Ran tersenyum saat ia sampai di depan gerbang sekolah. Ia teringat hari pertamanya menginjakkan kaki di tempat itu.
Tapi seperti hari-hari biasanya, para murid dan guru berlalu lalang di sekitar sekolah. Tapi Ran merasa ada yang kurang.
Ia tak melihat Aila dimanapun.Ran pikir Aila hanya terlambat. Tetapi saat bel masuk berbunyi Ran melihat bangku Aila masih kosong. Hingga guru mata pelajaran pertama masuk ia tak ada.
Ran merasa kosong hari ini tanpa Aila. Walau kelas tetap ramai tanpa kehadirannya, tapi Ran merasa sangat sepi di dalam kelas, hingga bel pulang berbinyi.Saat Ran membereskan buku-bukunya dan hendak pulang, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya membuat Ran menengok kearah belakang.
"Oh ternyata kau Satsuki. Ada apa?" Tanya Ran pada seorang teman wanita.
"Kau pasti bertanya-tanya mengapa Aila tak masuk kan? Aku tadi melihatnya, saat akan berangkat sekolah dia mengenakan sweter panjang selutut dan berjalan tergesa-gesa menuju stasiun, aku pikir ada sesuatu yang terjadi" Terang Satsuki pada Ran dengan wajah serius.
Ran sedikit mengangkat sebelah alisnya, tapi kemudian wajahnya kembali datar.
"Dasar wanita, ceritanya selalu seperti kisah drama. Mungkin kau salah orang. Umm maaf aku pergi dulu sampai jumpa besok" Ucap Ran sinis dan pergi meninggalkan Satsuki.
Walau Ran terlihat dingin dan tak peduli, dalam hatinya ia terua memikirkan ucapan Satsuki, mungkin saja apa yang Satsuki ucapkan adalah benar.
Beberapa saat Ran melamun di perjalanan pulangnya, hingga ia mendapat ide untuk mencoba datang kerumah Aila.***
"Selamat siang... Permisi..." Teriak Ran sambil mengetuk pintu rumah Aila.
Beberapa kali ia mengetuk pintu itu tapi tak juga mendapat jawaban, hingga tanpa sadar sudah 30 menit ia menunggu di depan rumah Aila. Akhirnya Ran memutuskan untuk pulang.
Di rumah Ran terus termenung di depan jendela kamarnya. Sudah 4 kali ia mengirim e-mail dan tak satupun yang dibalas. Hingga ia tak sadar Kak Arina mengetuk pintu kamarnya dan masuk mengagetkan Ran."Hei, wajahmu sangat sendu. Ada apa Ran?"
"Kakak mengagetkanku. Aku tak apa-apa. Kakak sendiri sudah tak menangisi Ayah dan Ibu lagi?"
"Aku sudah bosan menangis. Jangan tanya hal itu lagi." Ucap Kak Arina dan berjalan keluar kamar hingga langkahnya terhenti karena Ran memanggilnya.
"Kak tunggu. Aku ingin meminta solusi"
"Hufs, sudah kuduga kau akan menceritakannya. Baiklah ada apa?" ucap Kak Arina berjalan mendekat dan duduk di atas ranjang milik Ran.
"Hari ini Aila tak sekolah, dia juga tak membalas e-mail ku. Ada seorang teman sekelas ku yang mengatakan bahwa ia melihat Aila tergesa-gesa berjalan menuju stasiun kereta pagi ini. Apa yang harus ku lakukan?"
"Carilah dia jika kau memang mencintainya" Jawab Kakaknya asal-asalan.
Mendengar kata-kata kakaknya itu Ran bergegas mengambil jaketnya dan mengenakannya.
Kakaknya terlihat bingung ternyata kata-katanya di anggap serius oleh Ran."Hey hey, apa kau menganggap kata-kataku itu serius? Aku hanya bercada Ran"
"Ntahlah, tapi aku harus melakukan sesuatu." Ucap Ran dan meninggalkan Kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Value Word
RomanceIa, bukan bintang, bukan atlet, bukan pula aktris, tapi ia adalah value yang hanya milikku. Aku akan selalu menjadi suara dari semua kata-kata indahmu itu Hingga jiwa ini berpisah dari tubuhnya...