150°

6K 348 7
                                    

Suara petir kembali menggelegar disaat Giselle hendak memasukkan sebuah roti gandum ke dalam mulutnya. Nampaknya hujan akan turun lagi. Giselle mendengus tak suka, hujan selalu membuat ia tidak bisa tidur. Apalagi saat petir seperti itu muncul, ia bisa saja terbangun dari mimpi indahnya. Hal itu sangat menyebalkan. Belum lagi jika listrik menjadi padam karenanya, Giselle tidak bisa membayangkan jika hal itu terjadi. Giselle tidak menyukai kegelapan, menurutnya kegelapan terlalu banyak menyimpan misteri.

Jderrrr

Giselle menutup kedua telinganya rapat-rapat, saat gemuruh kembali datang tanpa diundang. Tidak hanya membuat Giselle kaca jendela bergetar, petir itu juga telah berhasil memadamkan listrik sehingga kamar Giselle sepenuhnya dikuasai kegelapan. Giselle benci keadaan ini.

"Gleen," panggil Giselle. Sejak Gleen membentak Giselle tadi, pria itu tidak mengunjungi Giselle lagi. Hanya ada beberapa pelayan yang masuk ke kamarnya untuk membantunya membersihkan diri dan membawakannya makanan.

Giselle menghela napas saat tidak mendapati jawaban apapun. "Apa Gleen masih marah, ya?" pikirnya.

Giselle menyingkirkan selimut yang membungkus tubuhnya. Dengan perlahan, ia turun dari atas ranjang dan melangkah, berusaha mencari keberadaan pintu. Giselle beruntung karena kondisi kesehatannya sudah beringsut membaik. Ruangan yang begitu besar membuatnya sedikit kesulitan menemukan pintu, terutama karena sekelilingnya yang gelap. Giselle berusaha mati-matian memaksa dirinya sendiri agar tidak menjerit ketakutan saat ini.

Giselle menghela napas lega saat tangannya sudah bertemu dengan gagang pintu kamarnya. Ia membuka pintu itu perlahan, menciptakan suara denyit yang menggema dalam ruangannya. Walaupun takut, Giselle terus berjalan untuk mencari keberadaan Reza.

"Gleen," panggilnya lagi. Namun yang ia dapatkan hanyalah pantulan suaranya sendiri. Giselle bergidik, berbagai pikiran buruk mulai menggerayangi kepalanya.

"Aaaaa!" Giselle berteriak saat tangannya tanpa sengaja menyentuh sebuah guci berbentuk orang. "Ini serem banget. Apa Giselle balik aja ke kamar ya?" pikirnya spontan.

"Aaaaa!"

Giselle kali ini benar-benar merinding. Suara teriakan yang kedua bukan berasal darinya, Giselle yakin sekali akan hal itu. Tetapi Giselle sendiri tidak bisa menerka suara milik siapa itu sekarang. Giselle terlalu takut, bahkan membayangkan pemilik suara itu saja ia takut.

Suara teriakan itupun hilang dan digantikan dengan isak tangis pilu yang membuat tubuh Giselle semakin bergetar. Giselle membalikkan badannya, hendak kembali ke kamarnya. Ia rasa sebentar lagi ia akan pingsan saking takutnya.

"Enggak! Jangan! Ini sakit!"

Giselle menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang familiar di telinganya. Suara itu kembali muncul, membuat Giselle yakin akan sang pemilik suara. Giselle memberanikan dirinya untuk mencari asal suara itu. Giselle yakin sekali kalau suara itu berasal dari lantai atas. Dengan berbekalkan sedikit keberanian dan banyak tekad, Giselle akhirnya menemukan sebuah tangga. Ia melangkah perlahan menaikki tangga tersebut. Sayangnya suara familiar itu tidak lagi terdengar, tetapi Giselle yakin tadi ia tidak salah dengar.

Akhirnya Giselle sampai di lantai atas, ia berusaha menajamkan penglihatannya untuk mencari keberadaan seseorang di sana. Ia mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat ke arahnya, sontak Giselle bersembunyi. Adrenalin wanita itu mendadak meningkat, Giselle bahkan mulai merasa curiga dengan sang pemilik rumah ini. Setelah suara langkah kaki menghilang, Giselle kembali melangkah menuju sebuah pintu yang berada di ujung lorong. Pintu itu sangat besar dan tidak memiliki pegangan, Giselle berpikir keras bagaimana caranya membuka pintu itu. Hingga akhirnya ia menemukan sebuah keyboard rahasia yang berada di belakang sebuah lukisan. Ia sedikit mengangkat lukisan tersebut untuk memasukan kata sandi. Giselle tidak tahu apa kata sandinya, jadi ia mencoba menuliskan namanya sendiri. Entah karena dewi fortuna sedang berpihak kepadanya atau memang Giselle pandai menganalisa kemungkinan yang ada, sandi yang dituliskan Giselle benar.

My Aviator [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang