20°

13K 791 16
                                    

Giselle merenggangkan tubuhnya yang terasa pegal. Ia kembali menarik selimut yang hampir jatuh agar menutupi seluruh tubuhnya seolah tak mau bangun walaupun cahaya matahari sudah menyentuh kulitnya.

"Dasar tukang tidur," ucap seorang pria yang saat ini sedang membaca koran di sebuah sofa yang berada di samping Giselle.

Tiba-tiba Giselle bangkit duduk namun matanya masih tetap terpejam. Wanita itu menggaruk-garuk kepalanya sehingga rambutnya berantakan layaknya singa betina yang tidak keramas selama bertahun-tahun.

Kali ini Hansel sudah tak dapat menahan tawanya lagi. Bisa-bisanya ada wanita yang kacau seperti itu saat bangun pagi. Namun tak bisa ia pungkiri, Giselle tetap cantik bagaimanapun keadaannya.

Hansel bangkit berdiri dan menaruh korannya di atas meja kayu. Ia melangkah mendekat ke arah Giselle dan duduk di pinggir tempat tidur. Namun tanpa disangka-sangka, Giselle malah memeluk pria itu sehingga mau tak mau Hansel harus berbaring di sampingnya.

Sebuah senyuman terukir pada wajahnya. "Udah jelek, bau, lemot, hidup lagi," ucapnya sedikit berteriak. Ia dapat melihat dahi wanita itu berkerut. Namun sekali lagi ia dikejutkan dengan kaki Giselle yang menendang perutnya hingga tubuhnya harus menabrak lantai.

Giselle terkejut saat mendengar keributan di sekitarnya. Ia segera mengedarkan pandangannya berusaha mencari asal keributan tersebut. "Ternyata kau juga kasar," ucap Hansel sambil bangkit berdiri.

Giselle teriak sambil merapatkan selimutnya. "Siapa kau?!" teriak Giselle sambil menatap Hansel dengan tatapan mematikannya.

"Baiklah, ternyata kau juga pikun," balas Hansel sambil memijat pelipisnya frustasi.

"Apaan sih?! Udah kurang ajar masuk ke kamar orang, ngejelek-jelekin lagi!" bentak Giselle kesal.

"Coba ya lihat sekelilingmu, memang ini kamarmu?" balas Hansel sambil melipat kedua tangannya.

Giselle segera menatap seluruh penjuru kamar itu lekat-lekat. Ia menelan ludahnya saat menyadari kalau tempat itu bukanlah kamarnya. "Oh iya, kau pasti orang yang sudah menculikku kan?!" teriak Giselle sambil menatap Hansel horor.

Hansel mengusap wajahnya frustasi. "Lebih baik kamu bersiap ke sekolah sekarang daripada telat mengumpulkan tugas fisika," ucap Hansel membuat mata Giselle membulat.

"Astaga pr fisika!! Aduh gimana nih? Kan kemarin belum selesai kerjainnya," ucap Giselle sambil melangkah bolak-balik dengan gelisah.

"Bukunya sudah ada di tas kamu, cepat berangkat atau aku tinggal," ancam Hansel.

"Aih tapikan tugasnya belum selesai, gimana nih om?" tanya Giselle sambil terus berjalan ke sana dan kemari.

"Ya Tuhan ini anak susah banget ya dibilanginnya, apa perlu aku lempar ke jalan raya?" ucap Hansel membuat langkah Giselle terhenti.

"Iya-iya om, maafin Giselle ya. Giselle mandi sekarang kok," ucap Giselle sambil tersenyum layaknya anak kecil yang sedang memohon untuk dibelikan permen. Wanita itu segera berlari kecil menuju kamar mandi.

Hansel menghela napas lelah, ia segera membaringkan tubuhnya di atas kasurnya, namun tiba-tiba wanita itu muncul dengan wajah kesalnya. "Om, aku lupa bawa seragam," ucap Gisella dengan polosnya.

"Pakai aja baju yang ada, nanti aku akan bicara dengan kepala sekolah," jawab Hansel dengan santainya.

"Benarkah?" tanya Gisella dengan wajah berbinar. Hansel mengangguk.

"Makasih om ganteng," ucap Gisella sambil berlari kembali ke dalam kamar mandi. Hansel kembali menegakkan tubuhnya, ia juga harus bersiap untuk pergi bekerja.

My Aviator [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang