BAB 4 "Taman dan Teman"

30 2 0
                                    

Aila dan Ran berjalan menuju sebuah taman yang sangat indah dengan banyak pohon sakura, dan air mancur di tengah tamannya serta beberapa kedai kecil menghiasi taman itu.
Ran melirik sekitar, dan pandangannya tertuju pada sebuah kedai dango di dekat air mancur. Akhirnya Ran mengajak Aila ke kedai itu

"Hai Aila, bagaimana jika kedai dango sebelah sana??" Ran menunjukkan pandangan pada kedai tujuannya

Aila tak menjawab melainkan hanya menganggukkan kepalanya.
Mereka berjalan ke kedai dango yang cukup ramai, duduk di bangku sebelah kolam. Suara air mancur yang menenangkan hati, harum dari berbagai bunga, dan suara kicauan burung benar-benar menghipnotis Aila masuk ke dalam lamunannya.
Sayangnya lamunannya itu tak lama karena saat itu Aila tersadar saat sang pelayan mengantarkan makanan ke meja mereka.

"Ummm, Aila ayo dimakan. Makanan disini aku jamin rasanya sangat enak"

"Iya, selamat makan" dengan tersenyum Aila mengambil tusukan pertama dan melahapnya dalam gigitan kecil

Selama mereka makan, rasanya sangat sunyi hanya suara kicauan burung yang hanya mereka dengar. Tak ada yang berani memulai pembicaraan sampai akhirnya Ran memberanikan diri untuk mencoba bicara

"Umm, Aila kau suka tempat ini?"

"Ya aku menyukainya" Dengan tatapan hangat dan berusaha tersenyum

"Ngomong-ngomong, dari taman ini rumahmu sebelah mana?" Ran semakin yakin untuk mengobrol

"Rumahku masih cukup jauh dari sini,melewati satu blok lagi"

Akhirnya Aila mulai merasa nyaman bersama Ran, dan begitu juga Ran. Tapi tetap saja Aila hanya menjawab pertanyaan dari Ran dengan singkat membuat Ran sulit menentukan topik pembicaraan selanjutnya.

***

Makanan mereka sudah habis,langitpun mulai berwarna jingga. Mereka melanjutkan berjalan bersama. Sampai akhirnya sampai depan rumah Aila.

"Umm, terimasih Ran. Di sebrang adalah rumahku. Trimakasih telah mengantarku pulang" dengan nada rendah dan sedikit membungkukkan badan, Aila meninggalkan Ran yang belum menjawab apa-apa

"Hey Aila... Ah sudahlah, dia sudah pergi"

Ran melanjutkan perjalanannya sendiri sambil menendang-nendang sebuah batu kerikil. Ia merasa bahwa Aila terlalu pendiam untuk orang pendiam sekalipun.

***

Akhirnya Ran tiba di rumahnya, saat ia membuka kenop pintu ternyata di rumahnya dikunci.

"Oh dear, kemana ka Arina pergi sore-sore begini"

Karena kesal Ran mencoba menelpon kakaknya tapi tak dapat di hubungi. Akhirnya dia hanya dapat duduk di tangga depan rumahnya dengan kepala terpangku di kedua tangannya.
Ran yang kelelahan beraktifitas seharian akhirnya tertidur dengan posisi tak berubah.

"Hey Ran, bangun. Kau tak mau masuk angin kan?" Teriak kak Arina sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ran.

"(Menguap) kakak darimana saja? Aku menunggu sejak tadi pintupun terkunci" Ucap Ran sangat kesal

"Maaf, kakak ada urusan dengan klient kakak. Karena terburu-buru ponsel kakak juga tertinggal di meja makan" sambil membuka kunci pintu dan membukanya

Ka Arina adalah seorang desainer yamg cukup sukses. Model-modelnya terkadang di pakai oleh aktris terkenal.

***

Ka Arina langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan makan malam, tapi karna sangat kelelahan Ran langsung pergi ke kamarnya,mengganti baju dan langsung melompat ke ranjangnya. Saat Ran sedang tertidur, ka Arina mengetuk pintu kamarnya menyuruhnya makan tapi Ran tetap tertidur

***

"Aku pulang..."
Aila melepas sepatunya dan menyimpannya di rak sepatu samping pintu masuk. Ia menyalakan wastafel dan membasuh tangan serta wajahnya.

"Ahh, segar sekali setelah menjalani hari yang panjang"

Aila pergi ke kamarnya untuk mengganti pakaiannya dan kembali turun ke ruang tengah, menyalakan tv dan ia mengambil sebuah buki di dalam rak bukunya dan mulai menulis sebuah diary

__________

Dear dairy...

Sakura mekar di musim semi.
Warna indahnya menghiasi hati ini.
Hari ini ku teriakkan, cita-cita kuserahkan pada hari ini.
Hati ini berdegup kencang. Bukan lain karena bunga...
Hari ini ku temukan bunga sakuraku,teman terbaik hari ini.

__________

"Hari ini sungguh indah..." Lalu Aila tertidur pulas bersandar pada meja dan masing menggenggam buku hariannya

Value WordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang