BAB 5 "Hujan Musim Semi"

18 2 0
                                    

Tak terasa pagi sudah datang, Aia masih tertidur bersandar di meja ruangan tengahnya.
Saat alarm di ponselnya berdering ia tersontak bangun dan melihat jam di ponselnya.
Aila meregangkan tubuhnya sambil meguap...

"Huuaaam, tak terasa ternyata aku semalaman tidur disini. Untung saja tv ku pasang timer"

Aila berjalan membuka jendela ruang tengahnya yang langsung berhadapan dengan jalan raya. Ia menghirup udara segar pagi di musim semi. Tapi saat ia melihat langit,ia mengerutkan dahi melihat hal tak bagus

"Ya tuhan, langitnya mulai gelap. Padahal ini pagi, ku harap tidak hujan" ucapnya sendiri sambil mengepalkan tangan memanjatkan do'anya kepada langit

Dengan nafas panjang Aila menutup kembali jendela dan beranjak menuju kamar mandi.

***

Ran terbangun dari tidurnya dengan perut keroncongan, seperti biasa setiap bangun ia selalu menengok ke jendela kamarnya dan pagi ini tidak ada cahaya yang masuk ke dalam kamarnya

"Mendung sekali. Aku jadi tidak semangat sekolah. Tapi apa boleh buat"

Ran pun turun menuju ruang makan dan seperti biasa kakaknya sedang menyiapkan sarapan. Ran duduk di meja makan dengan wajah sangat malas.

"Hey, ada apa dengan wajahmu Ran. Seperti orang yang sedang bekerja lembur"

Kakaknya mentertawakan wajah Ran yang tidak bersemangat dan termenung di atas meja.
Ran yang sedang merenung akhirnya tersadar saat perutnya berbunyi cukup keras.

"Ka, aku lapar..." Dengan nada manja dan sangat berharap

"Pergi mandi lalu kuberi sarapan"
Sentak kakaknya membuatnya bergerak ke kamar mandi.

***

Akhirnya hujan turun di pagi hari membuat semua orang yang beraktifitas menggunakan payung termasuk juga Ran.
Saat Ran melewati rumah Aila ia berhenti sejenak, melirik kearah rumah Aila. Sepertinya Ran menunggu orang yang ntah akan muncul atau tidak.
Tapi selang beberapa saat ternyata terlihat seseorang muncul dari belakang pintu rumah Aila, yang ternyata itu benar Aila yang sedang membuka payung. Ran sedikit kecewa saat melihat Aila ternyata membawa payung juga. Tapi Ran senang bisa melihatnya pagi ini.

Aila melihat akan hadirnya Ran di sebrang jalan sana. Ia berlari menghampiri Ran.

"Hai Aila, mau kesekolah bersama? Nampaknya kau juga membawa payung yah?"

Tidak ada jawaban dari Aila. Hanya senyuman kecil tersinggung di bibirnya. Ran anggap itu jawaban YA untuk ajakannya berjalan bersama

Mereka berjalan bersama menuju sekolah. Berjalan dibawah payung masing-masing. Seperti biasa tidak ada pembahasan apapun selama di perjalanan, hanya suara hujan yang dapat mereka dengar.
Benar-benar tidak ada percakapan sampai akhirnya mereka sampai di sekolah.

"Eh. Ternyata sudah sampai. Aila,aku mampir dulu ke kantin. Kau pergi duluan saja ke kelas"

Aila menganggukan kepala dan pergi langsung menuju kelas dan Ran pergi ke kantin.
Saat di rumah Ran tidak sempat sarapan karena ingin menunggu Aila di depan rumahnya. Jadi di kantin ia membeli semangkuk bubur panas. Asap yang mengepul dari mangkuk bubur membuat udara sekitar mangkuk itu terasa hangat. Satu suapan membuat tubuh Ran bersemangat. Saat ia melahap bubur itu tiba-tiba ia melihat seorang yang menggunakan seragam sama sedang berlari sambil membawa gitar ke arah Ran.

"Oh maaf, boleh aku duduk disini. Aku takut gitarku terkena hujan" ucap orang itu dan duduk di hadapan Ran.

Ran cukup tertarik untuk bertanya tentang orang itu. Dan tetap perkenalan ucapan yang pertama Ran lontarkan

"Umm,hai namaku Ran Kiseki. Aku murid kelas satu ruangan 4" ucap Ran sambil terus menyantap buburnya.

"Kau boleh memanggilku Azura. Aku murid kelas tiga" ucap orang itu jelas sambil memberikan tangannya mengajak bersalaman. Ran menerima salam itu dengan senyum lebar di wajahnya.

Setelah puas dengan identitas, Ran penasaran akan gitarnya dan kali ini ia ingin menembaki orang itu dengan beberapa pertanyaan.

"Um, ngomong-ngomong gitar itu..."

Belum juga Ran menyelesaikan ucapannya. Orang itu telah paham jawaban apa yang diinginkan oleh Ran.

"Ini gitar milikku, hari ini ada kelas seni, kelas tiga diwajibkan membuat sebuah lagu oleh satu alat musik yang di kuasai"

Setelah mendengar bahwa orang itu membuat sebuah lagu. Ran ingin dia ajarkan cara membuat lagu.

"Apakah kau bersedia mengajariku membuat sebuah lagu?" tanya Ran sedikit ragu apakah ia menolak permintaannya atau bersedia.

"Hahaha. Lagu akan muncul dengan sendirinya dari hati nak. Dan di tuangkan kedalam sebuah kata-kata indah" tawanya sambil menunjuk kearah dada Ran.

Setelah percakapan pendek, orang itu pergi meninggalkan Ran dan melambaikan tangan.
Ran masih berfikir bagaimana cara ia membuat sebuah lagu. Ia berjalan menuju kelasnya sambil terus berfikir tentang hal tadi.

***

Pelajaran pertama berlalu dengan langit masih menurunkan air matanya. Barulah saat jam istirahat hujan reda dan langit mulai cerah. Melihat pemandangan langit dari dalam kelas membuat Aila terinspirasi untuk membuat puisi. Aila memang memiliki kebiasaan menulis apapun yang ia lihat di sekelilingnya.

***

Saat Ran sedang membereskan buku-bukunya ia melihat Aila menulis sesuatu dengan sangat serius. Kepala Ran dipenuhi dengan rasa penasaran. Tapi ia tau bahwa wanita tidak suka diganggu saat menulis sesuatu yang dianggap serius.
Ran mengurungkan niatnya untuk menghampiri. Dan kini ia hanya melihat orang-orang berlalulalang di lapangan sekolah dari jendela di kelasnya.

Tak lama, Ran sadar sepertinya Aila sudah tidak ada di bangkunya. Tapi mejanya pun sangat rapi. Buku yang tadi Aila isi sepertinya telah dimasukkan kedalam tas. Ran tidak mungkin mengacak-acak tas seorang wanita. Kali ini ia mengurungkan kembali niatnya untuk mengetahui apa yang Aila tulis tadi.
Tiba-tiba muncul Akira dari luar kelas menyapa Ran dan mengajaknya pergi ke kantin.

"Hai Ran. Ayo cepat kemari. Kita pergi ke kantin"

Ran yang sedang melamun itupun berfikir sejenak. Mencerna apa yang dikatakan Akira barusan. Tapi Ran menolak ajakan dari Akira.

"Maaf akira. Tapi diluar masih dingin, aku lebih baik diam disini saja" ucapnya malas.

Mendengar jawaban Ran, Akira menghampirinya dengan ekspresi mentertawakan.
Melihat di tertawakan Ran melihat Akira dengan wajah sinis.

"Hei tuan kiseki... Apa yang sedang kau pikirkan? Cinta? Pada siapa kau menaruh hati?" masih dengan nada mentertawakan dia duduk di atas meja Ran.

"Berisik kau. Aku tidak sedang jatuh cinta"

***

Jam istirahat telah selesai. Semua siswa/siswi masuk ke kelasnya masing-masing. Memulai pembelajaran kembali. Dan nampaknya hujan kembali turun sampai jam pulang pun tiba hujan semakin deras.
Ada beberapa murid yang pulang dengan menerobos hujan. Ada juga beberapa yang menunggu reda, termasuk Ran dan Aila juga.
Ran masih penasaran dengan apa yang Aila tulis. Dan ia memberanikan diri untuk bertanya

"Hey,sebenarnya apa yang kau tulis saat jam istirahat tadi?" tanya Ran ragu

Aila menatapnya sejenak. Dan tersenyum lebar menjawab pertanyaan Ran.

"Apa yang aku tulis?? Oh itu hanya -hujan musim semi- " Lalu Aila tertawa kecil dan pergi meninggalkan Ran sambil melambaikan tangannya.

Ran masih berdiri tak bergerak merasa bingung dengan apa yang Aila jawab padanya.

Value WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang