berhenti di stasiun tujuam Ran. Tidak sampai satu jam Ran menaiki kereta itu.
Saat Ran turun dari kereta. Ia melihat sekelompok seniman jalanan. Mereka membawakan musik yang harmonis, perpaduan antara gitar dan violin yang dapat menyejukkan hati orang-orang yang mendengarnya. Ran menikmati permainan mereka terutama pada pemain gitar. Sambil ia berjalan ke permukaan jalan, ia terus mendengarkan petikan gitar.Ran sangat ingin sekali bermain gitar dengan indah, sayangnya ia tak punya gitar. Tapi ambisinya akan dia wujudkan.
***
Saat Ran mencapai tempat perjanjian dengan kakaknya, ia menengok kanan dan kiri tak melihat kakaknya.
Tapi tak lama berlalu ada seorang wanita memanggilnya dari dalam sebuah toko, itu adalah kakaknya yang mengisyaratkan agar Ran menghampirinyaTernyata itu adalah toko sepeda.
Kak Arina bermaksud membelikan Ran sebuah sepeda."Ayo Ran, pilih satu sepeda yang kau inginkan. Biar kakak yang bayar"
Ran benar-benar senang saat ka Arina membelikannya sepeda. Sampai ia tak tau harus memilih yang mana.
"Terimakasih kak. Aku sangat senang"
Saat berkeliling melihat-lihat, ia terkesima dengan salah satu sepeda yang di pajang. Dan memilih sepeda itu untuk ia bawa pulang.
"Kak, aku pilih yang ini saja" ucapnya dengan sangat bahagia.
"Baiklah, silahkan kau bawa pulang. Biar kakak yang urus di bagian kasir" ucapnya santai sambil mengeluarkan dompetnya
***
Ran pulang dengan menaiki sepeda barunya. Langit yang mulai sore menampakkan cahaya jingga indahnya.
Ran terus mengayuh dengan rasa bahagia di hatinya. Seperti matahari mendengar impiannya dan mengabulkannya satu per satu.
Ran menatap matahari sore dan berdo'a agar impian wanita yang ia sukai pun dapat terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Value Word
RomanceIa, bukan bintang, bukan atlet, bukan pula aktris, tapi ia adalah value yang hanya milikku. Aku akan selalu menjadi suara dari semua kata-kata indahmu itu Hingga jiwa ini berpisah dari tubuhnya...