6. [Secret]

36 33 4
                                    

Secret prov.

"SHIT!!  DAMN It!!  Bagaimana bisa mereka saling kenal?  Cari informasi semua tentang Liana!" ucapnya dengan seseorang melalui telepon.

"....."

"Liana alicia"

"....."

Klik!!

Telfon dimatikan sepihak olehnya. Ia menjatuhkan tubuhnya pada kursi kebesarannya.

Tok tok tok!

"Masuk! "

Seseorang masuk dengan ekpresi binggung.

" lo nyari gue?"

"Ya! Harus berapa kali gue bilang sama lo!  Usir bocah itu kalo kesini! "

"Maaf tadi gue diruangan rapat sama pak kinzo.  Gue gak tau bocah itu kesini."

Brak!!!  Ia menggebrak meja dengan kencang.

"SHIT!!!" upatnya lagi.

Lawan bicara tampak ketakutan.

"Lo susul dia aja, tadi gue suruh seseorang ngikutin dia. "

Dia beranjak dari duduknya.

"Handel semua pekerjaan.  Gue serahin semua ke lo! "

Ia menyambar kunci mobilnya dan bergegas pergi tanpa memperdulikan jas yang ia pakai sedari tadi tertinggal diruangannya.

****

Taksi melaju kencang membelah hujan deres yang mengguyur ibu kota. Jalan juga cukup lengah karena beberapa orang memilih berdiam diri dirumahnya. hanya segelintir orang yang masih mau berhujan-hujanan. Terdengar Guntur yang menggelar membuatku terperangah. Langsung kuambil headset dan memasangnya di telingaku. Kutekan volume paling tinggi agar suara Guntur tidak terdengar.

Aneh bukan aku suka hujan tapi takut Guntur. Padahal hujan dan Guntur saling berkaitan.

Aku menoleh kebelakang untuk memastikan tidak ada yang mengikuti.

"Huft." aku menghela nafasku lega..

'Beruntung Lio gak ngikutin gue lagi' ucapku dalam hati.

"Kiri pak." taksi berhenti disebrang  jalan cafe milikku.

aku mengambil beberapa uangku lalu memberikan kepada supir taksi. Lalu melepaskan jaket milik Lio dan menjadikannya payung. Aku keluar dari taksi dan berlari menembus hujan menuju cafe. Namun tak kusangka ada motor yang melaju cukup kencang sehingga tabrakan pun tak terhindari. Beruntung pengendara motor itu sempat mengerem mendadak sehingga hanya terkilir dan luka gores yang aku dapat. Tapi alhasil rokku yang basah karena jatuh di kumbangan air. Pengendara motor itu sempat berhenti dan tanya keadaanku, namun aku menjawab tidak apa-apa.

Aku kembali berjalan kearah cafe dengan langkah tertatih-tatih. Harum makanan dan minuman tercium olehku saat aku membuka pintu masuk. Aku mengalihkan pandanganku ke penjuru cafe untuk melihat tempat kosong. Hari ini cafe cukup ramai. Ada yang memang sedang berlindung dari hujan,  ada pula karyawan yang memang sedang menikmati waktu makan siangnya. Aku memiliki duduk  yang peruntukkan 2 orang dipojok dekat jendela yang masih kosong. Aku melepas jaketku dan memasukkannya kedalam tas begitu pula jaket milik Lio.

Salah satu pelayan cafe menghampiri aku. Dia Ririn, dia orang yang aku suruh menghendel cafe ini. Dan yah, ini cafe milikku.

"Mba Lian tumben duduk disini? Biasanya langsung ke ruang nya" tanya Ririn sopan.

"Duduk rin,  gue pengen jadi pelanggan hari ini, bukan pemilik cafe." aku mempersilahkan Ririn duduk bangku depanku.

"Mba mau pesan apa? "

The Roses BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang