Chapter 22:

63 7 1
                                    

"Jatuh memang sakit, tapi jatuh itu untuk bangkit" -Y.A

***

Masih saat LDK...

"Kalian tau gak, kita ini lagi di Puncak, Bogor perbatasan Bandung sama Jakarta" Ujar guru IPA kita yang ikut makan bareng kita di tenda.

"Oh, iya pak, berarti Bogor lebih jauh daripada Bandung dong pak?" Andi menjawab dengan jawaban hebat seperti itu. Guru IPA bengong sejenak lalu berkata, 

"Ka, kalian jangan lupa pada makan ya! Makan yang banyak!" Ujar guru IPA tersebut.

"Lah? Emang kenapa pak?" Tanya Erde dari luar tenda sambil hujan-hujanan.

"Kalo gak makan, nanti ERROR kayak si Andi!" Guru IPA berkata sambil melihat Andi dengan santainya. Tawa pun pecah diantara kami. dan memang benar, selama kegiatan LDK berlangsung, jika ada satu dari kami yang belum makan atau lapar, menjadi error ketika berbicara atau melakukan sesuatu. Kami pun melakukan aktivitas LDK dengan lancar walaupun hujan turun. Waktu bermain games, jika si pemain mengenai batas tali yang telah ditentukan, maka kakak-kakak osis akan menyiramnya dengan air dingin dari air sungai kecil yang berasal dari curug yang dingin ditambahkan tanah dan beberapa cacing. Dengan asiknya, kami menyiram yang kena maupun tidak kena. Sampai akhirnya...

"miss.. Miss, tolong foto in kita dong miss" pinta Aci buat foto bareng sama gue dan Amala.

"eh, gimana nih gaya nya? Eh yang lain jug--" BYURRR... Andi, Erde, dan Lippo dengan kompaknya nyiram kami bertiga dengan air seember.

"WOY! DINGIIIN TAU GAK?!" Kami berteriak kesal sambil kedinginan. Setelah itu, kami selfie dengan pembina osis kami. Dan lagi-lagi, Andi, Erde, Lippo nyiram pake air dingin sampai kena ke pembinanya.

"Duh, kalian inii yaa... Basah deh kan baju miss... Udah sana mending kalian siap-siap deh" Pembina kami marah karena kami main-main agak berlebihan. Tapi kami tetap saja melanjutkan bermain hingga semua peserta LDK selesai bersih-bersih. Kami tidak seperti sedang meng-LDK- kan mereka, tetapi kami sedang asik bermain bersenang-senang sendiri.

Waktu jurit malam. Kami semua diharuskan bangun jam 2 pagi. Gue, Amala, Aci tidur bertiga di tenda kebersamaan tanpa guru yang menemani. Gue udah siapin alarm pas jam 2 pagi. Tidur di tenda, udah pake sleepingbag juga tetep aja dingin banget. Akhirnya gue pertama bangun, dan bangunin aci sama Amala buat langsung siap-siap.

"Bangunin yang lain sama guru-guru yuk" Ajak gue sambil keluar tenda, bawa lampu emergency gitu. Kami langsung bergegas ke tenda guru perempuan dan tenda laki-laki yang bersebelahan. Dari luar kami memanggil pembina kami untuk segera bersiap. Saat Andi, Erde, dan Lippo dibangunkan oleh guru...

"hmm.. Ngapain sih? Baru tidur tau gak? Masih malem juga kan..." Katanya, Lippo mengigau kayak gitu pas di bangunin. Keluar-keluar, udara sangat dingin mencekam walaupun sudah pakai jaket.

"woy dingin banget gilaa, Ci, peluk dong" Aci pelukan sama Amala biar ga terlalu dingin. Begitupun dengan Andi dan Erde pelukan berdua.

"Yak. Mereka pada pelukan. Gue mah apa, hanya memeluk udara dingin. Merasa sangat jones" Gue senyum miris sambil geleng-geleng kepala. Kami pun bergegas ke pos masing-masing dan menjalankan jurit malam. Setelah selesai jurit malam, kami melaksanakan sholat tahajud dan subuh bersama. Selesai sholat subuh, gue dan teman-teman osis serta mantan pembina osis kami santai-santai berkumpul. Dan yang perempuan masih pakai mukena. Kami bercerita sambil memainkan lilin dan api. Tujuan awalnya sih untuk menghangatkan, eh lama-lama malah jadi buat mainan yang nyaris ngebakar alas duduk kami.

Irresistible, youWhere stories live. Discover now