"Makanya kamu pelan-pelan dong jalannya," ucap Davin dengan suara lembut menenangkan siapa saja yang mendengar.
"Ihh, aku kan udah pelan-pelan, salahin tuh batunya yang gak mau minggir waktu aku jalan," kesal Viola yang sedang memegangi lututnya.
Davin terkekeh kecil mendengar perkataan Viola yang menurutnya ngelantur itu.
Davin berjongkok melihat luka di lutut Viola, kemudian dia memegangnya."Shhhh," Viola mengerang.
"Sakit yah?"
Viola mengangguk mengiyakan.
Lalu Davin membalikkan badan membelakangi Viola, membuat Viola mengernyitkan dahi."Naik !" seru Davin.
Viola terkejut, "hah!"
"Udah, cepetan naik! atau aku tinggal nih,"
Mendengar kata 'aku tinggal' Viola terburu buru menaiki punggung di hadapanya itu .
Saking semangatnya, Viola meloncat ke punggung Davin.
Bugh !
"Aw sakit!" pekik Viola ketika kepalanya mencium lantai.
"Sial ! Cuma mimpi." Viola mengelus dahinya kemudian menatap ke arah jam di atas nakasnya yang menunjukkan waktu 06.30 WIB.
"Mampus! Gue telat!" teriak Viola, kamudian berlari ke kamar mandi.
***
"Ini semua gara-gara mimpi yang membahagiakan itu," ucap Viola saat menuruni tangga. Ia mempercepat langkah kakinya. Bahkan untuk sarapanpun Viola tidak sempat. Yang ia butuhkan sekarang adalah sampai di depan sekolahnya dalam sekejap. Rasanya hampir mustahil. Tapi,bisa saja jika Viola memiliki jet pribadi yang akan meluncur ke sekolahnya detik ini juga.
Viola terus berjalan menuju halte bis depan kompleknya."Mati aja deh gue," Viola menoleh ke kanan ke kiri menanti bis yang datang. Berharap Dewi Fortuna berpihak kepadanya. Tapi, sampai bel masuk sekolah kurang 5 menit lagi, bis yang di tunggu-tunggu tak kunjung datang.
Saat matanya beralih menatap jalan dari utara, senyum Viola Mengembang.
KYAAAA !!!
Ia melihat Davin mengendarai motor sportnya.
"Yess!" jerit Viola dalam hati.
Sementara Davin yang menyadari keberadaan Viola hanya menelan ludah.
"Shit!" umpatnya dalam hati.
Davin pura-pura tidak menyadari keberadaan Viola, ia semakin menambah laju motornya.Viola yang mencium aura penghindaran dari Davin, mulai memutar otaknya. Saat motor Davin hampir melewati Viola, tiba-tiba Davin di kejutkan oleh sosok perempuan yang berdiri menghalangi jalannya.
Ciiitttt!
Bunyi itu berasal dari gesekan ban motor dengan aspal saat sang pengendara mengerem motornya secara tiba-tiba.
"Cewek ini beneran gila!"
"Dav, nebeng yah?" Mohon Viola dengan mata berkaca-kaca.
Davin hanya menatap datar Viola, kemudiam ia bersiap melajukan motornya lagi.
"Astagah!" Davin menutup telingnya saat suara nyelengking itu berusaha menembus gendang telinganya.
"Dav, 3 menit lagi. Buruan! Lo mau kita telat?"