Giselle berlari berusaha mencapai gerbang sekolahnya sebelum benda berkarat itu menghalangi langkahnya. Ini semua karena Hansel yang menyuruhnya untuk tetap menapakkan kaki di institusi pendidikan itu. Padahal tadinya Giselle sudah berencana membolos, lagipula hari ini ada banyak pelajaran yang ia tidak suka seperti matematika, fisika, kimia, biologi, sejarah, dan kawan-kawannya. Tanpa sadar Giselle tertawa merutuki dirinya sendiri yang sebenarnya sangat tidak menyukai kegiatan bernama belajar itu.
Satu langkah lagi maka ia akan melewati gerbang sekolah tetapi sayangnya gerbang itu tertutup tepat saat itu juga. Giselle menarik napas lelah. Ia berusaha menormalkan jantungnya yang memompa darah dengan cepat.
"Pak bukain dong!" Giselle berteriak dengan wajah memelas yang ia buat-buat. Sang satpam-pun menggeleng tegas.
"Pulang saja, lain kali kalau memang niat sekolah ya jangan telat," balas sang satpam membuat tatapan Giselle lesu.
"Kok bapak tega sih? Saya kan ke sini mau menuntut ilmu, kok gak boleh? Memangnya bapak gak tahu ya rasa sakit kehilangan kesempatan untuk belajar? Rasanya sakit banget pak!"
"Lebay kamu!"
"Biarin lebay yang penting cantik," sahut Giselle. Pria itu hanya melenggang pergi, menghirup segala harapan Giselle untuk masuk sekolah hari ini.
"Well, akhirnya aku gak sekolah juga," ucapnya sambil lompat-lompat bahagia padahal baru saja tadi ia memohon pada satpam agar gerbang sekolah dibuka untuknya. Pada kenyataannya memang ia tidak berniat masuk sekolah hari ini.
"Siapa bilang kamu gak sekolah?" Sebuah suara berat terdengar begitu dekat dari Giselle, wanita itu langsung membalikkan badannya dan mundur satu langkah saat sosok yang sudah menghancurkan moodnya pagi ini kembali muncul.
"Om mau apa ke sini?"
Hansel hanya tersenyum dan mengisyaratkan satpam untuk segera membuka gerbang. Giselle benar-benar terkejut melihat gerbang yang sejak tadi dia usahakan setengah mati dengan meminta satpam untuk membuka gerbang kini telah terbuka lebar.
"Tutup mulutmu itu atau kupu-kupu akan masuk ke dalamnya," ujar Hansel membuat Giselle segera mengatupkan mulutnya. Tangan Hansel melingkari pundak wanita itu dan menggiringnya masuk.
Tatapan seluruh siswa yang melihat Hansel dan Giselle berjalan beriringan seperti itu sangat beragam. Ada yang menatapnya penuh kebencian, ada juga yang menatap mereka berbinar. Tetapi satu yang Giselle tahu saat ini, pria di sampingnya itu memang suka sekali tebar pesona yang dapat dipastikan akan langsung memikat setiap kaum hawa. Tapi Giselle sudah bertekat untuk tidak terpikat.
"Apa yang kau sedang pikirkan?" tanyanya.
"Hanya sedang menebak kemana lagi kau akan menculikku," balas Giselle. Hansel tersenyum lalu menuntun Giselle untuk berjalan lebih cepat karena memang bel masuk sekolah telah berbunyi dan koridor tersebut sudah terasingkan dari para murid.
Hingga akhirnya mereka sampai di depan kelas Giselle, lagi-lagi Giselle merasa kiamat akan tiba saat melihat sesosok guru yang sangat ia kenal sebagai guru terjudes dan tersombong. Ia tidak akan segan-segan memberi hukuman kepada siapa saja yang tidak menuruti ucapannya. Giselle masih ingat saat Angga menolak mengerjakan soal di papan tulis, Ibu Engel langsung menghukumnya untuk menyapu kelas sambil berjongkok. Sungguh kejam.
"Giselle mau pulang aja, om. Kayanya Giselle sakit deh, perut Giselle tiba-tiba mules. Atau mungkin Giselle datang bulan kali ya? Aduh om, pulang sekarang aja yuk!"
Hansel mengabaikan rengekkan Giselle dan melangkah mendekati pintu. "Ya udah kalau om mau masuk, Giselle pulang duluan ya! Bye-bye om!"
Hansel langsung menggerakan sebelah tangannya untuk menarik tas ransel Giselle sehingga tubuh wanita itupun ikut tertarik. "Masuk!" teriakan Bu Engel begitu terdengar. Bahkan bisa membuat jendela kelas mereka bergetar.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Aviator [COMPLETED]
RomanceJudul awal : 180° Aviator Kisah tentang seorang wanita ceroboh dan pembuat masalah yang bertemu dengan seorang pilot bernama Hansel Ackerley. Pertemuan awal mereka yang tidak menguntungkan membuat Giselle terpaksa harus terus berurusan dengan pria...