Chasing Heart - 9

21 3 7
                                    

Laki-laki dengan kaos berwarna putih yang sangat kontras dengan celana selututnya yang berwarna biru tua tengah duduk termenung di atas tempat tidurnya.
Satu helaan nafas berat yang di karenakan tekanan di dalam hatinya terhembus bercampur dengan oksigen di dalam kamarnya. Pandangan laki-laki itu hanya fokus tertuju kedepan. Di genggamannya terdapat figura yang menampilkan dirinya bersama dengan perempuan yang tengah tersenyum bahagia. Pikirannya sedang berkelana memutar memori yang tersimpan apik di dalam otaknya. Ia tersenyum, senyuman yang sangat jarang di perlihatkan pada orang lain kecuali keluarganya.

Sekali lagi ia menatap figura yang ada di tangannya. Ia mengusap wajah perempuan yang tengah tersenyum itu.

"Apa itu dia? Tapi mana mungkin?"

Hatinya tentu saja sangat mengharapkan bahwa itu dia, tapi logikanya saat menentang harapan hatinya. Rasanya hampir tidak mungkin jika itu dia.

"Hhhh..."

Helaan nafas kedua terdengar lebih berat. Terlihat jelas bahwa ia di liputi kebimbangan atas apa yang ia alami waktu itu.

***

"Biii! Ini Vio taro di meja makan ya!!" Teriak Viola saat semua makanan yang ia buat telah jadi. Ia meringis saat melihat plaster di jarinya. Saat memotong wortel dan kentang tadi, saking semangatnya sampai tangannya teriris.

Bi Mina sampai memaksa Viola untuk tidak melanjutkan pekerjaanya. Namun majikannya itu tetap keras kepala.

Bahkan ia bersikukuh ingin menggoreng ayam sendiri. Katanya biar nanti ia bisa cerita sama mamanya kalau ia sudah sedikit bisa memasak. Selain plaster, banyak bulatan-bulatan kecil di tangannya yang sedikit melepuh akibat dari cipratan minyak yang mengenai tangannya. Bi Mina sudah mencegahnya untuk tidak menggoreng ayam. Tapi, Viola berkata supaya lebih berkesan dan mamanya sedikit bangga atas hasil karyanya. Meskipun hanya memotong dan menggoreng.

Ia tersenyum saat menuju meja makan keluarganya. Tapi senyuman itu beda.
"Coba kalo masaknya sama mama." pikirnya dalam hati bersamaan dengan senyuman miris dibibirnya.

"Apasih gue, bentar lagi kan mama sama papa pulang." Viola mengenyahkan hal-hal sedih dalam otaknya. Hari ini termasuk dalam daftar hari bahagianya.

Viola duduk di kursi tempat mereka akan makan malam. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan angka 7. Ia kembali tersenyum. Kali ini benar-benar tersenyum bahagia. Bi mina yang melihatnya ikut tersenyum.

"Vio gak mau makan dulu?"
Tanya bi Mina saat menghampiri majikannya.

"Nanti aja Bi, nunggu mama.sama papa. Eh, kak Alvin mana? Vio panggil aja ya?" Viola bangkit dari duduknya menuju kamar kakaknya.

"Bibi ke dapur dulu ya Vi," ucap Bi mina. Viola mengangguk dan meneruskan langkahnya menuju kamar kakaknya.

Tok... tok... tok...

"Kak! Buka pintunya!" teriak Viola sambil menggedor pintu kakaknya.

Lama tidak di bukakan, Viola mengulangi kembali aktivitasnya. Saat teriakan ke tiga, pintu terbuka menampilkan wajah kakaknya yang sedikit basah dengan handuk di tangannya. Viola tersenyum lebar.

"Apasih, berisik!" Ucap Alvin.

Di jawab seperti itu, Viola pura-pura cemberut,"aku kira kakak tidur makanya aku kesini, nanti ke bawah ya. Kita nunggu mama papa sama-sama."

"Hmm," jawab Alvin dengan pandangan datarnya. Viola mendengus mendengar jawaban kakaknya yang terdengar tidak niat itu. Viola masih setia berdiri di depan kakaknya. Alvin yang melihatnya menaikkan satu alisnya.

Chasing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang