11. [Clark Lionard]

33 31 2
                                    

Detik demi detik sudah berlalu, menit demi menit sudah terlewati, jam demi jam juga sudah berjalan. Namun laporan keuangan yang ku cek seperti tidak ada habisnya. Aku melirik hpku yang tidak berbunyi sejak kemarin siang. Fikiranku menerawang kejadian kemarin dan saat itu aku juga teringat dengan tugas wawancara ku.  Aish kerjaanku kembali bertambah.

Aku mencari kontak milik windy.
Liana: "Dy tugas wawancara kita bagi tugas aja ya. Lo siapin pertanyaan tentang pemilik cafe modern masa kini.  Biar gue yang nglakuin wawancara."

Tak butuh lama Windy menjawab pesanku.
Windy: "ok,  bentar ya.  Gue buatin pertanyaannya dulu."

Liana: "sip."

Aku kembali fokus pada laporan ku namun aku mengerutkan dahiku saat menemui sesuatu yang aneh.

"Ririn." aku memanggil salah satu pegawai terpecayaku.

"Iya mba. Ada yang bisa saya bantu?"

"Ini kok ada pemasukan banyak banget.  Tumben dari mana?" aku menunjuk pada laporan yang sedang ku pegang.

"Ah itu, ada yang booking cafe kita mba.  Dan dia berani membayar banyak. Aku sempat menelfon mba buat minta persetujuan mba, tapi gak di angkat-angkat. Jadi aku menerimanya."

Aku hanya mengangguk.

"Oh iya mba, kemarin orangnya telfon kesini. katanya dia ingin mengajak kerja sama,  dia mau menyewa tempat ini cukup lama. Dia mau bertemu sama  mba Lian.  Katanya mau bahas kerja sama."

Aku mengerutkan keningku lagi. "Emang buat apa?"

"Gak tau mba."

"Ya sudah buat pertemuan minggu depan."

"Dia gak bisa katanya dia bisanya malam senin atau gak malam selasa."

Aku mengangguk mengerti. "Kalau begitu berarti malam senin saja. Hubungi orang itu beritahu dia dan kabarkan padaku apa jawabannya"

"Baik mba." Ririn pamit mengundurkan diri dari hadapanku.

Aku kembali berkubang dengan laporanku. Ditambah pula dengan tugas wawancara.

****

Aku menutup laptop ku dan memasukkannya kedalam tasku. Ku lirik jam tangan yang melingkar ditanganku.  Jam menunjukan pukul 18:00. Itu tandanya aku punya waktu 1 jam untuk menemui client. Aku memberesi laporan dan map-map yang berserakan. Setelah selesai aku berjalan keluar dari ruanganku dengan tas bertengger dibahuku.

Pemandangan kitchen yang ramai beberapa sibuk dengan masakannya sendiri dan ada pula yang pontang panting kesana kemari. Pemandangan ini hal yang biasa bagaiku.

Beberapa karyawan menyapaku yang kubalas dengan senyuman ramah.

salah satu chef menghampiri ku "Mba Lian, tadi sebelum ririn pulang dia nitipin kertas ini. Katanya suruh kasihin ke mba." ia bernama Girri.

Aku menerima kertas itu,ternyata berisikan nomer hp dan nama salah satu cafe yang berada dimoll yang biasa kukunjungi.  "Oke makasih ya chef."

Ia mengangguk dan kembali dengan masakannya. Aku keluar cafe dan mengambil mobil avanza berwarna hitam yang memang kusediakan untuk pesanan delivery. Namun kali ini aku akan membawanya pulang.

Jalan ibukota cukup ramai sekarang. Mengingat ini hari terakhir liburan. Pandangku menangkap penjual dvd yang berada dipinggir jalan. Ku parkirkan mobilku ditepi jalan.
Aku keluar dari mobil dan berjalan kearah penjual tersebut. Aku memilih beberapa film horor.  Pilihanku jatuh pada Don't to be afraid of the dark dan the conjuring 2.

The Roses BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang