Chasing Heart - 13

19 3 20
                                    

Akan ada pelangi setelah hujan.

Sepertinya Viola mulai mempercayai hal itu. Entah kebaikan apa yang sudah ia perbuat, tanpa diduga hari ini Vio mendapatkan kejutan kebahagiaan.

Semua ini karena Cika. Karenanya Davin ikut bergabung menemani Cika. Kalau di lihat-lihat saat ini Vio dan Davin seperti sepasang suami istri yang menemani anaknya bermain ditaman komplek. Ah, pipi Vio bersemu merah. Membayangkannya saja efeknya sudah seperti ini, bagaimana kalau menjadi nyata?

Vio mengamati Cika yang saat ini tengah naik ke atas perosotan. Sesekali Vio mencuri-curi pandang ke arah Davin. Siapa tau Davin juga melakukan hal yang sama dan akhirnya mereka akan saling berpandangan seperti ala-ala ftv Sctv. Tapi sepertinya Vio harus mengenyahkan hal mustahil itu dari otaknya. Yang ia dapat hanya Davin yang fokus menatap Cika. Hey! Apakah Cika lebih menarik dari Vio ? Vio rasa dirinya tidak kalah dengan Cika. Vio cantik kok. Bahkan imut seperti tokoh Mei Mei di Upin Ipin yang selalu berteriak saya suka saya suka.

Kenapa Davin selalu betah dengan wajah kaku bin datarnya itu. Apakah wajahnya tidak mengeras jika terus-terusan di setting seperti itu. Laki-laki itu jarang sekali tersenyum. Kapan ya Vio terakhir melihat senyumnya. Astaga! Tidak pernah! Iya tidak pernah.

Viola memberanikan diri menyenggol lengan Davin. Saat ini ia berdiri tidak terlalu jauh dari Davin. Sebenarnya Davin sudah menempatkan dirinya sejauh mungkin dari Davin. Namanya juga Viola, gak sah kalau gak dekat-dekat dengan Davin. Awalnya Davin tetap menghindar. Namun, usahanya sia-sia. Jadi dibiarkannya saja Vio bertindak semaunya. Daripada Davin lelah sendiri?

"Dav,"

"Davin."

Tak ada jawaban. Viola masih belum menyerah.

"Davin ih."

"Dav, lo gak capek diem terus?"

"Gak." Jawab Davin singkat.

"Dav, beliin es krim kayak Cika."
Davin menolehkan kepalanya ke arah Vio. Di hadapannya terdapat kaum hawa yang senyum-senyum menjijikkan sedang menatapnya.

"Lo udah kere?" Tanya Davin.

Vio mengernyit mendengar pertanyaan Davin. Kere? Enak aja. Vio masih berkecukupan.

"Enggaklah!" Jawab Vio sewot.

"Yauda beli sendiri."

Ish, Davin memang tau caranya membuat orang kesal. Bukannya Vio tidak mampu membeli es krim. Tujuannya minta di belikan kan supaya ada kesan manis-manisnya gitu.

Davin mengambil handphone dari sakunya mengabaikan Vio yang menggerutu kesal. Biarlah, semua hal yang menyangkut Vio sama sekali gak penting.

Vio menggeser pandangannya ke arah Cika. Anak itu masih asik dengan perosotannya. Sepertinya Cika jarang bermain di tempat seperti ini. Mata Vio membulat ketika melihat Cika yang terpeleset saat akan meluncur kebawah.

"Aarrghh!" Cika berteriak karena terkejut. Reflek Vio menangkap Cika agar tidak ke tanah. Tubuh Vio mendadak kaku. Ia merasakan hangat di tangannya. Ia melihat sebuah tangan kokok berada di atas tangannya. Kemudian Vio menoleh ke samping. Demi semesta dan isinya, jantung Vio sudah kebat-kebit berdisko ria bergoyang Itik ala Zaskia Gotik. Ia merasa wajahnya panas. Pasti wajahnya memerah lagi. Tuh kan, Davin itu berefek dahsyat untuk Viola. Bersentuhan dikit udah malu-malu najis kayak gini. Gimana kalau dicium. Pasti Vio sudah berteriak keliling komplek dengan berteriak ala Mei Mei 'saya suka saya suka'

Vio sibuk meredakan deguban jantungnya. Semoga Davin tidak mendengar. 
Tidak lama Davin segera menarik tangannya. Viola mendesah kecewa, padahal kan ia masih ingin lama-lama di pegang Davin. Rasanya tangan Davin kayak hangat-hangat halus gitu. Kayaknya cocok deh kalau buat ngelus ubun-ubun. Ngelus pipi juga boleh.

Chasing HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang