Mobil melaju dengan kencan melewati gedung-gedung pencakar langit. Aku masih saja mengamati pemandangan dari luar yang cukup menarik perhatianku. Cuaca hari ini cukup bagus, Langit cerah berwarna biru diiringi oleh awan-awan yang mengelilinginya menjadi satu kesatuan yang cantik. Sungguh menakjubkan ciptaan tuhan Yang Maha Esa. Aku bersyukur masih bisa diberikan kesempatan untuk melihat dunia yang begitu Indah, aku juga masih memiliki mama dan teman yang perduli dengan ku.
"Maaf, aku gak bisa nganterin kamu sekarang. Ada masalah dikantor yang harus aku selesaikan sekarang." tuturnya.
Aku mengalihkan pandanganku pada Liam.
"Terus aku gimana? Gue gak tau daerah sini. Setidaknya turunin gue di blok M biar gue naik busway." jawabku dengan wajah memeras.
"Enggak, kamu tetap ikut aku." jawabnya tak terbantahkan.
"Ntar lo dimarahin sama bos lo?" jawabku hati-hati.
"Gak akan ada. Kalaupun ada, aku akan balik memarahinya."
Aku diam tak tahu harus menjawab apa. Aku hanya menganguk. Tak lama kemudian mobil mulai berjalan pelan memasuki salah satu gedung. Mobil itu berhenti tepat di depan pintu masuk, Liam membuka pintu mobilnya diikuti aku.
Ia berjalan mendahuluiku dan lagi-lagi aku mengikuti dia dari belakang. Semua orang menatapku mengintidasi, namun tidak ku perdulikan. Aku lebih fokus pada langkah lebar yang dimilik Liam membuatku cukup kualahan.
"Pagi pak Arka." sapa seorang wanita yang duduk di meja resepsionis.
Liam hanya membalasnya dengan anggukan. Aku sempat bertanya-tanya sebenarnya apa jabatan Liam disini? Karena tidak hanya wanita yang duduk di meja resepsionis saja, tapi semua karyawan yang melewatinya menyapanya dengan sopan. Aku mengedikkan bahuku untuk menepis fikiranku. Liam masuk pada salah satu lift yang kosong lalu menekan nomor 29, pintu mulai tertutup namun terbuka kembali saat seseorang dengan tergopoh-gopoh membukanya.
"Kemana aja lo, gue udah kualahan ngadepin Client lo yang super duper bawel, eh ? " pria itu mengomel tak henti-henti, namun ia tercekat saat tak sengaja melihatku.
"Hay cari siapa disini adek kecil?" tanya pria itu
'Hay gue udah gede lagi. Apa perlu gue pergi ke apotek buat beliin dia kaca mata. ' dengusku dalam hati.
"Dia tamu gue. Jangan pernah lo godain dia ataupun deketin dia secenti sekalipun." balas Liam.
Aku tersenyum tipis ke arah pria itu sekedar untuk menghormatinya.
"Gue Zio" ucap dia memperkenalkan diri.
"Liana." jawabku seraya menerima uluran tangannya.
"Wah nama kalian mirip ya? Liam dan Lian. Mungkin kalian berdua jodoh. "
Aku hanya tersenyum kecil mendengarnya, beruntung Liam tak melihatnya. Dia masih fokus dengan hpnya.
"Zio! " geram Liam.
"Siap big bos. " ucap Zio dengan pose hormat nya.
"Dimana pak Kinzo sekarang?"
"Diruangan rapat Big Boss"
"Adakan rapat dewan direksi sekarang! "
"Siap Big Boss"
Big Boss? Emang siapa Liam?
Tinn! Pintu lift terbuka. Liam dan Zio keluar dari lift tersebut, akupun mengikuti mereka dari belakang."Lian aku duluan ya, sampai bertemu lagi" ucap Zio sebelum belok ke ruangan kerjanya.
Aku menganggukkan kepala dan tersenyum kearahnya.
"Iya kak Zio." jawabku sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Roses Blue
Teen FictionRintih air membasahi, Beribu nafas.. beribu jiwa.. Rintik air menggenangi, Seluruh ruas yang ada.. Mengalir.. tuk sucikan kesalahan.. Turun dengan damai.. Dihentak gemuruh badai, Mengalunkan ketenangan.. Menggoyahkan kedamaian, Ada sunyi.. tatkal...