120°

5.6K 312 6
                                    

Hansel tidak pernah menyangka kalau makan malam ini adalah sebuah ide buruk yang bodohnya ia setujui. Ternyata ini bukanlah makan malam biasa, melainkan sebuah media untuk pertemuan dua keluarga. David dan Jeanny terus melempar percakapan dengan Damian dan istrinya, Ariana. Sementara Hansel dan Marshella kompak diam karena merasa dibohongi oleh kedua orang tuanya.

"Oke jadi anak-anak, ayah akan mengumumkan sesuatu pada kalian," David bangkit berdiri untuk menarik perhatian semua orang di meja tersebut. "Sebenarnya sebelum kalian lahir, ayah dan Mr. Damian sudah berencana untuk menyatukan keluarga kami."

Marshella menoleh ke arah Hansel dengan tatapan khawatir. Tentu kedua anak itu sama-sama pintar untuk mengerti maksud dari ucapan David. Hansel menggenggam tangan Marshella untuk menenangkan adiknya itu.

"Karena itu, sesuai kesepakatan kami berencana menjodohkan Dimas dengan Marshella," lanjut David.

Marshella hampir saja menggebrak meja jika saja Hansel tidak menahan tangannya. Marshella menatap sosok pria di seberangnya yang kelihatannya sama sekali tidak keberatan dengan perjodohan ini.

"Ayah, Marshella gak mau dijodohin," ujar Marshella dengan nada kesal. Ia benar-benar tidak menyangka kalau pada jaman modern seperti saat ini masih ada perjodohan.

"Semua perjodohan ini sudah kami sepakati..."

"Maaf Mr. David, tapi aku juga tidak setuju dengan perjodohan ini," kali ini Dimas yang angkat bicara. Jelas dari cara bicara Dimas, semua orang bisa tahu kalau dia bukanlah pria biasa. Dia adalah mahasiswa lulusan German yang membawahi beberapa perusahaan internasional.

"Dimas, bukankah kita sudah membuat kesepakatan?" Damian menatap anaknya dengan begitu serius.

"Benar, pa. Tapi aku tidak menyangka kalau wanita yang dijodohkan denganku seperti dia," Dimas tersenyum dengan pandangan merendahkan ke arah Marshella.

"Huh! Shella juga gak mau dijodohin sama Dimas, dia bukan pria idaman Shella!" sahut Marshella tidak mau kalah. Berani sekali pria itu menjatuhkan harga dirinya di depan keluarganya sendiri.

"Hei! Kau tidak boleh berkata seperti itu," balas Dimas yang merasa harga dirinya terinjak.

"Itu kenyataan! Kau bukan tipeku."

"Jangan berbicara seperti itu Marshella, itu benar-benar tidak sopan," tegur David membuat Marshella menunduk sedih. Padahal apa yang ia katakan hanyalah sebuah pembelaan semata.

"Bagaimana ini David?" tanya Damian dengan raut wajah bingung.

"Keluarga kita tetap harus bersatu bagaimanapun caranya," tegas David lalu menoleh pada Marshella yang sepertinya benar-benar tidak tertarik pada perjodohan ini.

Tiba-tiba seorang wanita yang duduk di seberang Hansel bangkit berdiri, perempuan itu memang sedari tadi terlihat mencurigakan. Dan Hansel merasa tidak nyaman berada satu meja dengan perempuan itu.

"Kalau papa dan Mr. David tidak keberatan, bisakah aku memberi saran?" ucapnya membuat tatapan semua orang tertuju padanya.

"Katakan saja, Agnes," jawab Damian.

"Bagaimana kalau aku yang dijodohkan di sini? Lagipula aku juga sudah cukup umur."

Hansel kini tahu niat terselubung dari tatapan wanita itu. Kali ini Marshella yang menggenggam tangan Hansel, ia menggeleng mengisyaratkan kakaknya untuk menolak usulan itu.

"Kamu yakin dengan keputusanmu ini, Agnes?" tanya Ariana. Agnes mengangguk tanpa ragu, ia sudah menjatuhkan pilihannya pada Hansel.

"Baiklah, kini kita tinggal menunggu keputusan Hansel," simpul Damian merasa sedikit lega.

My Aviator [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang