Giselle tidak menyangka kalau Reza akan berteriak seperti itu kepadanya. Tidak hanya berteriak, ia juga menatap Giselle tajam seolah Giselle sudah melakukan sesuatu yang tidak termaafkan.
"Jawab pertanyaanku!" bentaknya lagi.
"Apaan sih, kak? Masa kakak percaya sama gosip murahan kaya gitu? Giselle itu bukan perempuan murahan, kak!" balas Giselle dengan tatapan tak terima. Ia segera berlari meninggalkan Reza yang terdiam di tempatnya.
"Kenapa sih orang-orang mudah banget terhasut sama berita burung kaya gitu? Gak punya pendirian banget!" gerutu Giselle seraya masuk ke dalam perpustakaan tua yang sudah lama sekali tidak ia kunjungi. Giselle tidak punya pilihan lain, semua tempat penuh dengan orang-orang yang kini pasti sedang mengucilkan Giselle.
Wanita itu berjalan menyusuri rak-rak buku yang penuh dengan buku-buku dari yang tebal hingga yang tipis. Wanita itu melangkah pasti menuju sebuah rak berisi novel fiksi kesukaannya, sudah lama sekali ia tidak membaca novel karena padatnya pelajaran di sekolah.
Ia mengambil sebuah novel secara asal dan langsung membawanya ke sebuah meja kayu berukuran besar dengan sekat-sekat yang membaginya menjadi beberapa bagian. Tak lupa ia menarik kursi dan duduk di atasnya.
Ia membuka halaman demi halaman buku itu dan membacanya dengan seksama, ia bahkan mengabaikan bunyi lonceng yang menandakan bahwa jam istirahat telah berakhir. Ia malas mendengar gosip tentang dirinya lagi di kelas.
Namun sepertinya niat bolosnya itu ketahuan oleh ibu pengawas perpustakaan karena Giselle dapat mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya. Giselle langsung menggenggam bukunya dengan erat lalu berjalan perlahan memutari meja itu dengan berjongkok.
"Sedang apa kau?" tanya seseorang membuat Giselle salah tingkah dan langsung bangkit berdiri.
"Eh.. itu tadi buku aku jatuh," bohongnya. Ia mengamati pria di hadapannya dengan seksama, pria itu bukanlah murid di sekolahnya bukan juga seorang guru karena gayanya yang terkesan berantakan. Ia terlihat jauh lebih tua dari Giselle.
"Buku apa yang kau pegang itu?" pria itu langsung merebut buku yang tadi berada di tangan Giselle.
"Itu novel."
"Kau tahu ada apa di buku ini?" tanyanya dengan tatapan misterius. Bahkan Giselle merasa merinding walaupun ia tidak mengerti arti kalimat pria itu tadi.
"Ada kertas, ada tinta, ada kata, ada kalimat, ada paragraf, dan teman-temannya yang lain," balas Giselle dengan polosnya.
"Kau belum selesai membacanya ya?" tanya pria itu lagi. Giselle mengangguk membenarkan ucapan pria itu.
"Kalau begitu bacalah buku ini sampai habis," pria itu kembali memberikan buku itu ke dalam tangan Giselle.
"Ngomong-ngomong om siapa?"
"Ya ampun, memangnya aku setua itu sampai dipanggil om?"
"Emangnya om siapa?"
"Nama Ku Su Sah Parah, tapi suka dipanggil Gampang."
Dahi Giselle terlihat mengkerut, namun setelah ia mengerti ia langsung tertawa terbahak-bahak. Memang kurang ajar.
"Kamu boleh panggil aku apa aja, asal jangan panggil Sus ya," pesannya masih membuat Grisellea tertawa.
"Gak ada nama lain apa? Nama cadangan gitu," tanya Grisellea sambil berusaha menahan tawanya.
"Ada sih, kamu panggil sayang juga boleh."
"Kalau aku panggil mimpi boleh gak?" tanya Giselle.
"Kenapa mimpi?"
"Abis om kebanyakan mimpi, sayang itu perasaan bukan panggilan, emang om mau jadi cowok panggilan si sayang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Aviator [COMPLETED]
RomantiekJudul awal : 180° Aviator Kisah tentang seorang wanita ceroboh dan pembuat masalah yang bertemu dengan seorang pilot bernama Hansel Ackerley. Pertemuan awal mereka yang tidak menguntungkan membuat Giselle terpaksa harus terus berurusan dengan pria...