Chasing Heart - 6

20 4 0
                                    

"Baju olahraga gue kok gak ada sih? mana jam olahraga udah mau mulai lagi. Perasaan tadi pagi udah gue masukin deh."
Viola menggeledah isi tasnya.

"Vina kemana coba? lama banget," Keresahan terlihat jelas di mata Viola.

"Mana gurunya galak lagi."

"Apa Vina langsung ke lapangan ya? kenapa gue sial mulu sih?"

"Ha ha ha...." suara tawa itu menghentikan aktifitas Viola yang membongkar isi tasnya.

Viola membalikkan badan, kemudian mendengus ketika mengetahui siapa pemilik suara itu.

"Ini pasti ulah lo kan?"

"Enak aja." Livia, gadis itu manatap Viola dengan pandangan sengit.

"Udahlah, siapa lagi kalo bukan kerjaan lo?"

"Viola, apa yang lo lakuin lebih parah dari ini."

Ingin rasanya Viola berteriak di telinga gadis yang berdiri di depannya ini. Kalau bisa sampai telinganya tidak berfungsi lagi. Bagaimana bisa dia yang dijadikan tersangka oleh sang tsrsangka sebenarnya. Seperti Viola perlu membenturkan kepala si Livia itu.

"Mau lo apa sih ?" ucapnya menahan kesal.

"Mau gue, gampang banget Za--"
"Stop! Gue gak sudi ya, di panggil itu sama lo."

"Kenapa? Lo ingat dia?"

"Ingat? Cih, mengingat dia adalah sebuah kemustahilan bagi gue. Jadi di mata gue lo tetep loser Liv. Loser!"

Mendengar itu, emosi Livia kembali berkobar. Terlihat jelas di mata gadis itu bahwa ia sedang menahan amarah, yang bisa meledak kapan saja.

"Kenapa Liv? Lo udah benar-benar ngerasa kalah? Harusnya lo mengakui itu dari dulu. Jadi, lo gak usah mempermalukan diri lo dengan cara kampungan kayak gini." Viola kembali mencecar Livia dengan kata-kata yang semakin membuat emosi. Bahkan tangannya sudah terkepal siap menghajar apa saja.

"Sial! Lo lupa apa yang--"

"Shhh.... gue gak pernah lupa Liv, gak akan pernah lupa sama kelakuan bejat lo itu. Justru dengan itu semua lo malah mempermalukan diri lo sendiri." Sekali lagi Viola kembali menghantam Livia, tidak membiarkan gadis itu mengucapkan argumentasinya.
"Gue benci lo Vi. Benci banget Vi. Lo tunggu aja Viola. Gue gak akan biarin lo di depan gue barang 1 senti meterpun. Dan gue pastiin, suatu saat nanti lo sendiri yang akan nyebut diri lo loser."

"Uuh takut..." tantang Viola seolah olah dia takut dengan ancaman Livia. Setelah mendengar nada menjijikkan Viola, Livia melengos dan meninggalkan Viola.

"Sial, dia kan yang nyembunyiin baju gue. Ah kenapa gue biarin pergi coba?" umpat Viola saat tersadar dengan apa yang dialaminya saat ini.

"Udah ah, mending gue ke lapangan aja dulu. Siapa tau nanti ada yang mau minjemin gue baju."

Viola melangkahkan kakinya menuju lapangan yang di gunakan siswa siswi Pelita saat berolahraga. Langkahnya terhenti ketika melihat sosok penyelamatnya sedang berjalan ke arah berlawanan dengan Viola.

"Kayaknya dia abis olah raga deh." Viola menghampiri laki-laki itu.

"Dav, minjem baju lo dong." ucap Vina dengan memilin jari-jarinya. Terlihat jelas bahwa gadis itu sedang di landa kegugupan. Davin terkejut dengan kehadiran sosok gadis di belakangnya. Viola terkikik geli melihat ekspresi terkejut yang di cipatakan wajah Davin.

"Unyu banget sih, pacar gue."

"Ngapain lo senyum-senyum gitu?" Davin bergidik ngeri melihat Viola tengah tersenyum menatap wajahnya.

Chasing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang