30°

12K 671 13
                                    

Tangan Giselle mendarat sempurna di pipi Hansel. Wajah wanita itu memerah karena amarah dan rasa malu yang menggerogoti hatinya. "Aku gak mau nikah sama om! Lagian aku yakin kalau jodoh aku bukan om!"

Hansel tersenyum lalu mengacak-acak rambut Giselle. "Aku akan membuat kita berjodoh apapun yang terjadi. Kamu gak perlu khawatir."

"Huh siapa juga yang khawatir? Dasar om keras kepala! Mending itu kepala diganti jadi kelapa ajalah, biar gak buat tensi naik mulu."

"Sudahlah tidak ada gunanya berdebat, toh kamu tetap akan menikah denganku."

"Pede sekali, om! Aku yakin pasti om pernah ditinggal calon pengantin om di hari pernikahan om atau gak om pernah diselingkuhin ya sampai maksa Giselle buat nikah?"

"Lebih baik kamu tidur, aku mau keluar sebentar."

Hansel melangkah meninggalkan Giselle yang masih merasa kesal dengan perilaku pria itu kepadanya. Ia mengambil ponselnya dan mengetik pesan kepada seseorang.

Giselle : Sandra, I need your help :(
Sandra : Kenapa lo? Abis pecah ketuban sampai-sampai gak masuk sekolah? Gue kesepian tau di sini.
Giselle  : Ini lebih buruk daripada ketimpa hantu, Sand. Ada om-om mesum di rumah aku, masa dia maksa aku buat nikah coba. Ya aku akui sih dia tampan, tapi kamu tau kan aku gak mau berhubungan dengan lelaki lagi.
Sandra  : Wah itu mah bagus, Sel! Gue dukung pria itu buat nikah sama lo, biar lo gak jadi jomblo abadi. Hitung-hitung gue menyelamatkan nasib lo, gue gak mau lo jadi perawan tua nantinya.
Giselle  : Tapi tetep aja gue gak mau nikah sama om itu, Sand. Lo bisa jemput gue gak?
Sandra  : Sorry Sel, udah bel gue kudu masuk ke kelas. Dadah sayang!

Giselle menarik napas panjang. Bisa-bisanya Sandra berkata seperti itu kepadanya, bukannya membantunya ia malah mendukung penderitaannya. Kalau Giselle bertemu dengan Sandra nanti ia akan meminta wanita itu memuntahkan semua pizza yang sudah Giselle berikan secara gratis kepadanya.

"Kamu gak boleh nyerah, Sel. Lebih baik kamu membuat om-om itu benci sama kamu supaya dia gak mau nikah sama kamu," batinnya. Tiba-tiba sebuah ide melintas dalam pikirannya.

"Om! Tolong om ada cicak jatuh!" teriaknya panik. Ia mengambil seekor cicak yang ia pelihara selama ini dan menaruhnya pada tangannya.

Hansel masuk ke dalam kamar Giselle dengan santai padahal Giselle sudah memasang raut wajah takutnya tetapi pria itu tetap saja mempertahankan wajah mengesalkannya itu. "Om tolong dong!" teriak Giselle.

"Kamu bau sih makanya cicak aja sampai nempel gitu," ejek Hansel seraya berjalan santai ke arah Giselle dan mengambil hewan heterotrof itu dari tangan Giselle.

"Aduh om hati-hati digigit ya, Giselle udah 100 kali lho digigit sama cicak," Giselle berpura-pura menjauh dari jangkauan Hansel.

"Tenang aja, cicaknya udah mati kok."

"Apa?!" teriak Giselle sambil bangkit berdiri dan mendekat ke arah Hansel untuk melihat keadaan cicaknya. "Yah kasian banget padahal dari kecil udah Giselle pelihara."

"Makanya hewan itu jangan diajak sandiwara, cukup sandiwara cinta aja jangan ada sandiwara cicak," tutur Hansel membuat Giselle merasa bersalah.

"Om berani kan sama cicak? Tolong tangkepin satu lagi ya buat Giselle," pintanya dengan wajah memelas.

"Ada syaratnya," ucap Hansel sambil tersenyum. "Panggil aku Hansel, jangan panggil aku om lagi."

"Ah jadi itu nama om, kan Dora suka pakai Hansel ya om," Giselle terkikik melihat wajah kesal Hansel.

"Itu ransel, Giselle! Udah ah, aku gak mau cariin cicak buat kamu. Kamu semedi aja di sini sambil berdoa supaya ada cicak jatuh ya," Hansel pergi meninggalkan Giselle yang terlihat bahagia sudah berhasil membuat Hansel kesal.

My Aviator [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang