Weekend
Jika semua siswa akan merasa berunga-bunga jika hari itu telah tiba, lain halnya dengan Viola. Rasanya ia ingin tidur saja seharian lalu bangun di hari esoknya dan mulai lagi bersekolah.
"Gue ngapain ya hari ini?" tanya Viola lebih tepatnya kepada dirinya sendiri. "males banget deh," lanjutnya kemudian menarik lagi selimutnya sampai ke lehernya.
Tok tok tok !!!
Ketukan pintu itu tidak membuat Viola beranjak dari tempat tidurnya.
"Non bangun ya, udah siang nih. Sarapan yuk." Mendengar suara itu Viola menyibakkan selimutnya. Dengan segera ia menuju pintu dan membukanya dengan cepat.
"Aaaahh Bibi!!! Vio kangen tau. Bibi kapan baliknya. Ih kok gak bilang-bilang sih. Aku kangen tau sama Bibi," cerocos Viola tanpa melepaskan pelukannya.
"Non--"
"Ih bentar deh Bi. Vio masih kangen. Iya, Vio emang baru bangun. Tapi gak bau-bau banget kok. Emang Bibi gak kangen ya?" Viola semakin mengetatkan pelukannya.
"Itu Non, Bibi sesak napas. Non Vio meluknya kekencengan." Sontak Viola melepaskan pelukannya. Kemudian ia terkekeh,"he he he... maaf ya Bi. Seriusan deh Vio kangen banget."
"Iya, iya. Bibi juga kangen banget. Makanya Bibi balik lagi kesini," Bi Mina berkata dengan senyuman di wajahnya.
Wanita setengah abad itu merupakan pembantu di rumah Viola sejak 20 tahun yang lalu. Tak heran jika Viola begitu dekat dengannya. Wanita yang kerap di panggil Bi Mina itu sudah mengasuh Viola mulai dari ia baru di lahirkan.
"Bibi udah masakin buat Non--"
"Vio gak mau makan." Viola memotong cepat ucapan Bi Mina dengan menyilangkan tangannya di depan dada.
"Loh kenapa Non?" Bi Mina tidak bisa menutupi keterkejutannya mendengar apa yang diucapkan anak dari majikannya itu.
"Vio gak mau makan, sebelum Bibi berhenti manggil Vio dengan sebutan 'Non'," jawab Viola dengan menekan kata terakhirnya.
Bi Mina menghembuskan nafas lega. Ia mengira bahwa Viola sudah tidak lagi menyukai masakannya karena ia yang terlalu lama pulang kampung.
"Lah, terus Bibi harus manggil apa?" tanya Bi Mina.
Viola menjawab dengan senyuman terukir di wajahnya. Itu menandakan bahwa Bibinya setuju atas usul Viola,"ya manggil Vio aja Bi." Bi Mina mengangukkan kepalanya pertanda ia mengerti.
"Manggil cantik juga gak papa Bi. Bibi kan biasanya suka manggil kak Alvin 'ganteng'." Viola pergi meninggalkan Bi Mina dengan mengedipkan matanya.
Ya begitulah. Bi Mina selalu terpesona dengan aura dinginnya Alvin. Bi Mina kadang suka usil memnggil Alvin jika sedang di rumah dengan sebutan 'ganteng'. Padahal usianya sudah lansia. Alvin yang diam saja di panggil seperti itu dianggap bukan sebuah penolakan oleh Bi Mina. Dan hal tersebut selalu dijadikan bahan olokan oleh Viola ketika menggoda Bi Mina.
"Yaudah Bi, Vio mau mandi dulu nanti Vio ke meja makan. Bibi tunggu di sana aja ya." Viola kembali masuk ke dalam kamarnya.
"Iya Non--" mendengar jawaban Bi Mina, Viola kembali menyembulkan kepalanya.
"Apa Bi, Vio gak denger," ujarnya sambil menaikkan alisnya.
"Eh, iya Vio. Bibi tuggu di meja makan," jawabnya sekali lagi dan di balas senyuman oleh Viola.
Viola bersenandung di dalam kamarnya. Sepertinya weekend kali ini tidak terlalu membosankan, pikir Viola.
Viola dengan segera menuntaskan acara membersihkan badannya. Ia ingin segera menikmati acara hari minggunya bersama Bi Mina.