Chapter 19 : Me vs You

91 8 0
                                    

"Suka itu tak harus memiliki, walau hasratnya sangat tinggi, tapi kalau memiliki, ya hargai" -Erde

***

Pemilihan Ketua OSIS periode baru. Salah satu dari 3 calon Ketua OSIS merupakan partner kerja gue sebagai Sekretaris OSIS, namanya Mainnah. Berawal dari debat serta kampanye para calon Ketua OSIS, salah satu pertanyaannya adalah siapakah kakak pengurus OSIS lain yang paling menginspirasi?. gue dengan optimis, yakin sekali kalau Mainnah akan menyebut nama gue sebagai kakak pengurus OSIS yang paling menginspirasi dirinya. Bahkan, kakak pengurus OSIS lainnya juga optimis bahwa gue yang namanya akan disebut. 

Sudah jelas gue optimis, kenapa?

Pertama, banyak orang bilang kalau gue sama Mainnah itu mirip. Entah secara penampilan atau sifatnya. Sama-sama rajin, gila, pernah suka orang yang nama samarannya mirip, dan ternyata kita juga punya hobi dan kesukaan yang hampir semua sama. Jadi, ya merasa kayak kembaran gitu deh. 

Kedua, gue banyak cerita pengalaman pribadi gue dan banyak kerja sama dia. Itu karena kita sama-sama sekretaris OSIS. karena gue punya pengalaman lebih menjadi sekretaris dari tahun sebelumnya, makanya gue ngajarin dia banyak hal. Tidak hanya mengenai kepengurusan OSIS, juga belajar pelajaran biasa. Emang yam gue tuh kakak kelas yang baik. Sekarang, dia bisa jadi calon ketua OSIS, bisa jadi lebih hebat dari sebelumnya. Gue bangga, karena dia anak didik gue gitu ceritanya. dan dia juga mengakui itu. "Gue belajar dari Kak Arika" Gitu katanya. 

Tapi, dari semua itu, semua hal yang pernah kita jalani bersama...

"Baiklah, Mainnah, siapa sih kakak pengurus OSIS yang paling menginspirasimu?" ujar sang MC.

"mmm... jadi kakak OSIS yang paling menginspirasi saya adalah..." Gue udah excited, berharap, dan yakin banget kalau nama gue bakalan disebut. Dan akhirnyaa, Mainnah menjawab,

.

.

.

"Kak Amala. soalnya kak amala tuh orangnya disiplin, baik, penyabar, lebih banyak membimbing aku dan memberi arahan dalam mengerjakan tugas gitu deh pokoknya."

JLEB. OH GITU?! JADI AMALA NIH? BUKAN GUE? ujar gue dalam hati. setelah semua yang gue berikan buat dia, apa yang gue ajarkan, satu tahun dekat dengannya. Hancur semua hanya karena kakak yang menginspirasi dia itu bukan gue. Oke memang gue lebay dan baper cuma karena itu, tapi ya wajar lah. ekspektasi gue udah tinggi, ternyata dia malah jawab gitu. Sakit hati rasanya. Walaupun emang gue gak dibilang sebagai kakak yang menginspirasi Mainnah, yang penting gue selalu bangga dengan kemajuan dia sekarang ini. Inget, Mainnah masih anak didik gue ya. 

"Oh, jadi lebih milih Amala nih daripada Gue?" Gue nanya dengan tegas sekaligus nyindir ke Mainnah pada sesi wawancara tertutup, Gue, Amala, Andi, dan Ine lah yang bertugas. 

"Yah... Kak Arika jangan marahh, tadi tuh aku bingung juga mau milih Kak Amala atau Kak Arika gitu" Jawabnya 

"Udah deh ah, terima aja Ka, kalau gue yang menginspirasi dia" Amala malah nambah manas-manasin walaupun bercanda

"Ah, tetep aja gue masih sakit hati nih gara-gara Mainnah" Gue pura-pura kesel sampe Mainnah mau jawab bahwa gue adalah kakak yang menginspirasinya. 

Walaupun Mainnah kini sudah ganti jabatan jadi wakil ketua OSIS, sama seperti jabatan Amala dulu. Walaupun kini Mainnah menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya (ada faktor didikan gue juga). Walaupun hingga kini, Mainnah masih belum bilang gue kakak yang menginspirasinya. Ternyata...

Amala :
Ka, jangan lupa bawa kerudung yang itu ya...

Arika :
Iyaa, nanti gue bawa
Wahh, DP nya wah :""

(Disela-sela chat kami berdua, Amala mengganti DP nya)

Amala :
HAHAHA... Mainnah gue selingkuhin ya Ka!
Izin HEHE

(Amala ganti DP jadi foto dia sama Mainnah berdua aja)

Arika :
Wah, gue di tikung nih yaa sama Amala
Hahaha

Amala nikung gue sama Mainnah. Sakit. Nambah Sakit. Udah dia yang disebut sebagai kakak yang menginspirasinya, terus sekarang nikung gue. Cuma bercanda kokk gak seriusan. Biarkan saja gue sama Mainnah menjadi kembaran, walaupun di tikung atau semacamnya. 

-kami adalah kembaran yang berbeda, memiliki banyak kesamaan. Walaupun kadang ada yang gak setia, tapi kami akan terus menjadi kembaran-(?) apa ini (?)

***

Latihan dasar kepemimpinan atau LDK. Gue, Amala, Aci, Andi, Erde dan Lippo jadi panita pelaksana LDK untuk OSIS SMP Harapan Indah. Kami pergi camping ke Curug Cilember, Puncak. Persiapan sudah dilakukan seminggu sebelum hari H. Masa-masa hektik sampai bisa ga ikut KBM seharian. Asik dong *eh. Ketinggalan pelajaran itu memang sudah konsekuensi awal menjadi osis. Tepat sehari sebelum LDK, kami semua sama sekali tidak ikut pelajaran. Bulak balik mengurus keperluan esok hari.

Sepulang sekolah,  saat gue, Lippo dan Andi masuk ke lab science buat simpen barang. Gurunya kebetulan yang mengurus peralatan untuk LDK.

"List peralatan kemaren udah saya kasih kamu kan, siapa, Cendi" gurunya bilang gitu pas kita masuk, awalnya, hening dan,gue mikir dulu.

"Cendi? Saya?" Gue masih bingung saat itu. Kenapa gue dipanggil cendi tiba-tiba. Hening, lalu Lippo dan Andi mulai tertawa.

" Yhaa... Cendi... HAHAHAHA" Lippo ketawa dengan bahagia, Begitupun Andi. sementara gue cuma senyum miris sambil tertawa kecil.

"Yha.. Cendi ya Ka! HAHAHAHA" Andi ikut-ikutan tertawa karena nama itu. Sejak saat itulah, gue sering dipanggil Cendi pas LDK.

***

Hari LDK dilaksanakan. Yah, gue lengser dong dikit lagi, tapi gapapalah. Sesampainya di sekolah, barang bawaan panitia itu banyak banget. Gue bawa ember yang ditaro di kepala, malah dibilang kayak kura-kura ninja. Perjalanan menuju sana diisi oleh ucapan dari Amala yang berulang kali diucapkan, sampai bisa dihitung berapa kali dia menucapkan kalimat yang sama.

"eh, tau gak? aku bawain bahan masakan lho buat kita masak nanti!" Udah ke-10 kalinya Amala bilang itu, padahal masih setengah perjalanan menuju tempat tujuan.  

"La, lu inget kan apa yang lu bilang barusan dan tadi? atau emang udah lupa lagi? soalnya kan ada penyakit gitu yang emang baru ngomong apa terus langsung lupa, lu gak short term memory loss gitu kan?" Lippo seorang calon dokter mulai merasa was-was.

"jangan gitu dong ah, Po mah doainnya gitu sih. gue inget lah! gue inget kali barusan ngomong apa..." Amala jadi kesel sendiri. 

"Ya, bukan gitu maksud gue, lagian diulang mulu ngomongnya" Suasana pun mulai agak tidak enak. Semua kembali tenang dan pada tidur kembali.

Sesampainya disana, ternyata mulai hujan. terpaksa, aktifitas sesuai rundown acara tidak dapat dilaksanakan. Bahkan, kami harus sholat dalam tenda masing-masing karena hujan diluar. Para peserta LDK, terpaksa harus menjalankan kegiatan di tenda masing-masing hingga hujan reda. Tetapi, kami ber-6 malah jalan-jalan menggunakan payung dan jas hujan. Kami sejenak bermain hujan-hujanan disekitar tenda. Tidak peduli nanti sakit, sepatu basah atau semacamnya. Bahkan, kami lebih banyak asik melakukan aktifitas sendiri dibandingkan menjalankan tugas untuk nge-ldk-in para calon pengurus OSIS. Di waktu makan siang, kami berkumpul di 1 tenda... bersama 1 guru IPA kami,

"Yah... nasi bakar gue ga ada ya?" Erde terlihat kelaparan mencari makan siangnya. Akhirnya kami ber-6 memutuskan untuk membagi-bagi makanan.

"Yaudah, itu Erde makan sama Andi. Gue makan sama Arika, Lippo sendiri, Aci sendiri." Amala memperjelas cara pembagian makanan kami. Saat makan,

"Kalian tau gak, kita ini lagi di Puncak, Bogor perbatasan Bandung sama Jakarta" Ujar guru IPA kita yang ikut makan bareng kita di tenda.

"Oh, iya pak, berarti Bogor lebih jauh daripada Bandung dong pak?" Andi menjawab dengan jawaban hebat seperti itu. Guru IPA bengong sejenak lalu berkata,

....

TO BE CONTINUED...

***

"Buat apa sakit hati lagi? Hati ini udah terlanjur sakit, sampe ga bisa ngerasain lagi yang mana cinta, yang mana luka" -Y.A

Irresistible, youWhere stories live. Discover now