95°

5.9K 344 3
                                    

Alexa merasa terganggu oleh sahabatnya, Vena yang terus menerus menyenggol bahunya saat ini. Karena terlalu kesal akhirnya ia melepas headsetnya. "Apaan sih? Gak ada kerjaan bukan lo, gangguin gue mulu!"

"Ih, sensi amat deh. Orang gue cuma mau ngomong, lo aja yang gak dengerin gue dari tadi," balas Vena yang juga terpancing emosi. Sudah lama ia merasa kesal dengan Alexa, tetapi karena ia tidak memiliki teman lain jadi ia memutuskan untuk tetap menemani Alexa.

"Mau ngomong apa sih? Palingan juga tentang kucing lo yang mau bertelur, iya kan?"

"Sejak kapan kucing bertelur, Xa? Anak IPA macam apa sih lo! Gue cuma mau kasih tau kalau si Giselle jadi kutu buku sekarang," balas Vena.

"Hahaha, bagus dong? Kalau udah jadi kutu kan gampang dimatiinnya," Alexa tertawa sambil memikirkan ide jahatnya.

Vena menghela napas lalu mengacak-acak rambutnya sendiri. "Tau ah, gelap!"

"Kenapa sih lo marah-marah mulu? Lagi kurang darah bukan?" Alexa menaruh headsetnya ke dalam tas lalu mengeluarkan buku pelajaran matematika-nya.

"Apa hubungannya marah-marah sama kurang darah, Xa? Yang ada juga orang marah-marah gara-gara lagi dapet," Vena menghela napas kesal.

"Kan kalau lagi dapet kita ngeluarin darah, so kita kekurangan darah kan?"

"Alexa, gue anter lo ke rumah sakit ya? Kayanya ada yang bermasalah dengan otak lo," Vena menarik tangan Alexa sehingga wanita itu terpaksa bangkit berdiri.

Tanpa sengaja, Alexa melihat sosok Giselle yang sedang duduk di pojok ruangan sambil membaca sebuah buku tebal dengan dahi mengekerut. Wanita itulah yang paling mencolok di antara teman-temannya yang lain. Secara hanya dia seorang yang sedang belajar. "Sejak kapan si pengganggu jadi kutu buku gitu?"

"Tadikan gue udah bilang, Alexa Sari Kedondong!!!"

"Gue juga udah denger, Vena Arteri Pulmonalis!!!"

"Udah-udah, gue yang salah," Nathan memposisikan dirinya di antara Alexa dan Vena. Pria dengan perut menjumbai itu memang selalu menjadi tokoh tritagonis dalam perdebatan antara Alexa dan Vena. "Gue janji gak akan selingkuhin kalian lagi, sumpeh deh!"

"Pergi lo, Nathan!" teriak Alexa dan Vena bersamaan sehingga Nathan harus menutup kedua telinganya.

"Buset, jahat banget sih kalian. Kangen sih boleh, tapi gak gini juga kali," Nathan membenarkan kacamata bulatnya. Kacamata itu membingkai mata sipitnya yang terjepit oleh pipinya yang bulat.

"Mau pergi sekarang atau gue paksa lo naik mobil gue pas pulang?" ancam Alexa. Nathan langsung menggeleng lalu berlari meninggalkan Alexa dan Vena.

"Lo serius baru aja ngajak Nathan pulang bareng?" tanya Vena dengan pancaran mata tidak percaya.

"Enggaklah, gue cuma ngancem aja. Dia kan gak suka naik mobil gue karena gue suka ngebut."

Alexa ingat saat Nathan pernah sekali menyelinap ke dalam mobilnya. Namun saat pria itu keluar dari mobilnya, ia langsung muntah-muntah hingga berat badannya turun 2 kg. Saking senangnya, ia makan banyak dan ternyata berat badannya bertambah 5 kg.

"Oh, dia takut ngebut," simpul Vena.

"Gak juga sih, gue pernah tanya alasannya dan dia jawab 'kalau mobilnya ngebut, perut gue jadi bergetar. Gue jadi pengen ketawa mulu bawaannya'. Gila kan dia?"

"Ya mungkin efek lemak berlebih, kudu dicuci pakai sundark," balas Vena sambil tertawa. "Kita samperin si Giselle yuk."

"Idih! Ngapain? Kurang kerjaan banget!"

My Aviator [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang