Saat ini Giselle sedang duduk di koridor depan kelasnya. Ia terlambat masuk ke dalam kelas, itu sebabnya gurunya tidak mengijinkannya untuk masuk.
"Ini gara-gara penculik itu! Awas aja kalau ketemu, bakalan aku pepes!" geram Giselle sambil membuka buku paket fisika di hadapannya.
"Teganya itu guru ngasih tugas 100 soal dalam waktu 1 jam, emang dia pikir aku Albert Einstein apa," gerutunya sambil menulis angka 1 pada halaman bukunya yang masih kosong.
Ia mulai membaca soal itu dengan serius. "Sebuah bola dilemparkan dengan sudut elevasi 37° dalam waktu 3 sekon, berapa jarak terjauh yang mampu ditempuh oleh peluru jika massa peluru 10 gram?" bacanya keras-keras.
Ia kembali membaca soal itu sampai 3 kali, namun otaknya masih belum juga mampu memahami arti soal itu. Ia mengeram kesal. "Mana aku tahu jarak terjauhnya, orang bukan aku yang ngelempar," simpulnya.
"Udah ah lanjut nomor 2 aja," ucapnya sambil kembali menulis angka dua pada bukunya yang masih kosong itu. "Sebuah bom dijatuhkan dari sebuah pesawat dengan ketinggian 50 m, berapa sudut pelepasan peluru agar mengenai sebuah gedung yang berjarak 25 m dari pesawat?" bacanya.
"Ini soal aneh banget deh, aku kan bukan terrorist, mana aku tahu tentang kaya ginian," ucapnya.
"Udah kalau gak bisa nyerah aja, gak usah sok bisa gitu," ucap seseorang membuat Giselle terkesiap.
"Lha kamu kan penculik yang mau menculik aku tadikan? Kok kamu belum masuk penjara sih?" tanya Giselle.
Pria itu mengangkat bahunya dan duduk di samping Giselle. "Ih ngapain deket-deket?" tanya Giselle sambil menatap pria itu dengan tatapan mengancam.
Namun Hansel sama sekali tidak peduli dengan ucapan Giselle. "Kau itu seharusnya berterima kasih kepadaku, bukannya malah menggerutu seperti itu," ucap Hansel sambil menyandarkan kepalanya ke dinding.
Giselle dapat melihat jelas raut kelelahan dari wajah pria itu. "Kenapa aku harus berterima kasih kepada orang yang sudah berniat menculikku? Asal kau tahu ya, aku terlambat masuk kelas karenamu," dengus Giselle.
"Karena aku tidak melaporkanmu setelah kau melakukan tindakan kekerasan terhadap aku," jawab Hansel. "Dan soal terlambat ke kelas, itu bukan salahku. Kau memang harus mengantarku ke kantor guru karena aku tidak tahu letaknya," lanjutnya.
"Tindakan kekerasan apa coba? Dasar tukang bohong! Kau kan bisa menyuruh murid lain, kenapa harus aku?" balas Giselle.
"Kau sudah menendang botol kaleng ke kepalaku, Giselle. Apa itu bukan sebuah kekerasan? Dan soal itu, aku hanya mau kamu yang mengantarku," balas Hansel membuat Giselle terdiam sejenak.
"Benarkah?" tanya Giselle penasaran.
"Ya!" jawab Hansel mantap. Namun tanpa diduga-duga, Giselle malah tertawa keras mendengar pengakuan pria itu.
"Berarti tindakanku tepat, terkadang penculik sepertimu memang harus dicium botol kaleng biar tobat," ucap Giselle.
"Kau tahu? Penculik sepertiku tidak akan tobat jika hanya dicium oleh botol kaleng," balas Hansel sambil tersenyum penuh arti.
"Kau membuatku penasaran, memangnya apa yang bisa membuatmu tobat?"
"Aku akan tobat jika kau yang menciumku," jawab Hansel membuat mata Giselle membulat sempurna.
Wanita itu segera memukul lengan kekar Hansel. "Dasar pria mesum! Enyahlah dari sini!" teriak Giselle heboh.
"Sayangnya aku tidak mau," balas Hansel dengan berani.
"Kau benar-benar keterlaluan. Tadi pagi kau berniat menculikku dan sekarang kau berniat melecehkanku, nanti apa lagi yang akan kau rencanakan hah?!" geram Giselle kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Aviator [COMPLETED]
RomantikJudul awal : 180° Aviator Kisah tentang seorang wanita ceroboh dan pembuat masalah yang bertemu dengan seorang pilot bernama Hansel Ackerley. Pertemuan awal mereka yang tidak menguntungkan membuat Giselle terpaksa harus terus berurusan dengan pria...